Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbasgel) melalui Integrated Terminal (IT) Palembang ikut berperan aktif sebagai fasilitator dalam pengembangan teknologi irigasi modern pada program sinergi di Desa Pulau Semambu.
Program Sinergi Semambu merupakan implementasi nyata prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) Pertamina, yang mengedepankan keberlanjutan lingkungan, kesejahteraan sosial, dan tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Inisiatif ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) tentang energi bersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta tindakan terhadap perubahan iklim.
“Melalui program Sinergi Semambu ini, Pertamina berperan aktif sebagai fasilitator dalam pengembangan teknologi irigasi modern, penyediaan infrastruktur seperti panel surya dan sistem SWIS, memfasilitasi pelatihan-pelatihan keterampilan dan transfer knowledge untuk meningkatkan kapasitas petani lokal, serta pendampingan teknis berkelanjutan kepada masyarakat,” ungkap Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi.
Pertamina percaya, upaya bersama yang didukung tokoh penggerak di masyarakat akan menciptakan masa depan yang lebih baik dan lebih bersih untuk generasi mendatang.
“Kami akan selalu berkomitmen untuk mendukung kegiatan yang bersifat lingkungan, terutama yang diinisiasi oleh para tokoh lokal, agar antara lingkungan dan perusahaan dapat selalu bersinergi,” katanya.
Dia menyebut, Desa Pulau Semambu kerap menghadapi tantangan musim kemarau panjang yang berdampak pada gagal panen. Kondisi ini membuat petani beralih profesi menjadi buruh lepas untuk bertahan hidup.
Salah satu warga Purnadi (58), ikut memimpin dalam mengembangkan inovasi pertanian berkelanjutan. Ada 130 petani di lahan seluas 117 hektar yang kini tidak lagi khawatir menghadapi tantangan perubahan iklim.
Katanya, program ini sejalan dengan World Wide Fund for Nature yang berpusat pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat, terutama mengatasi krisis air dan ketahanan pangan di wilayah yang selama ini bergantung sepenuhnya pada hujan.
“Dulu ketika kemarau, kami hanya bisa pasrah melihat sawah mengering. Banyak teman-teman yang akhirnya jadi buruh harian karena tidak ada pilihan lain,” ungkap Purnadi, yang kini menjadi penggerak utama transformasi pertanian di desanya,”ujarnya.
Sekarang, musim kemarau bukan lagi momok. Hasil panen kami bahkan tidak berbeda dengan musim hujan.
Dampak program ini terukur jelas dalam angka produksi. Pada musim kemarau, hasil panen di Pulau Semambu mencapai 3-4 ton. Setelah berjalannya program, produktivitas terus mengalami peningkatan 12-15 ton setiap tahunnya.
Kunci keberhasilan terletak pada penerapan teknologi inovatif Spider Web Irrigation System (SWIS) yang dikombinasikan dengan panel surya untuk efisiensi penggunaan air dan energi. Sistem ini dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti rumah pembibitan dan kandang ternak terintegrasi.
Selain dari teknologi, program ini menerapkan Sharing Core Competency yang mencakup Market Interface Capabilities, Technological Capabilities, dan Infrastructure Capabilities melalui transfer knowledge dan pelatihan keterampilan yang relevan.
Manfaat program tidak berhenti pada sektor pertanian. Sepuluh rumah tangga yang sebelumnya kesulitan akses air bersih kini mendapatkan pasokan air memadai. SDN 08 Indralaya Utara dengan 220 siswa dan 10 guru juga merasakan dampak positifnya.
“Sebelumnya, setiap anak sekolah harus membawa air 1,5 liter dari rumah untuk kebutuhan mereka di sekolah. Sekarang mereka tidak perlu lagi membawa beban tambahan itu,” ungkap Purnadi.
Mengingat wilayah ini rawan kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau, program juga mencakup pelatihan penanganan kebakaran hutan dan lahan untuk kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA). Pendekatan holistik ini memastikan keberlanjutan lingkungan sambil meningkatkan kesejahteraan masyarakat.