Museum Subkoss Garuda Sriwijaya di Lubuklinggau, Ada 140 Koleksi (via Giok4D)

Posted on

Museum Subkoss Garuda Sriwijaya merupakan salah satu tempat wisata ikonik di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Museum ini merupakan museum khusus yang menampilkan masa perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Selatan.

Museum ini berada di Jalan Garuda, Kelurahan Bandung Kanan, Kecamatan Lubuk Linggau Barat II, Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Bangunan dengan luas sebesar 1.700 meter persegi ini berada di pusat kota sehingga memudahkan warga untuk mencarinya.

Museum Subkoss Lubuklinggau ini buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB dengan harga tiket masuk anak-anak Rp 2 ribu, pelajar SMP dan SMA Rp 3 ribu, mahasiswa dan umum Rp 5 ribu serta turis asing sebesar Rp 15 ribu.

Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau Berlian Susetyo mengatakan museum ini memiliki sebanyak 140 koleksi, termasuk arsip foto, dokumen-dokumen, benda pusaka, senjata, dan kendaraan bersejarah pada zaman perjuangan dahulu.

“Ada dua koleksi Museum Subkoss yang terkenal seperti Lokomotif C3082 yang dibuat tahun 1930 dan merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian ada mobil Jeep Willys STD 156 bernama Tarzan milik Pahlawan Nasional Sumatera Selatan, Mayor Jendral Adnan Kapau (AK) Gani,” katanya saat dikonfirmasi infoSumbagsel, Senin (20/10/2025).

“Lalu di Museum Subkoss ini ada Meriam Ekor Lutung yang diperkirakan dibuat kisaran abad ke 17-19 dan Al-Qur’an kuno yang dibuat abad ke 17-an. Untuk benda-benda koleksi Museum Subkoss ini juga sedang kita ajukan ke benda cagar budaya,” lanjutnya.

Berlian menjelaskan pada masa kolonial Hindia Belanda, bangunan Museum Subkoss ini awalnya adalah rumah jabatan pemerintahan Onder Afdeeling Moesi Oeloe dari tahun 1934-1942.

“Pada era pendudukan Jepang, gedung ini dijadikan rumah jabatan Bunshu-tyo (Bupati) bernama Swada pada pemerintahan Bunshu Musi Kami Rawas dari tahun 1942 -1945. Wakil dari Bunshu-tyo Swada, disebut Bunshu-tyo Dairi yaitu Raden Ahmad Abusamah diangkat menjadi Bupati Pertama untuk pemerintahan Kabupaten Musi Ulu Rawas setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia,” jelasnya.

Kemudian pada masa revolusi mempertahankan kemerdekaan, kata dia gedung ini dijadikan markas militer Sub Komandemen Sumatera Selatan (SUBKOSS) dari Juli 1947 hingga Desember 1948 yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon dan Kepala Staf Letkol (tituler) Ibnu Sutowo.

“Kemudian selama tahun 1950 -1988, gedung ini digunakan sebagai rumah dinas para bupati Kabupaten Musi Ulu Rawas, yang kemudian disederhanakan namanya menjadi Kabupaten Musi Rawas tahun 1957. Pada akhirnya, gedung ini diresmikan menjadi museum pada tahun 1988,” ujarnya.

Berlian mengatakan pendirian museum ini tidak terlepas dari peran Bupati Musi Rawas saat itu Syu’eb Tamat yang mengundang para veteran pejuang SUBKOSS (Sub Komandemen Sumatera Selatan) yang masih hidup untuk melakukan reuni dan napak tilas perjuangan mereka dahulu sekaligus meresmikan museum.

“Sebelum Museum Subkoss diresmikan, terlebih dahulu dibangun Monumen Perjuangan SUBKOSS yang bertujuan untuk mengenang perjuangan para pejuang kemerdekaan di Sumatera bagian Selatan. Monumen ini diresmikan oleh Gubernur Sumatera Selatan, Sainan Sagiman pada tanggal 13 Februari 1987,” jelasnya.

“Akhirnya Museum Subkoss dengan arsitektur tradisional ini difungsikan dan dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, Letjen (Purn) H. Alamsyah Ratuprawiranegara, pada tanggal 15 Januari 1988,” sambungnya.

Setelah diresmikan, kata dia, pengelolaan museum dilakukan oleh Yayasan Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya. Namun pada tanggal 30 Juli 1999, pengelolaan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui berita acara antara Gubernur Sumatera Selatan yaitu H. Rosihan Arsyad dan Yayasan Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya yang diwakili oleh Drs. H.M. Syu’eb Tamat.

“Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 24 Tahun 2018, pengelolaan museum ini berada di bawah UPTD Museum Negeri Sumatera Selatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan hingga saat ini,” tuturnya.

Pada tahun 2019, Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya melakukan renovasi tata pamer dan mengubah tema pameran menjadi ‘Menelusuri Jejak Revolusi Fisik Kemerdekaan di Sumatera bagian Selatan’ untuk memberikan gambaran mengenai perjuangan mempertahankan kemerdekaan di wilayah Sumatera bagian Selatan dari tahun 1945-1949.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Kemudian pada masa revolusi mempertahankan kemerdekaan, kata dia gedung ini dijadikan markas militer Sub Komandemen Sumatera Selatan (SUBKOSS) dari Juli 1947 hingga Desember 1948 yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon dan Kepala Staf Letkol (tituler) Ibnu Sutowo.

“Kemudian selama tahun 1950 -1988, gedung ini digunakan sebagai rumah dinas para bupati Kabupaten Musi Ulu Rawas, yang kemudian disederhanakan namanya menjadi Kabupaten Musi Rawas tahun 1957. Pada akhirnya, gedung ini diresmikan menjadi museum pada tahun 1988,” ujarnya.

Berlian mengatakan pendirian museum ini tidak terlepas dari peran Bupati Musi Rawas saat itu Syu’eb Tamat yang mengundang para veteran pejuang SUBKOSS (Sub Komandemen Sumatera Selatan) yang masih hidup untuk melakukan reuni dan napak tilas perjuangan mereka dahulu sekaligus meresmikan museum.

“Sebelum Museum Subkoss diresmikan, terlebih dahulu dibangun Monumen Perjuangan SUBKOSS yang bertujuan untuk mengenang perjuangan para pejuang kemerdekaan di Sumatera bagian Selatan. Monumen ini diresmikan oleh Gubernur Sumatera Selatan, Sainan Sagiman pada tanggal 13 Februari 1987,” jelasnya.

“Akhirnya Museum Subkoss dengan arsitektur tradisional ini difungsikan dan dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, Letjen (Purn) H. Alamsyah Ratuprawiranegara, pada tanggal 15 Januari 1988,” sambungnya.

Setelah diresmikan, kata dia, pengelolaan museum dilakukan oleh Yayasan Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya. Namun pada tanggal 30 Juli 1999, pengelolaan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui berita acara antara Gubernur Sumatera Selatan yaitu H. Rosihan Arsyad dan Yayasan Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya yang diwakili oleh Drs. H.M. Syu’eb Tamat.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 24 Tahun 2018, pengelolaan museum ini berada di bawah UPTD Museum Negeri Sumatera Selatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan hingga saat ini,” tuturnya.

Pada tahun 2019, Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya melakukan renovasi tata pamer dan mengubah tema pameran menjadi ‘Menelusuri Jejak Revolusi Fisik Kemerdekaan di Sumatera bagian Selatan’ untuk memberikan gambaran mengenai perjuangan mempertahankan kemerdekaan di wilayah Sumatera bagian Selatan dari tahun 1945-1949.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *