Mengenal Sungai Musi: Jejak Sejarah, Harta Karun, dan Peran Pentingnya

Posted on

Di balik aliran tenang Sungai Musi yang membelah Kota Palembang, tersimpan jejak sejarah panjang. Sungai ini bukan sekadar jalur transportasi penting sejak masa Sriwijaya, tetapi juga menyimpan harta karunnya.

Kisah yang menarik untuk dikulik, bermula dari dasar sungai yang keruh. Penemuan benda-benda kuno mengisyaratkan bagaimana kemegahan di masa itu.

Sungai Musi merupakan sungai terbesar di Provinsi Sumatera Selatan. Sejak dulu, sungai ini menjadi jalur utama aktivitas perdagangan. Dengan panjang mencapai 750 kilometer, aliran sungai ini membelah Kota Palembang menjadi dua wilayah yakni Seberang Ulu dan Seberang Ilir.

Salah satu struktur yang membentang di atasnya adalah Jembatan Ampera, ikon yang tak terpisahkan dari identitas kota Palembang. Dirangkum dari laman Pemprov Sumsel, Sungai Musi menjadi sungai terpanjang kedua di Pulau Sumatera setelah Sungai Batanghari.

Sejak era Kerajaan Sriwijaya, Sungai Musi telah menjadi pusat transportasi dan jalur perdagangan utama. Aliran Sungai Musi berasal dari Pegunungan Bukit Barisan di Rejang Lebong dan bermuara di Selat Bangka, Kabupaten Banyuasin.

Sungai ini mengalir melewati 17 kabupaten dan kota di Sumatera Selatan. Berdasarkan data dari laman Universitas Sriwijaya, lebar sungai ini rata-rata mencapai 504 meter, dengan bagian terlebar di sekitar Pulau Kemaro yang membentang hingga 1.350 meter.

Sementara itu, asal-usul nama Sungai Musi dikaitkan dengan perdagangan internasional di masa lampau. Selat Bangka dulunya menjadi titik persinggahan bagi para pedagang dari berbagai wilayah, termasuk dari Tiongkok.

Dalam penelitian Ida Farida dari UIN Raden Fatah Palembang, para bajak laut yang singgah di Selat Bangka menamai sungai tersebut “Mu Ci,” yang dalam bahasa Tionghoa berarti “Dewi Ayam Betina”.Nama itu dipilih karena wilayah sekitar sungai dikenal subur, kaya hasil bumi, dan masyarakatnya dikenal ramah. Seiring waktu, penyebutan “Mu Ci” berubah menjadi “Musi” sebagaimana dikenal saat ini.

Beragam benda bersejarah ditemukan di Sungai Musi. Seluruhnya kini disimpan di Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa.

Sekedar diketahui, museum ini memiliki sekitar 16 ribu koleksi yang memang tak semuanya berasal dari Sungai Musi. Adapun usia benda sejarahnya bervariasi, mulai dari puluhan hingga ribuan tahun.

Dalam catatan arsip infoSumbagsel, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Panji Tjahjanto menyatakan barang-barang temuan yang telah disimpan, ialah peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, dan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Benda-benda bersejarah yang belum ditemukan karena masih terkubur dan dimiliki orang-orang tertentu pun masih banyak. Plh Kepala Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa, Amarullah menyebut diperkirakan masih banyak benda-benda ‘harta karun’ bersejarah di Sungai Musi.

Menurutnya, Palembang dulunya merupakan wilayah penting yang menjadi tempat persinggahan dan perdagangan berbagai bangsa. Sungai Musi lebih dipilih sebagai jalur transportasi daripada jalur darat, sehingga banyak barang bersejarah yang kerap ditemukan di dasar sungai tersebut.

Berikut beberapa ‘harta karun’ yang pernah ditemukan di Sungai Musi:

1. Kepeng Ban Liang

Dari sekian benda di museum, yang paling tua adalah kepeng Ban Liang dari abad kedua sebelum masehi. Benny Pramana Putra, edukator museum, menambahkan bahwa kepeng Ban Liang adalah hasil hibah warga dan ditemukan di Sungai Musi. Keasliannya terverifikasi karena berasal dari masa Dinasti Han yang memerintah antara tahun 206 SM hingga 220 M.

2. Golok Kuningan

Selain koin itu, koleksi ‘masterpiece’ atau yang paling bernilai lainnya adalah golok kuningan berlapis emas yang bentuknya langka. Golok ini dianggap sebagai hasil percampuran budaya Melayu, Jawa, dan Tionghoa, dan diperkirakan berasal dari abad ke-11 hingga ke-15 Masehi.

3. Kemudi Kapal

Ada pula temuan kemudi kapal sepanjang 7,7 meter yang diambil dari kedalaman 40 meter. Menurut Benny, bentuk bilah kemudi menunjukkan pengaruh teknologi kapal Eropa, meskipun belum bisa dipastikan asal negaranya. Menariknya, kapal tersebut diperkirakan memiliki lebih dari satu kemudi dan panjangnya bisa mencapai 30 meter.

