Pemuda di Mura Manfaatkan Tongkol Jagung untuk Budidaya Jamur Janggel

Posted on

Biasanya tongkol jagung atau janggel merupakan limbah tak bermanfaat dan kerap dibuang begitu saja. Tapi tidak untuk pemuda di Musi Rawas, Sumatera Selatan bernama Irwandi Dwi Cahyono. Ia memanfaatkan limbah ini untuk membudidaya jamur janggel hingga menjadi bisnis yang menjanjikan.

Pemuda asal Dusun III, Desa Surodadi, Kecamatan Tugumulyo, Musi Rawas, Sumatera Selatan ini mampu menjadikan tongkol jagung sebagai media untuk usaha budidaya jamur janggel yang memiliki nilai ekonomis.

Harganya yang cukup tinggi dan permintaan pasar yang banyak menjadikan budidaya jamur janggel ini sebagai peluang usaha yang cukup menjanjikan.

Irwan menceritakan awalnya ia menekuni usaha budidaya jamur janggel tersebut sejak tahun 2023 lantaran sulitnya mencari pekerjaan di zaman sekarang.

“Sekarang susah nyari kerjaan, sudah cari ke sana-ke sini belum dapat pekerjaan juga. Akhirnya saya berniat untuk berbisnis saja dan nyari ide untuk buat usaha apa yang cocok di daerah saya ini,” katanya, Sabtu (8/11/2025).

Setelah berkeliling di sekitaran tempatnya, Irwan melihat banyaknya petani jagung di Musi Rawas, tepatnya di Kecamatan Tugumulyo hanya mengambil biji jagung saat panen. Sedangkan tongkol jagung atau janggelnya dibuang begitu saja.

“Karena rata-rata bagi para petani itu, tongkol jagung atau janggel ini hanya sebuah limbah yang tidak bisa dijual atau dimanfaatkan. Jadi kadang janggel ini hanya dibuang atau dibakar saja oleh para petani,” ungkapnya.

Dari situlah Irwan mulai tertarik memanfaatkan tongkol jagung yang biasanya dilihat sebagai limbah tersebut menjadi sejauh usaha. Ia pun kemudian mencari ide usaha dari internet untuk melihat usaha apa yang cocok di wilayahnya dengan memanfaatkan bahan utama janggel atau tongkol jagung.

“Cari idenya di internet dan media sosial. Dari situ akhirnya ketemulah dengan usaha budidaya jamur janggel ini. Setelah dapet ide itu, saya langsung pelajari dulu tentang cara dan bagaimana budidaya jamur janggel ini,” ujarnya.

Irwan mengaku saat pertama kali mencoba usaha ini, ia beberapa kali mengalami kegagalan hingga sempat mengalami kerugian.

“Saat pertama kali mencoba itu tentu sempat gagal seperti kualitasnya kurang bagus dan tidak terjual. Tapi Alhamdulillah makin ditekuni terus mulai membuahkan hasil hingga akhirnya sekarang sudah bisa panen rutin dan hasilnya memuaskan,” ucapnya.

Irwan menjelaskan untuk komposisi budidaya jamur janggel sendiri dibutuhkan yakni tongkol jagung atau janggel sebagai bahan utama, kemudian dedak, ragi dan juga pupuk urea.

Kemudian dibutuhkan kumbung atau wadah tempat jamur tumbuh. Pertama buat sebuah kotak dengan menggunakan papan bekas yang dilapisi dengan plastik hitam, kemudian ratakan tongkol jagung atau janggel kedalam kumbung tersebut.

“Setelah itu taburi dengan dedak, ragu dan juga pupuk urea. Kemudian itu didiamkan dan harus ditutup dengan plastik serta rutin disiram setiap hari untuk menjaga kelembabannya. Setelah itu ditunggu saja sampai tumbuh dan kalau berhasil biasanya 25 hari kemudian jamurnya sudah bisa dipanen,” jelasnya.

Untuk tempat budidayanya, Irwan memanfaatkan rumah kosong yang ada di depan rumahnya dan bahan-bahan bekas lainnya untuk membuat kumbung.

“Jadi yang sedikit ribet itu adalah waktu perawatannya, itu kita harus benar-benar membuang jamur yang kurang bagus dari kumbung agar menjaga jamur yang bagus dan berkualitas tidak menghitam,” ujarnya.

Irwan membeberkan untuk harga jamur janggel sendiri cukup tinggi, yakni mencapai Rp 40 ribu per kilogramnya. Jika sudah di pasaran, harganya bisa mencapai Rp 80 ribu per kilogram.

