Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki lagu daerah yang cukup unik, yakni berjudul Cuk Mak Ilang. Lagu ini memiliki lirik berpantun yang bisa dinyanyikan saling bersahutan.
Tahukah infoers bahwa awalnya lagu daerah ini berawal dari permainan anak? Namun mungkin banyak anak sekarang yang sudah tidak mengenal permainan ini.
Simak artikel ini untuk mengetahui sejarah lagu Cuk Mak Ilang yang terinspirasi dari permainan anak, lengkap dengan arti dan pesan di balik lagu berpantun tersebut.
Lagu Cuk Mak Ilang sebenarnya terinspirasi dari permainan anak Palembang yang disebut Cup Mailang. Generasi muda sekarang mungkin sudah jarang memainkan permainan ini, sehingga maksud dari lagu ini pun kurang bisa dipahami.
Dikutip dari buku Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Daerah Sumatera Selatan di situs Kemdikbud, frasa ‘cup mailang’ sebetulnya tidak memiliki arti khusus, tetapi menjadi kata-kata pengiring dalam permainan.
Jika diartikan, ‘cup’ dalam dialek bahasa di Sumsel mirip dengan kata ‘stop’ yang merujuk pada kata untuk menghentikan pembicaraan orang lain. Kemudian kata ‘mailang’ berasal dari kata ‘mak’ atau ’emak’ yang dalam bahasa Melayu berarti ibu, dan kata ilang yang berarti hilang.
Meski demikian, cup mailang tidak diartikan demikian. Lagu itu berkaitan dengan aktivitas dalam permainan tersebut. Inti permainannya adalah mencari suatu benda (misalnya batu atau pecahan genteng) yang disembunyikan atau ditanam di dalam tanah. Anak yang kalah suit harus mencari benda tersebut.
Adapun lirik lagu pengiring permainan itu sedikit berbeda dengan lagu daerah yang kini kita kenal, yakni sebagai berikut:
Cup mailang
mailang cagak batu
dimano kucing belang
Carilah rumah aku.
Cup mailang
mailang cagak batu
dimano kucing belang
Di situ rumah aku.
Dilansir dari Jurnal Ilmiah Bina Bahasa, lirik lagu daerah Cuk Mak Ilang adalah sebagai berikut:
Cuk mak ilang
Mak ilang jago batu
Di mano kucing belang
Di situ rumah aku
Kapal api masuk Palembang
Banyu tenang jadi gelumbang
Oi mak mano ati tak bimbang
Gadis doson bujang Palembang
Cuk mak ilang
Mak ilang jago batu
Di mano kucing belang
Di situ rumah aku
Sempayo digulai lemak
Batang padi dibelah duo
Jangan takot dimarah umak
Asak jadi kito beduo
Cuk mak ilang
Mak ilang jago batu
Di mano kucing belang
Di situ rumah aku
Anak ikan dimakan ikan
Ikan di laut beduri duri
Sanaklah bukan sodaro bukan
Sangkot paotnyo kareno budi
Cuk mak ilang
Mak ilang jago batu
Di mano kucing belang
Di situ rumah aku.
Terjemahan:
Cuk mak hilang
Mak hilang jaga batu
Di mana kucing belang
Di situ rumah aku
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Kapal api masuk Palembang
Air tenang jadi gelombang
Aduh bagaimana hati tidak bimbang
Gadis desa bujang Palembang
Cuk mak hilang
Mak hilang jaga batu
Di mana kucing belang
Di situ rumah aku
Sempaya dimasak enak
Batang padi dibelah dua
Jangan takut dimarahi ibu
Asalkan kita jadi berdua
Cuk mak hilang
Mak hilang jaga batu
Di mana kucing belang
Di situ rumah aku
Anak ikan dimakan ikan
Ikan di laut berduri-duri
Kerabat bukan saudara bukan
Terjalinnya karena budi
Cuk mak hilang
Mak hilang jaga batu
Di mana kucing belang
Di situ rumah aku
Berawal dari pengiring permainan yang tidak bermakna khusus, lagu tersebut dikembangkan masyarakat menjadi lagu daerah yang memiliki makna dan pesan tertentu, terutama berkaitan dengan pemuda-pemudi.
Dalam Jurnal Ilmiah Bina Bahasa Vol 15 No 2, Desember 2022 Universitas Bina Darma, Enny Hidajati menjelaskan struktur lagu tersebut dimulai dari pantun yang diulang-ulang. Lirik yang dimaksud adalah lirik yang juga digunakan dalam permainan anak Cup Mailang.
Bagian pantun ini tidak memiliki makna khusus. Namun bait pantun tersebut memiliki fungsi penting, yaitu untuk memberi jeda sebelum pantun selanjutnya dinyanyikan.
Di sela-selanya terdapat pantun utama. Setiap satu bait pantun terdiri dua baris sampiran dan dua baris berisi pesan utama. Adapun isi pesannya dapat dimaknai sebagai berikut:
Baris ‘aduh bagaimana hati tidak bimbang, gadis desa bujang Palembang’ menyatakan kekaguman, simpati, dan kerisauan kepada lawan jenis. Ini menggambarkan perasaan gadis dan bujangan yang menantikan pasangan hidup.
Pada baris ‘jangan takot dimarah umak, asak jadi kito beduo’ menggambarkan hubungan bisa terkendala restu orang tua. Namun, harus optimistis agar dapat direstui.
Pesan pentingnya berada pada baris ‘sanaklah bukan sodaro bukan, sangkot paotnyo kareno budi’, yakni berarti bahwa persaudaraan bukan hanya datang karena hubungan darah, tetapi juga bisa karena ikatan kebaikan budi pekerti.
Demikian tadi sejarah lagu Cuk Mak Ilang lengkap dengan arti dan pesan di baliknya. Semoga bermanfaat.