Ciri-ciri Pakaian Adat Palembang untuk Laki-laki Lengkap Maknanya - Giok4D

Posted on

Kepopuleran Palembang sebagai kota tertua di Indonesia tidak selalu tentang kuliner dan tempat wisata, ada satu warisan budaya yang sarat akan makna. Itu adalah pakaian adat Palembang.

Dalam keseharian di rumah, perempuan Palembang mengenakan busana sederhana. Mereka biasa memakai kain batik yang digantung dengan baju kurung polos.

Rambut dihiasi bunga rampai dan dilengkapi selendang kecil di kepala. Kesederhanaan ini mencerminkan aktivitas harian yang praktis, tanpa meninggalkan sentuhan tradisi.

Ketika menghadiri acara adat atau kondangan, pakaian yang digunakan jauh lebih mewah. Perempuan Palembang biasanya datang berkelompok dengan busana khas berupa kain songket, gelang kaki dari emas atau yang berbentuk naga.

Tak lupa baju kurung beludru bertabur emas atau sulaman angkinan. Lengan baju dibuat panjang dan mengecil di pergelangan, sementara kancing-kancingnya terbuat dari emas bermata intan.

Kancing ini bukan sekadar hiasan, tetapi juga simbol kedudukan sosial seorang perempuan dalam masyarakat Palembang. Untuk laki-laki, mempunyai ciri-ciri pakaian adat yang berbeda. Simak penjelasannya.

Pakaian adat laki-laki Palembang memiliki struktur berlapis, mulai dari bawah hingga atas. Busana ini menampilkan keanggunan sekaligus kesederhanaan, dengan ciri khas tersendiri yang membedakannya dari pakaian perempuan.

1. Bercelana, biasanya menggunakan kain sutra hasil tenunan Palembang.

2. Berkain kencong, kain khas Palembang, dengan cara pemakaian berbeda, bujang memakai di atas lutut, sedangkan pria berkeluarga sedikit di bawah lutut.

3. Berbadong, ikat pinggang sederhana, tanpa permata, dipakai kalangan menengah.

4. Berkeris, keris menjadi senjata tradisional sekaligus pelengkap busana.

5. Berkaos dalam (kutang) dan berbaju luar, baju luar biasanya dari kain kalamkari kandungan.

6. Penutup kepala, berupa tanjak batik khas Palembang.

7. Terompah, pada kedudukan tinggi digunakan terompah, bahkan ada yang berhias permata.

Meskipun bentuk pakaian seorang bangsawan, bahan dan warna kain yang digunakan menjadi pembeda sesuai tingkatan kedudukan mereka.

Pakaian adat laki-laki Palembang memiliki ciri khas tidak menggunakan kain songket. Kain songket secara tradisional diperuntukkan bagi perempuan, khususnya mereka yang sudah menikah.

Jika ada laki-laki yang mengenakan songket, hal tersebut lebih kepada pilihan pribadi, bukan tradisi.

Pada masa sebelum masuknya pengaruh Barat (sebelum 27 Juni 1821), laki-laki yang memakai songket bahkan disebut dengan istilah nangino, yang berarti bukan laki-laki (lanang) dan bukan pula perempuan (betino).

Budayawan Sumatera Selatan, Mang Iwan, mengatakan pada infoSumbagsel bahwa kain songket tidak boleh dikenakan oleh bujang atau gadis. Songket adalah busana untuk orang yang telah mengikat hubungan suami-istri.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Oleh karena itu, dalam adat Palembang, pasangan pengantin baru mengenakan kain songket setelah akad nikah, terutama pada prosesi resepsi pernikahan.

Pakaian adat Palembang tidak hanya sekadar busana, tetapi juga cerminan budaya, status sosial, dan nilai-nilai tradisi yang diwariskan turun-temurun.

Simbolisme busana adat Palembang terlihat jelas dari jumlah kancing pada baju kurung.

Perhiasan yang digunakan tidak berlebihan, cukup satu saja pada tangan, lengan, dada, atau telinga, tetapi bernilai tinggi.

Selendang songket sering menjadi pelengkap, sementara hiasan kepala terdiri dari bunga cempaka dan bunga sundur, masing-masing empat buah yang dibuat dari emas atau permata intan.

