Saksi Ceritakan Detik-detik Penggerebekan Sabung Ayam Tewaskan 3 Polisi

Posted on

Sidang lanjutan penembakan terhadap tiga polisi Polres Way Kanan saat penggerebekan sabung ayam, kembali digelar di Pengadilan Militer 1-04 Palembang. Pada sidang ini, ada 14 saksi yang dihadirkan untuk mengungkap kasus penembakan yang dilakukan Kopda Bazarsah.

Adapun ke 14 saksi yang dihadirkan yakni 13 saksi dari anggota Polisi yang ikut penggerebekan dan satu saksi merupakan Kapri yang merupakan anggota Brimob Polda Sumsel.

Sidang yang diketuai Kolonel CHK Fredy Ferdian Isnartanto ini mengungkap info-info penggerebekan hingga penembakan yang dilakukan oleh Kopda Basar digelanggang sabung ayam di Kecamatan Negara Batin,Lampung.

Penggerebekan sabung ayam yang dilakukan tim gabungan dari Polres Way Kanan dan Polsek Negara Batin merupakan perintah dari Kapolres Way Kanan.

Salah satu saksi yakni Kanit 1 Satreskrim Polres Way Kanan Ipda Engga Depati mengungkapkan dalam sidang, pada Minggu (16/3/2025) ia mendapat telepon pada malam hari dari Kapolres.

Ia diminta untuk membantu Polsek Negara Batin melakukan penggerebekan Arena Sabung Ayam di Karang Mani, Kecamatan Negara Batin, Kabupaten Way Kanan. Namun sebelum pergi ke Polsek ia harus berkoordinasi dulu dengan Kapolsek Negara Batin karena mereka yang punya wilayah.

“Kapolres Way Kanan AKBP Adanan Mangopang menyampaikan permohonan maaf kepada para anggota usai penembakan terhadap tiga anggota Polsek Negara Batin,” ungkapnya dalam persidangan.

Anggota menyesali adanya penembakan tersebut. Setalah mendapat laporan bahwa ada tiga anggota Polsek Negara Batin kena tembak, anggota yang ikut melakukan penggerebekan langsung disuruh untuk merapat ke Polsek Negara Batin.

“Setelah penembakan itu saya segera mengabarkan kondisi di lokasi penggerebekan kepada Kapolres dan Kasat Reskrim Polres Way Kanan. Saya menjelaskan kondisi pasca penembakan yang menyebabkan tiga orang meninggal dunia,” katanya.

Saat di lokasi, Enggal tidak tahu jika terjadi penembakan dan menyebabkan tiga rekannya meninggal dunia. Sebab saat itu ia terpisah dari rombongan polsek yang melakukan penggerebekan. Dirinya datang dengan mobil Inafis dan parkir lebih jauh dibelakang.

Saat itu, dirinya yang turun belakangan melakukan pengejaran terhadap para pelaku pencurian di lokasi sebelum akhirnya mendapat teriakan meminta tolong dari arah gelanggang judi.

“Saya mendengar Ghalib pingsan, tolong …tolong…lalu saya mendekati sumber suara. Saat itu keadaan Ghalib sudah terlentang dan mengeluarkan darah dari mulut dan hidung,” katanya.

Enggal menyebut bahwa saat itu Ghalib masih dalam kondisi bergerak. Saat dirinya mendekati Ghalib untuk memastikan kondisinya karena Enggal mendengar Ghalib hanya pingsan. Saat didekati ternyata kondisi korban saat itu sudah mengeluarkan darah dari mulut dan hidung.

“Saya langsung telepon kasat reskrim dan kapolres bahwa ada yang meninggal,” katanya.

Lalu, lanjutnya setelah itu ia mendengar lagi teriakan ada yang meninggal lagi kena tembak. Dan berkata bahwa kapolsek kena tembak.

Mendengar kabar bahwa ada polisi lainnya yang tertembak, membuat Engga maju ke depan untuk mencek para korban. Dirinya mendapati dua rekannya sudah tergeletak bersimbah darah tak jauh dari lokasi pertama.

“Saya ketemu kanit Resmob. Mayat Ghalib ada di semak-semak. Sedangkan mayat Kapolsek Iptu Lusiyanto, dan Bripka Petrus Apriyanto tergeletak di jalan,” katanya.

Dirinya kemudian kembali menghubungi kapolres dan kasat untuk memberitahukan bahwa kondisi di lapangan. Saat itu korban penembakan sudah ada tiga orang.

“Setelah menelpom kapolres dan kasat. Kata kapolres dan kasat mereka akan merapat ke lokasi,” katanya.

Diakui Enggal, saat itu ia tidak melihat siapa pelaku penembakan terhadap ketiga rekannya. Dirinya hanya meminta seluruh anggota yang ada di lokasi kejadian untuk siaga dan mencari pertolongan ke tim medis terdekat.

“Sekitar pukul 20.00 WIab baru datang mobil ambulance untuk membawa para korban,” katanya.