Kumpulan Puisi tentang Maulid Nabi Berbagai Judul Terbaru yang Penuh Arti

Posted on

Sejumlah siswa hingga panitia acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW sering mengadakan perlombaan atau pembacaan puisi Maulid Nabi. Ada banyak contoh yang bisa dipilih untuk dibacakan pada saat kegiatan berlangsung.

Dikutip buku Risalah Mi’raj: Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya karya Badiuzzaman Said Nursi, puisi Maulid Nabi merupakan tradisi Islam menjadi sarana dialog yang menyenangkan, bersinar, dan manis dalam kehidupan sosial Islam.

Puisi ini menjadi pelajaran untuk mengingatkan kepada umat Islam terkait sosok yang menjadi utusan Allah SWT. Selain itu, puisi termasuk media penyampaian yan kuat, efektif, serta menggugah emosional untuk memperlihatkan keimanan dan ketakwaan dari meneladani Nabi Muhammad SAW.

Inilah kumpulan puisi tentang Maulid Nabi yang bisa menjadi referensi atau contoh untuk keperluaan lomba atau sekadar pembacaan di acara tertentu. Yuk, pilih yang sesuai seleramu.

Karya: Gus Mus dilansir NU Online

Aku merindukanmu, O, Muhammadku

Aku merindukanmu, o, Muhammadku
Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah
Menatap mataku yang tak berdaya
Sementara tangan-tangan perkasa
Terus mempermainkan kelemahan
Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan
Mencari-cari tangan
Lembut-wibawamu

Dari dada-dada tipis papan

Terus kudengar suara serutan
Derita mengiris berkepanjangan
Dan kepongahan tingkah-meningkah
Telingaku pun kutelengkan
Berharap sesekali mendengar
Merdu-menghibur suaramu

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

Ribuan tangan gurita keserakahan
Menjulur-julur kesana kemari
Mencari mangsa memakan korban
Melilit bumi meretas harapan
Aku pun dengan sisa-sisa suaraku
Mencoba memanggil-manggilmu

O, Muhammadku, o, Muhammadku!

Di mana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

Sekian banyak Abu Jahal Abu Lahab
Menitis ke sekian banyak umatmu

O, Muhammadku – shalawat dan salam bagimu –

Bagaimana melawan gelombang kebodohan
Dan kecongkakan yang telah tergayakan
Bagaimana memerangi

Umat sendiri? O, Muhammadku
Aku merindukanmu, O, Muhammadku
Sungguh aku merindukanmu.

Karya: Gus Mus, dilansir NU Online

Ya Rasulallah
aku ingin seperti santri berbaju putih
yang tiba-tiba datang menghadapmu
duduk menyentuhkan kedua lututnya pada lutut agungmu
dan meletakkan telapak tangannya di atas paha-paha muliamu
lalu aku akan bertanya

Ya Rasulallah
tentang islamku?
ya Rasulallah
tentang imanku?
ya Rasulallah
tentang ihsanku?

Ya Rasulallah
mulut dan hatiku bersaksi
tiada tuhan selain Allah
dan engkau ya Rasulallah utusan Allah
tapi kusembah juga diriku Astaghfirullah
dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah

Ya Rasulallah
setiap saat jasadku shalat
setiap kali tubuhku bersimpuh
diriku jua yang kuingat.
setiap saat kubaca shalawat
setiap kali tak lupa kubaca salam
Assalamu’alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh
salam kepadamu wahai nabi juga rahmat dan berkat Allah
tapi tak pernah kusadari apakah di hadapanku
kau menjawab salamku
bahkan apakah aku menyalamimu

Ya Rasulallah
ragaku berpuasa
dan jiwaku kulepas bagai kuda
ya Rasulallah
sekali-kali kubayar zakat dengan niat
dapat balasan kontan dan berlipat
ya Rasulallah
aku pernah naik haji
sambil menaikkan gengsi
ya Rasulallah, sudah islamkah aku?

Ya Rasulallah
aku percaya Allah dan sifat-sifat-Nya
aku percaya malaikat
percaya kitab-kitab suci-Nya
percaya nabi-nabi utusan-Nya
aku percaya akherat
percaya qadha-qadar-Nya
seperti yang kucatat
dan kuhafal dari ustad
tapi aku tak tahu
seberapa besar itu mempengaruhi lakuku
ya Rasulallah, sudah imankah aku?

