Produksi sampah di Kota Palembang mencapai angka 1.500-1.800 ton per hari. Namun yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) hanya 950 ton per hari. Sisanya, sekitar 300 ton sampah diduga dibuang ke tempat tidak semestinya.
“Kalau kita bicaratimbulan sampah di Kota Palembang per hari itu 1.500 sampai 1.800 ton. Yang masuk ke TPA rata-rata 950 ton per hari. Berarti masih ada hampir 300 ton sampah entah kemana,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Palembang Akhmad Mustain, Senin (22/12/2025).
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Dia menyebut, sampah yang masuk ke Sungai Musi mencapai 90 ton per hari. Ia mencontohkan kondisi di Kampung Kapitan yang sampahnya menumpuk, hingga dilakukan gotong royong angkut sampah tiap hari.
“Hari ini gotong royong angkut sampah, naik ke truk 2-3 meter. Besok pagi muncul lagi dengan jumlah sama banyaknya. Ini yang kami khawatirkan, warga buang sampah ke sungai,” ujarnya.
Mustain menjelaskan, perhitungan timbulan sampah untuk perkotaan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) yakni 0,7 kali jumlah jiwa. Dengan penduduk Palembang 1,8 juta jiwa, seharusnya sampah harian 1.260 ton.
“Tapi Kementerian LH sudah catat pengalinya bukan 0,7 lagi, sudah 1. Karena orang dari luar kota kerja di Palembang dari jam 8 pagi sampai 4 sore atau petang, tinggalin sampahnya di sini. Jadi sampah bisa 1.500-1.800 ton sampah per hari,” ungkapnya.
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) saat ini telah mencapai progres konstruksi 72% dan ditargetkan beroperasi secara komersial (COD) pada (19/10/2026) dengan kapasitas pengolahan 1.000 ton sampah per hari. Namun, masih terdapat sekitar 300-500 ton sampah per hari yang perlu ditangani melalui skema pengelolaan lainnya.
Mustain menyebut, butuhnya tanggung jawab dalam pengelolaan sampah pada setiap orang, tidak hanya pemerintah.
“Tanggung jawab pengelolaan sampah masih di pemerintah, belum terdistribusi rata ke masyarakat.” ujarnya
“Dalam penanganan sampah, kita mengenal yang namanya polluter pays principle, siapa yang menghasilkan sampah, dialah yang bertanggung jawab,” sambungnya.
Dia juga menyinggung tentang keberlangsungan bank sampah yang bergantung pada partisipasi masyarakat.
“Kalau nasabah bank sampah rutin membayar retribusi bulanan dan konsisten menyalurkan sampahnya ke bank sampah, maka bank sampah bisa hidup. Tanpa itu, bank sampah hanya berjalan karena kepedulian orang-orang yang benar-benar peduli lingkungan,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh Widia Ardhana peserta Program MagangHub Bersertifikat dari Kemnaker di infocom.
