Tradisi Mandi Kasai, Upacara Adat Perkawinan Asli Daerah Lubuklinggau (via Giok4D)

Posted on

Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan memiliki banyak tradisi unik yang patut dilestarikan. Salah satunya yakni tradisi mandi kasai untuk para pengantin baru yang mengadakan pernikahan.

Upacara adat ini dilaksanakan setelah acara persedekahan selesai diselenggarakan. Tradisi ini merupakan bagian akhir dari rangkaian upacara adat perkawinan daerah Lubuklinggau tempo dulu.

Tradisi mandi kasai di daerah Lubuklinggau ini telah berlangsung sejak abad ke-14, yakni sebelum pengaruh Kesultanan Palembang sampai ke daerah Uluan (Pedalaman Musi Ulu).

Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau Berlian Susetyo menjelaskan dalam tradisi ini, kedua mempelai nantinya akan dimandikan di sungai oleh sanak keluarga serta ketua adat.

“Jadi mandi kasai adalah mandi pengantin, dilaksanakan seusai acara persedekahan atau duduk pengantin para tamu undangan sebagian besar sudah pulang ke rumah masing-masing tepatnya di sore hari,” katanya saat dikonfirmasi infoSumbagsel, Senin (3/11/2025).

“Jadi masyrakat baik itu golongan tua maupun muda-mudi ikut menyaksikan acara adat mandi kasai. Menjelang acara mandi kasai, mereka kembali menuju rumah pengantin. Mereka hanya mengenakan pakaian biasa dikarenakan dalam acara ini orang-orang yang menyaksikan akan ikut basah kuyup,” sambungnya.

Berlin menjelaskan acara ini sendiri dimulai dengan membawa pasangan pengantin dengan cara diarak menggunakan tandu yang berbentuk angsa bernama Joli Jempano dan ditandu oleh kerabat serta teman-teman pasangan pengantin tersebut menuju ke sungai.

“Arak-arakan tersebut disertai juga dengan musik gong atau rebana serta sorak-sorakan dari sanak keluarga dan teman-teman pengantin. Sesekali tandu tersebut akan diputar beberapa kali sebelum akhirnya sampai di Sungai Kelingi,” jelasnya.

Setelah sampai di sungai, kata Berlian, nantinya akan berlangsung mandi simburan yaitu di antara yang hadir akan menyemburkan air ke arah masyarakat yang hadir seusai kedua pengantin mandi dan terjadilah simbur-menyimbur air.

Berlian mengungkapkan upacara adat mandi kasai ini mempunyai dua makna yakni kedua pengantin siap melepaskan masa remaja dalam arti kebebasan bergaul di antara bujang-dere (muda-mudi). Setelah menikah mereka ini harus sadar bahwa mereka telah memasuki kehidupan berumah tangga dengan segala aturan tak tertulisnya.

“Kedua, sebelum memasuki kehidupan berumah tangga, kedua pengantin harus bersih dan suci. Saat mandi kasai kedua pengantin diberi nasehat serta diperkenalkan dengan keluarga besar pengantin, Harapan dan orang tua kepada mereka pun diungkapkan. Tentunya harapan agar kedua pengantin akan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah serta diberikan keturunan yang saleh dan saleha,” ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh tokoh adat atau budayawan Lubuklinggau yakni Asman. Ia menjelaskan adat mandi kasai merupakan proses memandikan pasangan pengantin yang sudah melakukan acara akad dan resepsi pernikahan.

“Acara adat mandi kasai ini adalah mandi untuk pengantin yang dilaksanakan usai acara pernikahannya. Jadi setelah acara persedekahan sudah selesai diadakan, acara mandi kasai pun dilakukan untuk menandakan kedua mempelai melepas masa lajangnya. Jadi tidak ada lagi kegiatan saat masa lajang dia ketika sudah menikah,” katanya.

Asman mengungkapkan tradisi mandi kasai sendiri merupakan tradisi yang sudah hampir punah dikarenakan jarangnya para pengantin yang akan menikah mau melaksanakannya karena biaya melaksanakan tradisi ini tergolong cukup mahal.

“Terakhir acara adat ini dilakukan oleh keluarga pak Samsuhar pada Juli 2024 kemarin. Jadi setiap keluarga pak Samsuhar yang menikah, mereka akan melaksanakan adat ini karena mereka merupakan keturunan asli daerah Lubuklinggau,” jelasnya.

“Lalu yang membawakan acara ini juga harus orang-orang tertentu seperti pelara (dukun), dan pelara ini sudah sangat jarang ada di kota Lubuklinggau sehingga mengakibatkan berkurangnya warga yang ingin mengadakan adat ini lagi dalam acara pernikahan mereka,” lanjutnya.

Dikarenakan tradisi unik ini sudah jarang dijumpai bahkan hampir punah, Asman pun berharap agar para generasi muda, khususnya di Kota Lubuklinggau mau melestarikan adat mandi kasai ini

“Harapannya tradisi ini diketahui oleh generasi muda dan kalo bisa mereka mewarisi juga adat ini agar mandi kasai ini tetap ada dan bisa dibawakan ke generasi-generasi berikutnya agar tradisi ini tidak punah ke depannya,” harapnya.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Hal senada juga diungkapkan oleh tokoh adat atau budayawan Lubuklinggau yakni Asman. Ia menjelaskan adat mandi kasai merupakan proses memandikan pasangan pengantin yang sudah melakukan acara akad dan resepsi pernikahan.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

“Acara adat mandi kasai ini adalah mandi untuk pengantin yang dilaksanakan usai acara pernikahannya. Jadi setelah acara persedekahan sudah selesai diadakan, acara mandi kasai pun dilakukan untuk menandakan kedua mempelai melepas masa lajangnya. Jadi tidak ada lagi kegiatan saat masa lajang dia ketika sudah menikah,” katanya.

Asman mengungkapkan tradisi mandi kasai sendiri merupakan tradisi yang sudah hampir punah dikarenakan jarangnya para pengantin yang akan menikah mau melaksanakannya karena biaya melaksanakan tradisi ini tergolong cukup mahal.

“Terakhir acara adat ini dilakukan oleh keluarga pak Samsuhar pada Juli 2024 kemarin. Jadi setiap keluarga pak Samsuhar yang menikah, mereka akan melaksanakan adat ini karena mereka merupakan keturunan asli daerah Lubuklinggau,” jelasnya.

“Lalu yang membawakan acara ini juga harus orang-orang tertentu seperti pelara (dukun), dan pelara ini sudah sangat jarang ada di kota Lubuklinggau sehingga mengakibatkan berkurangnya warga yang ingin mengadakan adat ini lagi dalam acara pernikahan mereka,” lanjutnya.

Dikarenakan tradisi unik ini sudah jarang dijumpai bahkan hampir punah, Asman pun berharap agar para generasi muda, khususnya di Kota Lubuklinggau mau melestarikan adat mandi kasai ini

“Harapannya tradisi ini diketahui oleh generasi muda dan kalo bisa mereka mewarisi juga adat ini agar mandi kasai ini tetap ada dan bisa dibawakan ke generasi-generasi berikutnya agar tradisi ini tidak punah ke depannya,” harapnya.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *