Ulak Lebar merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Namun dahulunya Ulak Lebar merupakan sebuah dusun kecil yang kemudian berkembang menjadi peradaban awal masyarakat Lubuklinggau.
Jauh sebelum Lubuklinggau menjadi kota seperti saat ini, masyarakat Lubuklinggau dahulu tinggal di sebuah pemukiman kecil yang letaknya berada di kawasan hutan belukar dan belum pernah dihuni manusia. Tempat tersebut dikenal bernama Ulak Lebar. nama Ulak Lebar sendiri telah ada sejak masa Kolonial Belanda.
Dulunya Ulak Lebar dikenal sebagai suatu masyarakat hukum adat tunggal dan genealogis. Ulak Lebar memiliki pemerintahan yang berdiri sendiri dan bersifat kekeluargaan.
Letaknya berada di kaki Bukit Sulap yang ditandai dengan adanya Benteng Kuto berpagar Aur Berduri dan diapit oleh beberapa sungai diantaranya Kelingi, Kasie, dan Ketue. Penemuan benda-benda arkeologis seperti pecahan-pecahan keramik atau gerabah menjadi bukti adanya kehidupan disana saat itu.
Terdapat juga makam-makam kuno dalam bentuk menhir berpasangan yang merupakan tradisi megalitik berlanjut yang masih ditemui hingga saat ini. Kini kawasan tersebut telah menjadi potensi cagar budaya.
Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau Berlian Susetyo mengatakan pemukiman dan Benteng Kuto yang terbuat dari tanah di Situs Ulak Lebar diduga telah ada sekitar abad 14-17 masehi yakni saat tradisi Islam Klasik. Pada masa itu masyarakat Ulak Lebar baru mendapat pengaruh Islam maka tradisi penguburan sudah mulai mengacu pada tradisi Islam.
Sedangkan batu nisan menggunakan menhir karena pengaruh tradisi lama yang masih di percaya oleh masyarakat.
“Oleh sebab itu, tradisi megalitik di Situs Ulak Lebar disebut Tradisi Megalitik Berlanjut. Keistimewaan menhir-menhir yang ada di Kelurahan Ulak Lebar yakni berdiri dalam posisi berpasang-pasangan dan masing- masing pasangan berorientasi arah Utara dan Selatan, khas makam Islam dengan menghadap ke Kiblat,” katanya saat dikonfirmasi infoSumbagsel, Senin (15/12/2025).
Menhir yang masih ada saat sekarang berjumlah sekitar 132 buah atau 66 pasang yang tersebar di kawasan situs Ulak Lebar dari sektor satu sampai sektor tujuh.
“Ada dua sektor berada di Selatan yakni di Sungai Kelingi (sektor I dan II), satu sektor terletak di sebelah Timur benteng tanah (sektor III), dua sektor dalam kompleks benteng (sektor IV dan V), dan dua sektor terletak di sebelah Barat benteng (sektor VI dan sektor VII),” terangnya.
Berlian menjelaskan situs purbakala Ulak Lebar dahulu ditandai dengan berdirinya Bukit Sulap, aliran Sungai Kelingi, Sungai Kasie, dan Sungai Ketue yang menjadi tempat pertemuan para pedagang.
Aliran Sungai Kasie dan Sungai Ketue yang mengalir ke arah selatan agak ke tenggara dan kemudian bermuara di Sungai Kelingi tersebut menunjang sebuah hubungan perekonomian melalui jalur sungai hingga akhirnya dikenal dengan istilah Poros Ulu-llir.
“Sebab pelayaran para perahu dagang (Jong-Jong) dari Sungai Musi hingga kemudian memasuki sungai utama yaitu Sungai Kelingi biasa menepi di sebelah hilir negeri Ulak Lebar. Kemudian para pendatang yang akan mengadakan hubungan dengan elite tradisional di Ulak Lebar dapat mengikatkan tali jong-jongnya pada Lubuk Genting Tigas yang berada tepat di pelataran halaman Benteng Kuto Ulak Lebar,” jelasnya.
Hingga akhirnya pada era Kolonial Belanda tahun 1853 saat pemerintahan berdiri di Palembang, ada empat wilayah yang dipimpin oleh seorang pemimpin tradisional disebut Depati yakni Ujan Mas (di Padang Ulak Tanding), Ulak Lebar (di Lubuklinggau), Muara Beliti, dan Muara Kati.
Adapun depati-depati yang pernah memimpin Ulak Lebar yakni Depati Bodo, Depati Rapat, Depati Dukun, Depati Lumpuh, Depati Lang Gandus, Depati Abun, Depati Rawas, dan Depati Jafar.
“Ketika masa Depati Jafar, Belanda mulai mengatur wilayah jajahannya untuk kepentingan pembangunan pemerintahan kolonial hingga akhirnya memindahkan warga Ulak Lebar secara paksa karena lokasinya yang sangat tidak strategis untuk kepentingan pemerintahan kedepannya. Akhirnya mereka pun menempati tempat baru yang diberi nama Dusun Lubuklinggau,” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Kota Lubuklinggau pun berdiri pada 21 Juni 2001 dari pemekaran Kabupaten Musi Rawas dan menetapkan kawasan Dusun Lubuklinggau tersebut menjadi Kelurahan Ulak Lebar.
Berlian menjelaskan situs purbakala Ulak Lebar dahulu ditandai dengan berdirinya Bukit Sulap, aliran Sungai Kelingi, Sungai Kasie, dan Sungai Ketue yang menjadi tempat pertemuan para pedagang.
Aliran Sungai Kasie dan Sungai Ketue yang mengalir ke arah selatan agak ke tenggara dan kemudian bermuara di Sungai Kelingi tersebut menunjang sebuah hubungan perekonomian melalui jalur sungai hingga akhirnya dikenal dengan istilah Poros Ulu-llir.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Sebab pelayaran para perahu dagang (Jong-Jong) dari Sungai Musi hingga kemudian memasuki sungai utama yaitu Sungai Kelingi biasa menepi di sebelah hilir negeri Ulak Lebar. Kemudian para pendatang yang akan mengadakan hubungan dengan elite tradisional di Ulak Lebar dapat mengikatkan tali jong-jongnya pada Lubuk Genting Tigas yang berada tepat di pelataran halaman Benteng Kuto Ulak Lebar,” jelasnya.
Hingga akhirnya pada era Kolonial Belanda tahun 1853 saat pemerintahan berdiri di Palembang, ada empat wilayah yang dipimpin oleh seorang pemimpin tradisional disebut Depati yakni Ujan Mas (di Padang Ulak Tanding), Ulak Lebar (di Lubuklinggau), Muara Beliti, dan Muara Kati.
Adapun depati-depati yang pernah memimpin Ulak Lebar yakni Depati Bodo, Depati Rapat, Depati Dukun, Depati Lumpuh, Depati Lang Gandus, Depati Abun, Depati Rawas, dan Depati Jafar.
“Ketika masa Depati Jafar, Belanda mulai mengatur wilayah jajahannya untuk kepentingan pembangunan pemerintahan kolonial hingga akhirnya memindahkan warga Ulak Lebar secara paksa karena lokasinya yang sangat tidak strategis untuk kepentingan pemerintahan kedepannya. Akhirnya mereka pun menempati tempat baru yang diberi nama Dusun Lubuklinggau,” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Kota Lubuklinggau pun berdiri pada 21 Juni 2001 dari pemekaran Kabupaten Musi Rawas dan menetapkan kawasan Dusun Lubuklinggau tersebut menjadi Kelurahan Ulak Lebar.
