Warga dari 13 Desa di Muba Raup Cuan di Masa Peremajaan Sawit

Posted on

Masa peremajaan sawit rakyat (PSR) jadi tantangan bagi para pekerja perkebunan. Di masa ini, banyak pekerja yang kehilangan mata pencaharian karena tak ada aktivitas di perkebunan. Sejumlah pekerja biasanya alih profesi untuk bisa bertahan hidup.

Program PSR diketahui merupakan upaya mencegah pembukaan hutan baru dan mengurangi degradasi lingkungan dengan menanam ulang tanaman yang sudah tidak produktif.

Salah satu wilayah yang terdampak adalah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang memiliki area perkebunan sawit terbesar di Sumsel. Program PSR dijalankan Yayasan Care Peduli (YCP) didukung PT Hindoli melakukan pemberdayaan terhadap kelompok perempuan pekerja perkebunan sawit di 13 desa.

“Kelompok ini dibentuk untuk mewujudkan ketangguhan ekonomi. Ada 13 desa yang menjadi lokasi program yang dilakukan sejak 2022. Pemberdayaan pekerja perempuan agar ketangguhan ekonomi terbentuk meski dalam masa peremajaan penanaman,” ujar CEO YCP Abdul Wahib Situmorang, Kamis (27/6/2025).

Di 13 desa itu, pihaknya membentuk 13 kelompok usaha ekonomi perempuan (KUEP) dengan jumlah anggota perempuan 505 orang dan 7 laki-laki. Upaya ini sekaligus untuk membentuk kesetaraan antara perempuan dan laki-laki

“Kami lakukan pendampingan secara holistik agar ada peningkatan kesejahteraan dan kesetaraan,” katanya.

Ada 4 pendekatan holistik yang dilakukan selain pemberdayaan ekonomi. Yakni pemenuhan nutrisi dengan membangun gizi bersama kelompok wanita tani, pencegahan dan pendampingan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta perlindungan lingkungan bersama masyarakat peduli api.

“Setidaknya partisipan program ini mencapai 100.523 orang secara tidak langsung,” ungkapnya.

Menurut Abdul, upaya yang dilakukan pihaknya bisa menjadi kerangka model untuk diterapkan di tempat lain. Dia menyebut, salah satu kegiatan di KUEP adalah mengelola simpan pinjam. Saat ini, dana tabungan yang dikelola sebesar Rp 554 juta.

Pengelola Koperasi KUEP Rifa Zunalin mengatakan bersama sejumlah rekannya mengawali terbentuknya KUEP di desanya dengan bantuan modal Rp 50 juta. Saat ini terkumpul tabungan dari para anggota sekitar Rp 223 juta dan tambahan modal pinjaman yang dapat disalurkan kepada anggota mencapai Rp230 juta.

“Dana pinjaman untuk saat ini paling banyak untuk modal UMKM dan perawatan kebun. Kami juga ada dana sosial yang dapat dimanfaatkan anggota jika dibutuhkan. Kehadirannya ini juga upaya menghindari anggota dari bank plecit yang dianggap memberatkan para peminjamnya,” ujarnya.

Dalam penguatan ekonomi perempuan skala rumah tangga, tercatat ada 10 KUEP yang menekuni usaha lidi dari bahan sawit dengan beragam inovasi. Kemudian ada 70 usaha kuliner, 2 jenis usaha ternak ayam dan sapi, 17 usaha toko sembako, dan 11 usaha online.

Selain itu, pembentukan kebun gizi yang kini mencapai 222 titik juga membantu para pekerja perkebunan mendapat tambahan penghasilan. Kebun gizi itu sekaligus upaya menurunkan prevalensi stunting di wilayah desa KUEP dan sekitarnya.

Adapun 13 desa yang masuk program itu terbagi di 3 kecamatan. Yakni di Kecamatan Tungkal Jaya dengan sebaran Desa Bumi Kencana, Panca Tungkal, Sido Mulyo, dan Banjar Jaya. Kecamatan Sungai Lilin di Desa Sri Mulyo, Suka Damai, Sido Mulyo, dan Banjar Jaya. Dan di Kecamatan Keluang di Desa Tegal Mulyo, Karya Maju, Sumber Agung, Dawas, dan Cipta Praja.