Ya Rasulallah
setiap kudengar panggilan
aku menghadap Allah
tapi apakah Ia menjumpaiku
sedang wajah dan hatiku tak menentu
ya Rasulallah, dapatkah aku berihsan?

Ya Rasulallah
kuingin menatap meski sekejap
wajahmu yang elok mengerlap
setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap.

Ya Rasulallah
kuingin mereguk senyummu yang segar
setelah dahaga di padang kehidupan hambar
hampir membuatku terkapar.

Ya Rasulallah
meski secercah, teteskan padaku
cahyamu
buat bekalku sekali lagi
menghampiri-Nya.

Puisi tentang Maulid Nabi berikut ini merupakan karya Syekh al-Bushairi dalam buku Bersama Nabi Muhammad SAW oleh Husein Muhammad yang dikutip infoHikmah. Berikut ini puisi lengkapnya:

Kelahiran sang Nabi merebahkan aroma-aroma yang menebarkan wangi
Aduhai, dikau, wewangian ketika mekar dan kuncup

Saat sang Nabi lahir, wajah-wajah Persia kusam-muram
Mereka melihat petaka datang mengancam

Ketika mentari menjelang malam
Singgasana Kisra hancur berantakan
Sekutu-sekutu mereka terbelah

Api unggun yang dituhankan padam legam
Sungai-sungai menjadi kering-kerontang

Berkat cahaya sang Nabi
Dunia berpendar cahaya
Di bawah sinar itu
Semua pulang dan pergi
Tuhan menciptakannya
Sebagai sang pembawa Kasih
Manusia di bumi menari-nari

Keagungan Muhammad telah tercipta sebelum Adam
Nama-namanya tertulis di singgasana Tuhan
Sebelum ditulis dalam kitab-kitab suci

(Dinukil dari buku Bersama Nabi Muhammad SAW oleh Husein Muhammad).

Al-Mustafa telah datang, telah datang
Ialah sang nabi dan utusan Tuhan
Para nabi telah sampaikan kabar gembira itu
Tuhan mengutusnya untuk seluruh manusia
Meski lahir akhir, dialah yang pertama
Tuhan menyebut dia bagai matahari
Makkah, tempat dia lahir,
memancarkan cahaya
ke seluruh bumi manusia
Dunia berpendar cahaya
Andai dia tak lahir
Bumi tak mungkin bersinar terang

Satu ember unik tergelar di hadapan
Ada banyak telur di warna merah menghiasinya
Di dalamnya ada beras ketan, ayam goreng, dan rupa-rupa lauk pauk
Simbol khas yang disatukan dalam upacara adat
Ini adalah perayaan Maulid Nabi

Perayaan tentang sosok manusia maha mulia
Sosok al-Amin yang diberi tugas kenabian untuk seluruh umat manusia
Tak pernah ada cacat cela dalam hidupnya.
Sejarah hidupnya adalah keteladanan
Shalawat dan salam untuknya selalu

Aku tak tahu, mengapa ayam selalu menjadi simbol budaya
Dari upacara adat kelahiran sampai kematian.
Dan bahkan kini, Maulid yang kita sebut perayaan agama juga dimasuki simbol budaya

Ataukah ini asimilasi dalam sejarah masuknya Islam
Ataukah jejak kekayaan berpikir dalam mengatasi persoalan adat dan agama

Dan ingatkah kita, betapa simbol adat menjadi pemicu konflik dan perang dua kerajaan adikuasa.
Lewat massaung manu’, sabung ayam antara MangkauE ri Bone dan Sombayya ri Gowa, antara Manu Bakkana Bone dengan Jangang Ejana Gowa

Sejarah pada akhirnya harus menjadi cermin dan pelajaran
Budaya dalam perjalanan sejarah pada akhirnya harus menjadi tempat menimba kebijaksanaan
Sebagaimana sejarah nabi mewariskan keteladanan,
Sejarah daerah juga selayaknya mewariskan kearifan lokal dalam berpikir dan bertindak

(Dikutip dari buku Menjawab Waktu (Antologi Puisi) oleh Etta Adil).