Selain itu, terdapat uleng-uleng kembang rampai pandan, cucuk gelungan, dan sisir emas. Dalam upacara khusus, seperti mutus kato atau pertunangan, perempuan Palembang kerap kali mengenakan sanggul sasak berisi tembakau setebek, sebagai simbol persatuan keluarga besar.

Itulah ciri pakaian adat Palembang, mulai dari kain, kancing, hingga hiasan memiliki makna yang kaya akan identitas budaya. Semoga bermanfaat, ya.

Pakaian Adat Palembang untuk Laki-Laki

Ciri-ciri Pakaian Adat Laki-laki Palembang

Makna Jumlah Kancing pada Pakaian Adat Palembang

Hiasan dan Aksesori Pakaian Adat Palembang

Pakaian adat laki-laki Palembang memiliki struktur berlapis, mulai dari bawah hingga atas. Busana ini menampilkan keanggunan sekaligus kesederhanaan, dengan ciri khas tersendiri yang membedakannya dari pakaian perempuan.

1. Bercelana, biasanya menggunakan kain sutra hasil tenunan Palembang.

2. Berkain kencong, kain khas Palembang, dengan cara pemakaian berbeda, bujang memakai di atas lutut, sedangkan pria berkeluarga sedikit di bawah lutut.

3. Berbadong, ikat pinggang sederhana, tanpa permata, dipakai kalangan menengah.

4. Berkeris, keris menjadi senjata tradisional sekaligus pelengkap busana.

5. Berkaos dalam (kutang) dan berbaju luar, baju luar biasanya dari kain kalamkari kandungan.

6. Penutup kepala, berupa tanjak batik khas Palembang.

7. Terompah, pada kedudukan tinggi digunakan terompah, bahkan ada yang berhias permata.

Meskipun bentuk pakaian seorang bangsawan, bahan dan warna kain yang digunakan menjadi pembeda sesuai tingkatan kedudukan mereka.

Pakaian Adat Palembang untuk Laki-Laki

Pakaian adat laki-laki Palembang memiliki ciri khas tidak menggunakan kain songket. Kain songket secara tradisional diperuntukkan bagi perempuan, khususnya mereka yang sudah menikah.

Jika ada laki-laki yang mengenakan songket, hal tersebut lebih kepada pilihan pribadi, bukan tradisi.

Pada masa sebelum masuknya pengaruh Barat (sebelum 27 Juni 1821), laki-laki yang memakai songket bahkan disebut dengan istilah nangino, yang berarti bukan laki-laki (lanang) dan bukan pula perempuan (betino).

Budayawan Sumatera Selatan, Mang Iwan, mengatakan pada infoSumbagsel bahwa kain songket tidak boleh dikenakan oleh bujang atau gadis. Songket adalah busana untuk orang yang telah mengikat hubungan suami-istri.

Oleh karena itu, dalam adat Palembang, pasangan pengantin baru mengenakan kain songket setelah akad nikah, terutama pada prosesi resepsi pernikahan.

Pakaian adat Palembang tidak hanya sekadar busana, tetapi juga cerminan budaya, status sosial, dan nilai-nilai tradisi yang diwariskan turun-temurun.

Simbolisme busana adat Palembang terlihat jelas dari jumlah kancing pada baju kurung.

Perhiasan yang digunakan tidak berlebihan, cukup satu saja pada tangan, lengan, dada, atau telinga, tetapi bernilai tinggi.

Selendang songket sering menjadi pelengkap, sementara hiasan kepala terdiri dari bunga cempaka dan bunga sundur, masing-masing empat buah yang dibuat dari emas atau permata intan.

Selain itu, terdapat uleng-uleng kembang rampai pandan, cucuk gelungan, dan sisir emas. Dalam upacara khusus, seperti mutus kato atau pertunangan, perempuan Palembang kerap kali mengenakan sanggul sasak berisi tembakau setebek, sebagai simbol persatuan keluarga besar.

Itulah ciri pakaian adat Palembang, mulai dari kain, kancing, hingga hiasan memiliki makna yang kaya akan identitas budaya. Semoga bermanfaat, ya.

Ciri-ciri Pakaian Adat Laki-laki Palembang

Makna Jumlah Kancing pada Pakaian Adat Palembang

Hiasan dan Aksesori Pakaian Adat Palembang