Lansia di Sumatera Selatan: Tantangan dan Harapan di Masa Depan

Posted on

Sumatera Selatan berada di urutan ke-18 dengan persentase penduduk lanjut usia (lansia) terbanyak di Indonesia. Persentasenya mencapai 10,23%. Tertinggi di Yogyakarta yang mencapai 16,28%.

Indonesia memasuki struktur penduduk tua (aging population) yang ditandai dengan jumlah penduduk lansia mencapai 12% pada 2024. Angka itu alami peningkatan dibandingkan 2021 yang hanya 10,82%.

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Mendukbangga/BKKBN) Wihaji mengatakan, peningkatan jumlah lansia dapat memberi keuntungan jika dikaitkan dengan bonus demografi.

“Aging Population Indonesia dideskripsikan sebagai keadaan ketika proporsi dari penduduk yang berusia tua semakin banyak, namun masih produktif dan masih memberikan sumbangan bagi perekonomian negara,” ujar Wihaji saat kunjungannya ke Sumsel, Selasa (15/4/2025).

Wihaji mengungkapkan, berdasarkan proyeksi penduduk pada 2045, penduduk lansia Indonesia akan lebih besar dibandingkan kelompok usia produktif. Peningkatan ini berpengaruh pada rasio ketergantungan lansia, dimana saat 2024 rasionya sebesar 17,76%.

“Artinya satu orang lansia didukung oleh enam penduduk usia produktif,” katanya.

Dia menambahkan, lansia juga memiliki peran di keluarga dengan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga yang berimplikasi pada aspek psikologi maupun ekonomi. Padahal seharusnya lansia dapat menikmati hari tua tanpa beban berat.

“Data BPS menyebutkan pada 2024 sekitar 53,91% lansia merupakan kepala rumah tangga. Termasuk di Sumsel sebesar 51,36% lansia merupakan kepala rumah tangga,” katanya.

Diungkapkan Wihaji, lansia termasuk kelompok rentan yang membutuhkan pendampingan keluarga. Berdasarkan data BPS 2024, di Sumsel ada 3,79% lansia tinggal sendiri, 19,33% tinggal bersama pasangan, 33,02% tinggal bersama keluarga inti, 42,45% tinggal bersama tiga generasi, dan 1,41% tinggal bersama anggota rumah tangga lainnya.

Wihaji menyebut, Kemendukbangga/BKKBN akan hadir mewujudkan lansia berdaya. Yakni lansia yang sehat, aman, dan dapat berpartisipasi untuk keluarga dan masyarakat.

Pihaknya juga mengapresiasi seluruh pihak yang berkontribusi mewujudkan lansia berdaya (Sidaya). Di Sumsel ada 305 siswa sekolah lansia dari 7 sekolah. Saat ini siswa di 6 sekolah lansia sudah Standar 1 (S1) yang akan mewisuda 275 orang dan 30 siswa sekolah lansia BKL Nurul Persada melanjutkan ke S2.

Gubernur Sumsel Herman Deru berharap lansia lebih tangguh, mandiri, sehat, aktif, energik, dan produktif dalam kehidupan.

“Sekolah Lansia Tangguh ini menunjukkan komitmen kita untuk memberikan perhatian khusus kepada lansia. Program ini bertujuan untuk meningkatkan martabat dan kualitas hidup lansia,” ujarnya.

Sekolah Lansia itu merupakan upaya pendidikan non formal bagi lansia dan membantu mereka dalam menghadapi berbagai masalah, termasuk kondisi fisik, kesehatan, dan kesepian. Deru juga meminta kepala di wilayah masing-masing ikut mengembangkan sekolah lansia.