Karya Bilqis Nur Sakilatul Mawaddah

Muhammad sang peneduh jiwa
Terdengar tangisan bahagia
Angin yang berhembus selembut sutra
Terasa hangat pelukan bahagia sang Ibunda
Menyambut lahirnya seorang bayi istimewa
Bagai butir mutiara penyejuk jiwa

Sang Muhammad bin Abdullah
Dengan kekurangannya yang tak bisa menulis
dan membaca
Menuntunnya dalam takdir Allah SWT

Ketika dalam kesunyiannya di Gua Hira,
mendapatkan wahyu pertamanya
Dakwah yang sulit diterima masyarakat
Godaan-godaan dan siksaan tak bisa dihindarkan
Ketika perang tanpa henti membela islam
Yang harus diteladani umatnya hingga sekarang
Dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad

Kini engkau telah tiada, meninggalkan cahaya imanmu
untuk selalu dikenang umatmu
hingga hari akhir nanti tiba
Wahai Rasulku, Nabiku, dan Junjunganku
Selamatkanlah kami hambamu yang hina ini dengan syafaatmu
Wahai sang peneduh jiwaku….

(Dikutip dari buku Antologi Puisi Skenario Kuasa Sang Pencipta oleh siswa-siswi SMA An-Nuriyyah Bumiayu tahun 2021-2022).

Gelapnya malam yang begitu mencekam
Seakan membuat lentera menjadi padam
Hati yang tidak karuan..
Ingin sekali mendapati sebuah siraman
Siraman rohani….
Membuat hati ini menjadi suci
Bagaikan gelas guci…
Yang penuh dengan intan yang murni
Perbedaan adalah suatu rahmat
Di balik itu terdapat beribu nikmat
Tanpa mengedepankan sikap sok taat
Dengan hujaah yang diplomat
Maulid Nabi Muhammad…
Adalah merupakan implementasi kemantapan i’tiqad
Atas diberikannya limpahan rahmat
Bukannya kok dianggap sesat…

(Dinukil dari buku Tarian Pena (Antologi Puisi) oleh Muthi’ Ahmad).

Anta syamsun anta badrun
Anta nurun fawqa nurin
Engkau bagai mentari
Menyinari semesta alam
Engkau bagai purnama
di tengah kedipan jutaan bintang
Marwahmu bagai magnet
Yang mempesona sejak 14 abad silam
Engkau cahaya di atas cahaya
Membawa terang di malam kelam
Menuntun manusia ke alam terang

Engkau manusia paripurna
Menjadi teladan dengan akhlak karimah
Menjadi sumber mata air kebaikan
Laksana embun penyejuk hati
Tatkala manusia dalam kekeringan rohani
Pengaruhmu meluas di planet bumi
Milyaran manusia jadi saksi
Menyebut namamu sembilan kali sehari-semalam
Engkau selalu terasa hadir dalam hati
Engkau jadi model sepanjang masa
Dari bangun tidur hingga ke tempat tidur

Ya Rabbi salli ala Muhammad
Ya Rabbi salli alaihi wa sallim
Ya Rabbi ballighul wasilah
Ya Rabbi khussahu bil fadilah

Kedatanganmu ditunggu dan dirindukan
Kelahiranmu disambut penuh suka cita
Maulidmu diperingati sebagai wujud rasa cinta
Nasihat dan ajaranmu didengar dan ditaati
Sebagai harapan akan syafaatmu di Padang Mahsyar
Kami berkumpul di sini di tempat ini
Sebagai tanda rindu tak tertahankan padamu ya Nabi

(Dinukil dari buku Selalu Ada Jalan Keluar (SAJAK) oleh Ahmad M. Sewang).

Sinarilah dunia, yang terlalu lama dalam kegelapan
dengan nama Muhammad yang cemerlang

Sejuta shalawat dan salam untukmu
Oh nabi yang agung, nabi yang mulia
Nabi yang awal dan yang akhir

(Dinukil dari buku Islam oleh Husein Muhammad).

11. Puisi Maulid Nabi Karya Ahmad Syauqi Beik

Telah lahir Sang Pembawa Lentera
Alam raya pun berpendar cahaya
Zaman tak henti-hentinya menebar senyum
Dan puja-puji dan kekaguman kepadanya

Jibril dan para malaikat mengelilinginya
Dunia hari ini dan masa depan kemanusiaan bersuka-cita
Singgasana Kerajaan Tuhan (‘Arsy) berdiri begitu megah
Puncak alam semesta (Sidratul-Muntaha)
Mutiara memancarkan cahaya bening, bernyanyi riang

(Dikutip dari buku Bersama Nabi Muhammad SAW oleh Husein Muhammad).

Itulah kumpulan puisi Maulid Nabi yang bisa dijadikan contoh untuk perlombaan atau dibacakan saat perayaan berlangsung. Semoga berguna, ya.

