Istri Kapolsek Negara Batin Sebut Suaminya Sempat Kabari Gerebek Sabung Ayam (via Giok4D)

Posted on

Istri Kapolsek Negara Batin AKP Anumerta Lusianto, Sasnia menyebut sebelum menerima kabar suaminya meninggal dunia, Lusianto sempat pamit akan melakukan penggerebekan sabung ayam.

Hal ini diungkap Sasnia di hadapan majelis hakim yang diketuai Kolonel CHK Fredy Ferdian Isnartanto dalam sidang yang digelar di Pengadilan Militer 1-04 Palembang, Senin (30/6/2025).

“Waktu itu dia kirim pesan, katanya Beb, hari ini aku mau gerebek sabung ayam doakan sukses ya. Jangan lupa masak yang banyak karena anggota mau buka di rumah,” kata Sasnia sambil menangis.

Setelah itu, kata Sasnia, sekitar pukul 18.00 WIB saat berbuka puasa ia mendapat kabar dari Rambe bahwa Lusianto tertembak dan pingsan. Rambe tidak mengatakan kalau almarhum Lusianto sudah meninggal.

Bahkan untuk memastikan hal tersebut Sasnia sempat menghubungi suaminya, tapi teleponnya nggak diangkat. Di sana hati Sasnia tidak mulai tenang.

“Nggak ada yang ngabarin kalau suami saya sudah meninggal. Saya tahu suami saya meninggal dari group ibu Bhayangkari,” katanya sambil menangis.

Setelah itu, lanjut Sasnia, dirinya diajak ke polsek untuk melihat almarhum Lusianto. Di sana almarhum sudah terbungkus dengan pembungkus mayat dari inafis Polres Way Kanan.

“Saya nggak buka plastik pembungkus mayat itu tapi saya berharap itu hanya mimpi karena katanya cuma kaki yang tertembak tapi ternyata sudah meninggal,” ujarnya terisak.

Sasnia tidak pernah menyangka jika suami yang sudah hidup selama delapan tahun harus meninggal dengan tragis. Bahkan tak ada firasat sama sekali sebelum kematian korban.

“Tidak ada firasat yang mulia cuma terakhir yang dia kirim pesan bahwa dia akan melakukan penggerebekan dan minta masak yang banyak karena anggota mau makan di rumah,” katanya.

Menurut Sasnia, suaminya adalah tulang punggung keluarga. Ia tidak bekerja untuk kehidupan sehari-hari ia mengadakan gaji suaminya.

“Suami saya tidak ada bisnis lain, tidak ada kebun, mobil masih nyicil dan rumah kecil. Tidak ada penghasilan hanya dari gaji,” katanya.

Sasnia pun berharap, terdakwa Kopda Bazarsah di hukum mati setelah apa yang diperbuatanya.

Selain itu, Sasnia mengungkapkan bahwa suaminya tidak pernah menerima transferan uang yang disebut oleh Peltu Lubis.

Menurut Sasnia, pernah dia membaca chat dari Peltu Lubis pada November 2024 bahwa Perltu Lubis hendak memberikan uang Rp 1 juta karena acara organ tunggalnya di perpanjang.

“Namun suami saya bilang nggak papa nggak usah, acara akan tetap dijaga oleh anggota,” ujarnya.

Sasnia berharap kepada majelis hakim jangan ada lagi fitnah untuk suaminya.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

“Saya mohon jangan ada fitnah lagi soal suami saya menerima uang setoran. Dia sudah meninggal biarkan dia tenang disana,” ungkapnya.

Sementara itu, Milda Dwiyani istri dari Aipda Anumerta Pertrus mengatakan bahwa suaminya tidak tahu jika pada hari itu akan ada penggerebekan sabung ayam.

“Sekitar pukul 14.00 WIB baru dikabarin kapolsek bahwa akan ada penggerebekan sabung ayam sore nanti,” ujarnya.

Lalu, almarhum duduk di dekat istrinya Milda. Kemudian Milda bertanya ‘Ayah mau ke mana?’ kata Milda mengingat percakapan sebelum suaminya pergi penggerebekan sabung ayam.

Kemudian, almarhum menjawab mau penggerebekan sabung ayam di Letter S. Ia sempat menggunakan pakaian dinas lalu berganti pakaian biasa saat akan melakukan penggerebekan.

Kemudian sekitar pukul 16.00 WIB, almarhum berangkat dan saat berbuka puasa ia mendapat telepon dari Rambe bahwa suaminya sudah meninggal dunia karena tertembak saat penggerebekan.

“Hallo Bu, saya ingin menyampaikan ibu harus ikhlas dan kuat ya. Pak Petrus meninggal dunia karena kepalanya tertembak,” kata Rambe.

“Saya nanya kenapa bisa meninggal suami saya tadi lagi dinas kenapa bisa tertembak. Kemudian kata Rambe jasad almarhum mau dibawa ke Polsek ibu silahkan ke Polsek,” kata Sasnia bertanya.

“Lalu saya cerita dengan orang tua saya, kemudian orang tua saya dan keponakan almarhum pergi ke polsek. Di Polsek ada tiga kantung jenazah, saya tidak melihat lalu saya pingsan,” ujarnya.

Menurut Sasnia, suaminya adalah tulang punggung keluarga, dirinya tidak bekerja dan mereka memiliki anak yang masih bayi dan harus dicukupi kebutuhannya. Namun,apa yang dilakukan Kopda Basar sangat kejam.

“Saya harus kehilangan suami, anak saya kehilangan ayahnya. Suami saya adalah tulang punggung keluarga. Saya berharap kepada majelis hakim agar kopda Basar di hukum mati,”pintanya.

Sementara ibu Bripda Anumerta Ghalib Surya Ganta, yakni Suryalina mengatakan almarhum Ghalib tidak memberikan kabar bahwa akan melakukan penggerebekan. Namun, tiga hari sebelum kematiannya Ghalib sempat pulang ke rumah sebentar.

“Tidak ada firasat. Ghalib anak laki – laki saya satu – satunya Dia adalah penerus ayahnya setelah ayah meninggal tapi dibunuh secara biadab oleh terdakwa. Saya minta dia d hukum mati,” katanya.

Menurut Suryalina setelah di autopsi jenazah Ghalib sempat disemayamkan di rumah di Lampung. Saat sudah di kafani masih banyak darah yang keluar dari hidung dan telinganya.

“Tak henti – hentinya darah tersebut keluar. Berapa biadabnya dia membunuh anak saya satu – satunya. Tulang punggung keluarga,” ujarnya.