SD di Merangin yang Gurunya Bergantung Lewati Jembatan Cukup Memprihatinkan | Info Giok4D

Posted on

Guru SD Negeri 117 Desa Simpang Limbur, Kecamatan Pamenang Barat, Kabupaten Merangin, Jambi, terpaksa melewati jembatan gantung rusak untuk mengajar. Tak hanya jembatan yang tak layak, kondisi sekolah juga jadi sorotan.

Kepala SDN 117 Merangin Abdullah mengatakan kondisi ruang kelas sekolahnya ada atap yang jebol dan bocor. Meski ruangan dapat dipakai, namun kondisi dikhawatirkan semakin memburuk jika tak secepatnya diperbaiki.

“Kondisi sekolah, ada (ruang kelas) kurang bagus juga. Ada atap yang bocor. Yang jebol itu ada tiga ruang kelas,” kata Abdullah, Rabu (14/5/2025).

Kondisi atap bocor ini telah terjadi beberapa tahun terakhir. Abdullah telah mengadukan kerusakan atap yang jebol itu ke Dinas Pendidikan Merangin, namun hingga saat ini belum ada realisasi perbaikan.

“Sudah beberapa kali saya usulkan ke Dinas (pendidikan) tapi belum ada tanggapan juga,” ujarnya.

Abdullah berharap fasilitas sekolahnya itu diperbaiki. SDN 117 juga satu di antara dua sekolah yang ada di sana, untuk menempuh pendidikan.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

“Kami juga belum ada ruang perpustakaan. Kami berharap bisa diperbaki dan dibangun,” ujarnya.

Di sisi lain, terkait jembatan gantung yang dilewati guru, Abdullah juga berharap ada pembangunan jembatan permanen dari beton.

“Biar lebih aman kami berharap dibangun jembatan permanen. Jembatan itu juga sudah 20 tahunan,” ungkapnya.

Abdullah, mengatakan pada saat melewati jembatan gantung itu, jembatan itu dalam masa perbaikan. Jembatan itu merupakan penghubung antara dua desa, Simpang Limbur dan Limbur Merangin.

Pagi itu, kata Abdullah, para guru seharusnya melewati jembatan menggunakan perahu. Namun, pekerja perahu sedang tak ada di lokasi.

“Kondisi jembatan itu sedang diperbaiki. Karena siswa belajar pagi, dan waktu itu ujian, sehingga para guru ini memberanikan diri untuk melewatinya,” kata Abdullah kepada infoSumbagsel, Rabu (14/5/2025).

Kondisi demikian, membuat para guru terpaksa melewati jembatan dengan panjang 114 meter itu, meski dalam kondisi bertaruh nyawa. Mereka bergantian berpijak di taling seling besi di sisi kanan jembatan, untuk melewati lantai jembatan yang jebol.

Saat masa perbaikan ini, proses belajar mengajar di SDN 117 yang berada di Desa Simpang Limbur itu dipindahkan ke gedung madrasah di Desa Limbur Merangin. Hal ini dilakukan lantaran 80 persen siswa merupakan warga Limbur Merangin.

“Siswa kami itu ada 80. Ada 60 warga Limbur Merangin, daripada kami seberangkan siswa, jadi gurunya aja yang datang,” ujarnya.

Jembatan gantung ini merupakan satu-satunya akses mobilitas antara dua desa itu, baik untuk pergi sekolah maupun masyarakat. Selain itu, akses alternatif lain menggunakan perahu.

“Jalan lain ada, tapi jauh dan jalannya tidak bagus,” kata Abdullah.

Perbaikan jembatan masih berlangsung, dan diprediksi selesai pada dua pekan ke depan. Perbaikan menggunakan dana pemerintah desa Limbur Merangin.

Beberapa yang diperbaiki itu di antaranya ialah lantai jembatan yang keropos dan tali seling yang sudah putus.

Kronologi Guru Lewati Jembatan