Kumpulan Puisi Tentang Maulid Nabi

1. Puisi Aku merindukanmu, O, Muhammadku

2. Puisi Ya Rasulullah

3. Puisi tentang Maulid Nabi

4. Puisi Maulid Karya Majdudin Al-Baghdadi

5. Puisi Maulid Nabi karya Syekh an-Nabhani

6. Puisi Simbol Maulid karya Etta Adil

7. Puisi Muhammad SAW

8. Puisi Maulid Nabi Karya Muthi’ Ahmad

9. Puisi Maulid Nabi Karya Ahmad M. Sewang

10. Puisi Maulid Nabi Karya Muhammad Iqbal

Karya: Gus Mus dilansir NU Online

Aku merindukanmu, O, Muhammadku

Aku merindukanmu, o, Muhammadku
Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah
Menatap mataku yang tak berdaya
Sementara tangan-tangan perkasa
Terus mempermainkan kelemahan
Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan
Mencari-cari tangan
Lembut-wibawamu

Dari dada-dada tipis papan

Terus kudengar suara serutan
Derita mengiris berkepanjangan
Dan kepongahan tingkah-meningkah
Telingaku pun kutelengkan
Berharap sesekali mendengar
Merdu-menghibur suaramu

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

Ribuan tangan gurita keserakahan
Menjulur-julur kesana kemari
Mencari mangsa memakan korban
Melilit bumi meretas harapan
Aku pun dengan sisa-sisa suaraku
Mencoba memanggil-manggilmu

O, Muhammadku, o, Muhammadku!

Di mana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

Sekian banyak Abu Jahal Abu Lahab
Menitis ke sekian banyak umatmu

O, Muhammadku – shalawat dan salam bagimu –

Bagaimana melawan gelombang kebodohan
Dan kecongkakan yang telah tergayakan
Bagaimana memerangi

Umat sendiri? O, Muhammadku
Aku merindukanmu, O, Muhammadku
Sungguh aku merindukanmu.

1. Puisi Aku merindukanmu, O, Muhammadku

Karya: Gus Mus, dilansir NU Online

Ya Rasulallah
aku ingin seperti santri berbaju putih
yang tiba-tiba datang menghadapmu
duduk menyentuhkan kedua lututnya pada lutut agungmu
dan meletakkan telapak tangannya di atas paha-paha muliamu
lalu aku akan bertanya

Ya Rasulallah
tentang islamku?
ya Rasulallah
tentang imanku?
ya Rasulallah
tentang ihsanku?

Ya Rasulallah
mulut dan hatiku bersaksi
tiada tuhan selain Allah
dan engkau ya Rasulallah utusan Allah
tapi kusembah juga diriku Astaghfirullah
dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah

Ya Rasulallah
setiap saat jasadku shalat
setiap kali tubuhku bersimpuh
diriku jua yang kuingat.
setiap saat kubaca shalawat
setiap kali tak lupa kubaca salam
Assalamu’alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh
salam kepadamu wahai nabi juga rahmat dan berkat Allah
tapi tak pernah kusadari apakah di hadapanku
kau menjawab salamku
bahkan apakah aku menyalamimu

Ya Rasulallah
ragaku berpuasa
dan jiwaku kulepas bagai kuda
ya Rasulallah
sekali-kali kubayar zakat dengan niat
dapat balasan kontan dan berlipat
ya Rasulallah
aku pernah naik haji
sambil menaikkan gengsi
ya Rasulallah, sudah islamkah aku?

Ya Rasulallah
aku percaya Allah dan sifat-sifat-Nya
aku percaya malaikat
percaya kitab-kitab suci-Nya
percaya nabi-nabi utusan-Nya
aku percaya akherat
percaya qadha-qadar-Nya
seperti yang kucatat
dan kuhafal dari ustad
tapi aku tak tahu
seberapa besar itu mempengaruhi lakuku
ya Rasulallah, sudah imankah aku?

Ya Rasulallah
setiap kudengar panggilan
aku menghadap Allah
tapi apakah Ia menjumpaiku
sedang wajah dan hatiku tak menentu
ya Rasulallah, dapatkah aku berihsan?

Ya Rasulallah
kuingin menatap meski sekejap
wajahmu yang elok mengerlap
setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap.

Ya Rasulallah
kuingin mereguk senyummu yang segar
setelah dahaga di padang kehidupan hambar
hampir membuatku terkapar.

Ya Rasulallah
meski secercah, teteskan padaku
cahyamu
buat bekalku sekali lagi
menghampiri-Nya.