4. Canting Cap Batik

Penemuan lain yang menarik adalah tujuh canting cap Batik Palembang bermotif encim. Selama ini, kata Benny, banyak yang belum tahu tentang sentra kerajinan Batik Palembang. Kebanyakan orang mengetahuinya kain Batik Palembang sejak 300 tahun lalu sampai sekarang, masih diproduksi di sentra kerajinan batik di Jawa.

“Temuan canting cap di Sungai Musi mendukung pendapat ini karena walaupun kainnya dibatik di Jawa, motifnya Palembang-an. Jadi, Wong Plembang ngirim bentuk motifnya untuk dibuat kain melalui canting cap itu. Bisa dianggap kalau sekarang kita ngirim desain dalam bentuk gambar, orang dulu ngirim desain dalam bentuk canting cap,” jelasnya.

Menurut Benny, benda-benda tersebut memiliki nilai yang tidak bisa diukur dengan uang. Walaupun demikian, mayoritas koleksi diperoleh melalui hibah. Beberapa lainnya didapat melalui pengadaan dengan imbalan jasa yang nilainya jauh lebih rendah dari harga pasar.

Sungai Musi memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, terutama dalam sektor ekonomi dan transportasi. Sejak era Kerajaan Sriwijaya, Sungai Musi telah menjadi jalur utama perdagangan.

Palembang yang berada di tepi sungai ini, berkembang sebagai pusat perdagangan hingga masa kolonial Belanda. Sungai Musi dan anak-anak sungainya menjadi urat nadi transportasi dan pengangkutan hasil bumi, termasuk batu bara dan produk pertambangan lainnya.

Pertumbuhan penduduk menyebabkan banyak kawasan di sepanjang Sungai Musi dijadikan permukiman, terutama sejak masa penjajahan Belanda. Pemanfaatan bantaran sungai untuk tempat tinggal berlangsung hingga kini.

Selain sebagai jalur niaga, sungai ini juga digunakan sebagai jalur transportasi sehari-hari. Beberapa destinasi wisata seperti Pulau Kemaro, Kampung Kapitan, Kampung Arab, Benteng Kuto Besak, hingga Jembatan Ampera dapat diakses melalui jalur sungai dan menjadi daya tarik wisata yang semakin berkembang.

Sungai Musi tak hanya berharga untuk masyarakat Palembang. Peneliti Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo menuliskan dalam laman Kemdikbud, bahwa Pelabuhan Kota Kapur di Pulau Bangka bahkan juga menyimpan memori historis Sungai Musi.

Situs Kota Kapur dikenal melalui prasasti batu bertanggal 28 April 686 M yang dikeluarkan oleh penguasa Sriwijaya. Dari sini diketahui bahwa sebelum Sriwijaya datang, sudah ada masyarakat yang bermukim dan memeluk agama Hindu aliran Waiṣṇawa, dibuktikan oleh penemuan arca Wiṣṇu bergaya pre-Angkor (abad ke 5-6 M).

Pasukan Sriwijaya disebut menyerang Kota Kapur dengan menyusuri Sungai Musi, menyeberang Selat Bangka, lalu masuk ke Sungai Menduk. Ini menunjukkan bahwa Sungai Musi merupakan jalur utama ekspedisi militer dan perdagangan pada masa itu.

Menurut para ahli, faktor ekologi sangat menentukan keberhasilan suatu pelabuhan. Sungai Musi, yang lebar dan dalam serta letaknya cukup jauh dari laut, menjadikan pelabuhan di Palembang berkembang pesat.

Tinggalan budaya dan arca di Kota Kapur menunjukkan bahwa masyarakatnya sudah menjalin kontak dengan dunia luar, termasuk India Selatan dan Tiongkok. Hal ini diperkuat dengan penemuan manik-manik batu karnelian di situs Air Sugihan di pesisir timur Sumatra, komoditas yang banyak diperdagangkan di abad ke-5-6 M.

Di Sungai Musi juga terbentang Jembatan Ampera, penghubung utama antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh sungai. Dibangun pada tahun 1962, jembatan ini awalnya dinamai Jembatan Soekarno.

Namun, sang presiden kemudian menggantinya menjadi ‘Ampera’ yang merupakan akronim dari ‘Amanat Penderitaan Rakyat’. Jembatan ini memiliki panjang 1.117 meter, lebar 22 meter, dan tinggi 11,5 meter dari permukaan air, dengan menara setinggi 63 meter. Kini, Jembatan Ampera menjadi tempat favorit untuk menikmati keindahan Sungai Musi.

Nah, itulah tadi penjelasan tentang jejak sejarah Sungai Musi dan betapa penting alirannya bagi masyarakat Sumatra bagian Selatan. Semoga informasi tersebut bisa menambah pengetahuanmu, ya!

Mengenal Sungai Musi

4 Harta Karun yang Tersimpan di Aliran Sungai Musi

Sungai Musi yang Berharga untuk Masyarakat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *