Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi salah satu daerah yang memiliki dapur makan bergizi gratis (MBG) pertama di wilayah tersebut. SPPG Ogan Ilir, Tanjung Raja, Tanjung Raja Timur, namanya.
Dapur SPPG Tanjung Raja ini merupakan dapur MBG pertama di Ogan Ilir, dibuka pada Januari 2025. Dapur ini berlokasi jauh dari keramaian kota, yakni di Perum Tanjung Elok, Kelurahan Tanjung Raja Timur, Kecamatan Tanjung Raja, Ogan Ilir.
Untuk menuju ke lokasi, tim infoSumbagsel menempuh hampir 90 menit dari Kota Palembang. Dapur MBG ini berada di bawah Yayasan Vieki Indira Sriwijaya dengan mitra katering Dapur Ibu.
Dari depan, dapur ini nampak seperti rumah pada umumnya, namun tertera lambang besar berlogo Badan Gizi Nasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Menuju ke area dapur, Kepala SPPG Tanjung Raja, Asep Sarnova, langsung memberikan APD khusus untuk masuk ke dapur. Mulai dari masker hingga sendal khusus.
Melangkah masuk ke area dapur, terlihat kesibukan relawan sedang menempatkan menu MBG ke dalam ompreng saji, atau dikenal dengan pemorsian. Diawasi oleh ahli gizi, saat itu menu yang disajikan adalah siomay.
Dalam paket tersebut terlihat ada siomay ikan, telur, kentang goreng, tahu berisi siomay, wortel rebus, kuah siomay dengan menggunakan kacang, serta buah salak.
Para relawan dengan teliti memasukkan semuanya ke dalam ompreng, sementara sebagian lagi mengemasnya dan mengikat ompreng-ompreng tersebut untuk langsung disusun ke dalam dua mobil boks yang sudah terparkir di garasi.
Melangkah ke ruang lain, terlihat sejumlah relawan sedang sibuk menggoreng kentang di atas wajan yang terhubung ke instalasi kompor khusus. Instalasi kompor tersebut terhubung dengan sentral gas yang berada di tempat khusus.
Di ruang lain, terlihat juga sejumlah relawan sedang sibuk mengolah bahan baku siomay. Sementara di bagian lain, terlihat tempat pencucian yang rapi dan bersih.
“Dapur kita sudah ada sejak Januari, pertama di Ogan Ilir. Awalnya dapur kita ada di rumah seberang (depan dapur saat ini), tapi karena dilakukan secara bertahap untuk mengikuti standar BGN, maka kita pindah ke lokasi yang sekarang, dengan fasilitas yang mumpuni dan jauh lebih baik,” kata Asep, didampingi Nur Putri Adellia Rizky, mitra dapur MBG.
Dia menjelaskan dapur MBG ini merupakan dapur penunjukkan di Sumsel. Berawal dari organisasi PPJI yang menunjuk dapur tersebut sebagai dapur SPPG Pertama di Ogan Ilir. Setelah melalui survei dan beberapa penilaian, akhirnya mitra Dapur Ibu bisa mengikuti program ini sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang sudah diarahkan.
“Dari awal dapur ini berjalan, alhamdulillah, kita belum pernah dan tidak pernah mendapat masalah. Karena kita benar-benar mengikuti SOP dari BGN,” kata dia.
Penerima sasaran MBG dari dapur ini ada 3.494 orang. Ada Posyandu, PAUD, SD, SMP, MTs, SMK dan SMA yang berada di Tanjung Raja. Mereka dibagikan menu MBG setiap harinya, termasuk menu MBG kering yang di dalamnya tersedia kue atau panganan khas Ogan Ilir.
Pada Senin hingga Jumat, menu yang disiapkan beragam, mulai dari nasi dengan bermacam-macam lauk dan sayur. Seperti ayam kecap, daging malbi, ikan fillet, chicken katsu, rendang, telur sambal, dan sebagainya. Dalam satu minggu berjalan, pihaknya juga menyediakan satu kali untuk menu khas lokal seperti bakso, mie ayam, siomay dan lainnya.
“Semua suplayer yang bekerja sama dengan kita adalah dari lokal. Termasuk UMKM yang bekerja sama dengan kita adalah dari lokal. Seperti roti, tahu, tempe, mie untuk mie ayam, buah, hingga bahan baku,” kata dia.
Buka Lapangan Pekerjaan untuk Warga Lokal
Dengan adanya dapur MBG ini, kata Asep, tidak hanya memenuhi gizi anak bangsa, melainkan juga ada banyak dampak lain. Di antaranya membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal.
Di dapur tersebut, ada 47 orang relawan dengan berbagai riwayat pendidikan dan usia. Ada yang lulusan SMP dan putus sekolah. Relawannya pun rata-rata didominasi dengan kaum ibu rumah tangga.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
“Jadi saat rekrutmen, kita tidak mencari relawan yang harus lulusan ini itu, kita hanya melihat kemampuan mereka dalam memasak dan mengolah makanan, dan yang paling penting kemauan mereka untuk bekerja sama di dapur,” kata dia.
Bahkan, ada dua orang relawan yang berasal dari kaum disabilitas yang ikut serta. Satu orang tuna rungu dan tuna wicara, dan ditempatkan sebagai relawan kebersihan. Satu lagi relawan dengan cacat tubuh sejak lahir yang ditempatkan di bagian pencucian.
“Di sini memang banyak emak-emak, di mana ada 6 di antaranya adalah single parent, ditinggal suaminya meninggal. Semua relawan rata-rata memiliki ekonomi yang rendah, sehingga dengan bekerja di sini bisa membantu perekonomian keluarganya jauh lebih baik,” kata Asep.
Hal inilah yang sejalan dengan program Prabowo Subianto, yakni menciptakan lapangan kerja yang luas untuk masyarakat Indonesia.
Adel menambahkan, di dapur MBG tersebut dibagi beberapa shift tugas bagi relawannya, seperti bagian kebersihan ada 4 orang, tim ompreng 10 orang, tim distribusi 4 orang, tim persiapan 10 orang, tim pengolahan 9 orang dan tim pemorsian 11 orang.
“Jadi untuk persiapan kita mulai pada jam 8 malam, dan memasak mulai jam 2 dini hari. Lalu tim pemorsian dilakukan pada jam 4 Subuh. Khusus cuci ompreng biasanya pada jam 12 siang sampai selesai,” kata dia.
Semua Relawan Sudah Jadi Penjamah
Sejak awal dapur MBG tersebut berdiri, semua relawan sudah dilatih menjadi penjamah. Di awal-awal, kata Adel, penjamah dilakukan oleh BGN.
“Jadi di awal-awal semua relawan kami sudah diberangkatkan menjadi penjamah dari (diselenggarakan) BGN. Lalu ada juga pelatihan penjamah dari Dinkes, dan kami sudah mengirim 50 persen dari total relawan menjadi penjamah,” kata dia.
Selain penjamah, kata Adel, semua relawan di bagian persiapan, pengolahan dan pemorsian memang benar-benar sudah memiliki kemampuan yang mumpuni dalam memasak. Mereka juga sudah mengikuti pelatihan chef dari asosiasi.
Di luar dari itu, lanjutnya, dapur MBG ini sudah mengikuti proses pengajuan sertifikat SLHS dan halal. Namun, sebelumnya atas nama katering Dapur Ibu sudah ada sertifikat SLHS dan halal, hanya saja memang sesuai dari arahan BGN, sertifikat SLHS dan halal harus atas nama SPPG.
“Sebelumnya kita sudah ada sertifikasi SLHS dari katering Dapur Ibu, yang menaungi mitra SPPG ini. Tapi arahan BGN, sertifikat SLHS dan halal harus atas nama SPPG. Karenanya kita sudah ajukan, dan saat ini dalam proses,” kata dia.
“Jadi kalau di Ogan Ilir ini memang kami difasilitasi oleh pemerintah setempat. Jadi kita sudah diintervensi oleh pemda. Mereka yang datang ke sini membantu kita mempersiapkan semua administrasi dan kesiapan syarat ketentuan yang dibutuhkan dapur,” jelas Adel.
Menu Diunggah di Medsos Setiap Hari
Menariknya, menu MBG yang diberikan kepada penerima sasaran diunggah di media social SPPG Tanjung Raja setiap harinya. Menurut Asep, hal ini sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat luas.
“Kita sejak awal dapur MBG ini berdiri sudah mengaktifkan medsos baik Instagram, Tiktok, dan lainnya. Di sana, bukan hanya kegiatan dapur yang kita bagikan, namun juga menu setiap harinya,” kata dia.
Asep menjelaskan, mengunggah menu di medsos sebagai bentuk transparansi dapur MBG kepada masyarakat.
“Ini kan program pemerintah, jadi kita upayakan, masyarakat bisa mendapat edukasi dan informasi melalui unggahan kita,” kata dia.
Dari sana juga, kata Asep, pihaknya bisa mendapat masukan dan evaluasi dari masyarakat Ogan Ilir, pada umumnya.