2. Puisi Ya Rasulullah

Puisi tentang Maulid Nabi berikut ini merupakan karya Syekh al-Bushairi dalam buku Bersama Nabi Muhammad SAW oleh Husein Muhammad yang dikutip infoHikmah. Berikut ini puisi lengkapnya:

Kelahiran sang Nabi merebahkan aroma-aroma yang menebarkan wangi
Aduhai, dikau, wewangian ketika mekar dan kuncup

Saat sang Nabi lahir, wajah-wajah Persia kusam-muram
Mereka melihat petaka datang mengancam

Ketika mentari menjelang malam
Singgasana Kisra hancur berantakan
Sekutu-sekutu mereka terbelah

Api unggun yang dituhankan padam legam
Sungai-sungai menjadi kering-kerontang

Berkat cahaya sang Nabi
Dunia berpendar cahaya
Di bawah sinar itu
Semua pulang dan pergi
Tuhan menciptakannya
Sebagai sang pembawa Kasih
Manusia di bumi menari-nari

Keagungan Muhammad telah tercipta sebelum Adam
Nama-namanya tertulis di singgasana Tuhan
Sebelum ditulis dalam kitab-kitab suci

(Dinukil dari buku Bersama Nabi Muhammad SAW oleh Husein Muhammad).

3. Puisi tentang Maulid Nabi

4. Puisi Maulid Karya Majdudin Al-Baghdadi

Al-Mustafa telah datang, telah datang
Ialah sang nabi dan utusan Tuhan
Para nabi telah sampaikan kabar gembira itu
Tuhan mengutusnya untuk seluruh manusia
Meski lahir akhir, dialah yang pertama
Tuhan menyebut dia bagai matahari
Makkah, tempat dia lahir,
memancarkan cahaya
ke seluruh bumi manusia
Dunia berpendar cahaya
Andai dia tak lahir
Bumi tak mungkin bersinar terang

Satu ember unik tergelar di hadapan
Ada banyak telur di warna merah menghiasinya
Di dalamnya ada beras ketan, ayam goreng, dan rupa-rupa lauk pauk
Simbol khas yang disatukan dalam upacara adat
Ini adalah perayaan Maulid Nabi

Perayaan tentang sosok manusia maha mulia
Sosok al-Amin yang diberi tugas kenabian untuk seluruh umat manusia
Tak pernah ada cacat cela dalam hidupnya.
Sejarah hidupnya adalah keteladanan
Shalawat dan salam untuknya selalu

Aku tak tahu, mengapa ayam selalu menjadi simbol budaya
Dari upacara adat kelahiran sampai kematian.
Dan bahkan kini, Maulid yang kita sebut perayaan agama juga dimasuki simbol budaya

Ataukah ini asimilasi dalam sejarah masuknya Islam
Ataukah jejak kekayaan berpikir dalam mengatasi persoalan adat dan agama

Dan ingatkah kita, betapa simbol adat menjadi pemicu konflik dan perang dua kerajaan adikuasa.
Lewat massaung manu’, sabung ayam antara MangkauE ri Bone dan Sombayya ri Gowa, antara Manu Bakkana Bone dengan Jangang Ejana Gowa

Sejarah pada akhirnya harus menjadi cermin dan pelajaran
Budaya dalam perjalanan sejarah pada akhirnya harus menjadi tempat menimba kebijaksanaan
Sebagaimana sejarah nabi mewariskan keteladanan,
Sejarah daerah juga selayaknya mewariskan kearifan lokal dalam berpikir dan bertindak

(Dikutip dari buku Menjawab Waktu (Antologi Puisi) oleh Etta Adil).

5. Puisi Maulid Nabi karya Syekh an-Nabhani

6. Puisi Simbol Maulid karya Etta Adil

Karya Bilqis Nur Sakilatul Mawaddah

Muhammad sang peneduh jiwa
Terdengar tangisan bahagia
Angin yang berhembus selembut sutra
Terasa hangat pelukan bahagia sang Ibunda
Menyambut lahirnya seorang bayi istimewa
Bagai butir mutiara penyejuk jiwa

Sang Muhammad bin Abdullah
Dengan kekurangannya yang tak bisa menulis
dan membaca
Menuntunnya dalam takdir Allah SWT

Ketika dalam kesunyiannya di Gua Hira,
mendapatkan wahyu pertamanya
Dakwah yang sulit diterima masyarakat
Godaan-godaan dan siksaan tak bisa dihindarkan
Ketika perang tanpa henti membela islam
Yang harus diteladani umatnya hingga sekarang
Dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad

Kini engkau telah tiada, meninggalkan cahaya imanmu
untuk selalu dikenang umatmu
hingga hari akhir nanti tiba
Wahai Rasulku, Nabiku, dan Junjunganku
Selamatkanlah kami hambamu yang hina ini dengan syafaatmu
Wahai sang peneduh jiwaku….

