Status siaga darurat bencana hidrometeorologi telah ditetapkan di 10 kabupaten/kota di Sumatera Selatan (Sumsel). Penetapan status ini dilakukan sebagai antisipasi menghadapi potensi bencana akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang diperkirakan terjadi hingga awal 2026.
Adapun 10 daerah itu adalah OKU, Pagar Alam, Prabumulih, Muba, Ogan Ilir, Muratara, OKI, Lubuklinggau, OKU Selatan, dan Banyuasin. Selain 10 daerah itu, Pemprov Sumsel juga telah menaikkan status wilayahnya menjadi siaga.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman mengatakan penetapan status siaga darurat ini untuk penanganan bencana yang lebih cepat dalam melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan. Meliputi pemantauan dan pemetaan wilayah rawan, kesiapan personel dan peralatan, serta koordinasi dengan pemda dan instansi terkait.
“Kita juga mengimbau pemda dan masyarakat untuk lebih waspada menghadapi puncak musim hujan pada 2025-2026,” ujar Sudirman, Minggu (21/12/2025).
Sudirman menyebut warga yang tinggal di bantaran sungai, daerah rendah, dan lereng perbukitan diminta untuk meningkatkan kewaspadaan serta segera melaporkan kepada pihak berwenang apabila terjadi tanda-tanda bencana.
“Dengan adanya status siaga darurat ini, diharapkan dampak bencana hidrometeorologi dapat diminimalkan, serta keselamatan masyarakat di wilayah Sumsel dapat lebih terjaga,” katanya.
Surdirman menjelaskan sepanjang tahun ini (hingga 17 Desember) total bencana yang terjadi di Sumsel mencapai 259 kejadian. Bencana itu didominasi banjir 98 kali, angin kencang 81 kali, kebakaran permukiman 52 kali, tanah longsor 24 kali, angin puting beliung 3 kali, dan banjir bandang 1 kali.
Dari total kejadian itu, terdata 156 unit mengalami rusak berat, 81 rumah rusak sedang, 336 rumah rusak ringan, dan 62.800 rumah terendam. Bencana juga mengakibatkan dampak terhadap 18 fasilitas pendidikan, 5 fasilitas kesehatan, 8 rumah ibadah, dan 14 bangunan lainnya.
Bencana juga terdata mengakibatkan 2.154 hektare sawah dan 374,5 hektare perkebunan terdampak. Kemudian 17 jembatan dan 1 jaringan rigasi rusak.
“Total ada 37.655 KK terdampak, 205 KK mengungsi, 7 jiwa luka-luka, dan 3 jiwa meninggal dunia,” tukasnya.