“Di setiap unggahan kita, selalu banyak DM (direct message). Selama ini, banyak yang DM ingin agar sekolahnya bisa mendapat menu MBG dari dapur kita. Ada juga yang request, makanan ini itu, termasuk ada yang request kepiting Alaska. Dan kita selalu respons semua masukan tersebut,” jelasnya.
Dia menyebut, tim medsos ini sudah berjalan sejak dapur SPPG Tanjung Raja ini berdiri.
“Jadi memang sebelum ada arahan dari BGN terkait unggahan di medsos terkait menu, kita sudah ada sejak awal,” pungkasnya.
Hal inilah yang sejalan dengan program Prabowo Subianto, yakni menciptakan lapangan kerja yang luas untuk masyarakat Indonesia.
Adel menambahkan, di dapur MBG tersebut dibagi beberapa shift tugas bagi relawannya, seperti bagian kebersihan ada 4 orang, tim ompreng 10 orang, tim distribusi 4 orang, tim persiapan 10 orang, tim pengolahan 9 orang dan tim pemorsian 11 orang.
“Jadi untuk persiapan kita mulai pada jam 8 malam, dan memasak mulai jam 2 dini hari. Lalu tim pemorsian dilakukan pada jam 4 Subuh. Khusus cuci ompreng biasanya pada jam 12 siang sampai selesai,” kata dia.
Semua Relawan Sudah Jadi Penjamah
Sejak awal dapur MBG tersebut berdiri, semua relawan sudah dilatih menjadi penjamah. Di awal-awal, kata Adel, penjamah dilakukan oleh BGN.
“Jadi di awal-awal semua relawan kami sudah diberangkatkan menjadi penjamah dari (diselenggarakan) BGN. Lalu ada juga pelatihan penjamah dari Dinkes, dan kami sudah mengirim 50 persen dari total relawan menjadi penjamah,” kata dia.
Selain penjamah, kata Adel, semua relawan di bagian persiapan, pengolahan dan pemorsian memang benar-benar sudah memiliki kemampuan yang mumpuni dalam memasak. Mereka juga sudah mengikuti pelatihan chef dari asosiasi.
Di luar dari itu, lanjutnya, dapur MBG ini sudah mengikuti proses pengajuan sertifikat SLHS dan halal. Namun, sebelumnya atas nama katering Dapur Ibu sudah ada sertifikat SLHS dan halal, hanya saja memang sesuai dari arahan BGN, sertifikat SLHS dan halal harus atas nama SPPG.
“Sebelumnya kita sudah ada sertifikasi SLHS dari katering Dapur Ibu, yang menaungi mitra SPPG ini. Tapi arahan BGN, sertifikat SLHS dan halal harus atas nama SPPG. Karenanya kita sudah ajukan, dan saat ini dalam proses,” kata dia.
“Jadi kalau di Ogan Ilir ini memang kami difasilitasi oleh pemerintah setempat. Jadi kita sudah diintervensi oleh pemda. Mereka yang datang ke sini membantu kita mempersiapkan semua administrasi dan kesiapan syarat ketentuan yang dibutuhkan dapur,” jelas Adel.
Menu Diunggah di Medsos Setiap Hari
Menariknya, menu MBG yang diberikan kepada penerima sasaran diunggah di media social SPPG Tanjung Raja setiap harinya. Menurut Asep, hal ini sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat luas.
“Kita sejak awal dapur MBG ini berdiri sudah mengaktifkan medsos baik Instagram, Tiktok, dan lainnya. Di sana, bukan hanya kegiatan dapur yang kita bagikan, namun juga menu setiap harinya,” kata dia.
Asep menjelaskan, mengunggah menu di medsos sebagai bentuk transparansi dapur MBG kepada masyarakat.
“Ini kan program pemerintah, jadi kita upayakan, masyarakat bisa mendapat edukasi dan informasi melalui unggahan kita,” kata dia.
Dari sana juga, kata Asep, pihaknya bisa mendapat masukan dan evaluasi dari masyarakat Ogan Ilir, pada umumnya.
“Di setiap unggahan kita, selalu banyak DM (direct message). Selama ini, banyak yang DM ingin agar sekolahnya bisa mendapat menu MBG dari dapur kita. Ada juga yang request, makanan ini itu, termasuk ada yang request kepiting Alaska. Dan kita selalu respons semua masukan tersebut,” jelasnya.
Dia menyebut, tim medsos ini sudah berjalan sejak dapur SPPG Tanjung Raja ini berdiri.
“Jadi memang sebelum ada arahan dari BGN terkait unggahan di medsos terkait menu, kita sudah ada sejak awal,” pungkasnya.