(Dikutip dari buku Antologi Puisi Skenario Kuasa Sang Pencipta oleh siswa-siswi SMA An-Nuriyyah Bumiayu tahun 2021-2022).

Gelapnya malam yang begitu mencekam
Seakan membuat lentera menjadi padam
Hati yang tidak karuan..
Ingin sekali mendapati sebuah siraman
Siraman rohani….
Membuat hati ini menjadi suci
Bagaikan gelas guci…
Yang penuh dengan intan yang murni
Perbedaan adalah suatu rahmat
Di balik itu terdapat beribu nikmat
Tanpa mengedepankan sikap sok taat
Dengan hujaah yang diplomat
Maulid Nabi Muhammad…
Adalah merupakan implementasi kemantapan i’tiqad
Atas diberikannya limpahan rahmat
Bukannya kok dianggap sesat…

(Dinukil dari buku Tarian Pena (Antologi Puisi) oleh Muthi’ Ahmad).

7. Puisi Muhammad SAW

8. Puisi Maulid Nabi Karya Muthi’ Ahmad

Anta syamsun anta badrun
Anta nurun fawqa nurin
Engkau bagai mentari
Menyinari semesta alam
Engkau bagai purnama
di tengah kedipan jutaan bintang
Marwahmu bagai magnet
Yang mempesona sejak 14 abad silam
Engkau cahaya di atas cahaya
Membawa terang di malam kelam
Menuntun manusia ke alam terang

Engkau manusia paripurna
Menjadi teladan dengan akhlak karimah
Menjadi sumber mata air kebaikan
Laksana embun penyejuk hati
Tatkala manusia dalam kekeringan rohani
Pengaruhmu meluas di planet bumi
Milyaran manusia jadi saksi
Menyebut namamu sembilan kali sehari-semalam
Engkau selalu terasa hadir dalam hati
Engkau jadi model sepanjang masa
Dari bangun tidur hingga ke tempat tidur

Ya Rabbi salli ala Muhammad
Ya Rabbi salli alaihi wa sallim
Ya Rabbi ballighul wasilah
Ya Rabbi khussahu bil fadilah

Kedatanganmu ditunggu dan dirindukan
Kelahiranmu disambut penuh suka cita
Maulidmu diperingati sebagai wujud rasa cinta
Nasihat dan ajaranmu didengar dan ditaati
Sebagai harapan akan syafaatmu di Padang Mahsyar
Kami berkumpul di sini di tempat ini
Sebagai tanda rindu tak tertahankan padamu ya Nabi

(Dinukil dari buku Selalu Ada Jalan Keluar (SAJAK) oleh Ahmad M. Sewang).

Sinarilah dunia, yang terlalu lama dalam kegelapan
dengan nama Muhammad yang cemerlang

Sejuta shalawat dan salam untukmu
Oh nabi yang agung, nabi yang mulia
Nabi yang awal dan yang akhir

(Dinukil dari buku Islam oleh Husein Muhammad).

11. Puisi Maulid Nabi Karya Ahmad Syauqi Beik

Telah lahir Sang Pembawa Lentera
Alam raya pun berpendar cahaya
Zaman tak henti-hentinya menebar senyum
Dan puja-puji dan kekaguman kepadanya

Jibril dan para malaikat mengelilinginya
Dunia hari ini dan masa depan kemanusiaan bersuka-cita
Singgasana Kerajaan Tuhan (‘Arsy) berdiri begitu megah
Puncak alam semesta (Sidratul-Muntaha)
Mutiara memancarkan cahaya bening, bernyanyi riang

(Dikutip dari buku Bersama Nabi Muhammad SAW oleh Husein Muhammad).

Itulah kumpulan puisi Maulid Nabi yang bisa dijadikan contoh untuk perlombaan atau dibacakan saat perayaan berlangsung. Semoga berguna, ya.

9. Puisi Maulid Nabi Karya Ahmad M. Sewang

10. Puisi Maulid Nabi Karya Muhammad Iqbal