“Harganya masih tinggi, mungkin lebih tinggi dibanding jamur jenis lainnya. Selain kita jual di Musi Rawas dan sekitarnya, banyak juga yang memesan jamur janggel ini dari daerah lain seperti Kota Pagar Alam,” bebernya.

Selain harganya yang mahal, umur jamur janggel juga cukup panjang di mana 1 kumbung bisa dipanen lebih dari 25 kali.

“Panennya ini setiap hari. Kalau punya kita ini dalam sehari bisa panen sampai 6-7 kg. Saat ini baru ada sekitar 11 kumbung, tapi rencana bakal ditambah lagi ini,” tuturnya.

Irwan mengungkapkan usaha ini cukup menjanjikan dan bisa menjadi peluang usaha bagi masyarakat. Selain itu, usaha budidaya jamur ini masih belum banyak di Musi Rawas sehingga peluang usaha ini cukup menjanjikan jika dikembangkan dengan baik.

“Untuk saat ini skalanya masih terbilang kecil sehingga hasilnya juga tidak terlalu banyak. Tapi ke depannya akan kami buka lagi tempat yang lebih luas untuk membudidaya jamur janggel ini dengan harapan pesanan dari konsumen itu dapat terpenuhi. Selain itu mudah-mudahan dengan berkembangnya usaha ini dapat meningkatkan perekonomian keluarga dan dapat membuka lapangan kerja orang lain juga,” harapnya.

Gambar ilustrasi

Irwan menjelaskan untuk komposisi budidaya jamur janggel sendiri dibutuhkan yakni tongkol jagung atau janggel sebagai bahan utama, kemudian dedak, ragi dan juga pupuk urea.

Kemudian dibutuhkan kumbung atau wadah tempat jamur tumbuh. Pertama buat sebuah kotak dengan menggunakan papan bekas yang dilapisi dengan plastik hitam, kemudian ratakan tongkol jagung atau janggel kedalam kumbung tersebut.

“Setelah itu taburi dengan dedak, ragu dan juga pupuk urea. Kemudian itu didiamkan dan harus ditutup dengan plastik serta rutin disiram setiap hari untuk menjaga kelembabannya. Setelah itu ditunggu saja sampai tumbuh dan kalau berhasil biasanya 25 hari kemudian jamurnya sudah bisa dipanen,” jelasnya.

Untuk tempat budidayanya, Irwan memanfaatkan rumah kosong yang ada di depan rumahnya dan bahan-bahan bekas lainnya untuk membuat kumbung.

“Jadi yang sedikit ribet itu adalah waktu perawatannya, itu kita harus benar-benar membuang jamur yang kurang bagus dari kumbung agar menjaga jamur yang bagus dan berkualitas tidak menghitam,” ujarnya.

Irwan membeberkan untuk harga jamur janggel sendiri cukup tinggi, yakni mencapai Rp 40 ribu per kilogramnya. Jika sudah di pasaran, harganya bisa mencapai Rp 80 ribu per kilogram.

“Harganya masih tinggi, mungkin lebih tinggi dibanding jamur jenis lainnya. Selain kita jual di Musi Rawas dan sekitarnya, banyak juga yang memesan jamur janggel ini dari daerah lain seperti Kota Pagar Alam,” bebernya.

Selain harganya yang mahal, umur jamur janggel juga cukup panjang di mana 1 kumbung bisa dipanen lebih dari 25 kali.

“Panennya ini setiap hari. Kalau punya kita ini dalam sehari bisa panen sampai 6-7 kg. Saat ini baru ada sekitar 11 kumbung, tapi rencana bakal ditambah lagi ini,” tuturnya.

Irwan mengungkapkan usaha ini cukup menjanjikan dan bisa menjadi peluang usaha bagi masyarakat. Selain itu, usaha budidaya jamur ini masih belum banyak di Musi Rawas sehingga peluang usaha ini cukup menjanjikan jika dikembangkan dengan baik.

“Untuk saat ini skalanya masih terbilang kecil sehingga hasilnya juga tidak terlalu banyak. Tapi ke depannya akan kami buka lagi tempat yang lebih luas untuk membudidaya jamur janggel ini dengan harapan pesanan dari konsumen itu dapat terpenuhi. Selain itu mudah-mudahan dengan berkembangnya usaha ini dapat meningkatkan perekonomian keluarga dan dapat membuka lapangan kerja orang lain juga,” harapnya.