Seorang petani di Desa Empat Suku Menanti, Kecamatan Sindang Daratan, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Supriyadi, berhasil menjuarai peringkat kedua kopi Robusta tingkat nasional. Hal ini membuat fine robusta makin terkenal dan kini dihargai Rp 100 ribu per kilogramnya.
Supriyadi tak menyangka kopi sampel robustanya bisa meraih skor 82,43 varietas Sehasen dan 82,85 varietas Sintaro. Dua variestas robusta yang dibawanya berhasil memperoleh peringkat kedua. Dengan predikat tersebut, robusta Bengkulu masuk dalam kategori fine robusta.
“Ada acara festival kopi dunia di Jakarta, saya membawa dua sampel kopi robusta, yakni Robusta Sehasen dan Robusta Sintaro, saat di-cupping tes, keduanya memperoleh peringkat kedua,” kata Supriyadi saat wawancarai, Jumat (30/5/2025).
Supriyadi menjelaskan, kopi robusta yang dibawa itu merupakan kopi pilihan dari kopi petik merah robusta, yang diolah dengan cara istimewa. Setelah dipetik, dilakukan perambangan untuk memisahkan biji yang bagus dan tidak baik, agar menghasilkan kopi terbaik.
“Saya pilih biji kopi yang masak sempurna atau merah, usai disortasi menggunakan air, kopi dijemur di rumah jemur dengan suhu yang baik, agar kopi bisa kering dengan sempurna,” jelas Supriyadi.
Supriyadi mengungkapkan, kopi natural ini memiliki proses pengeringan di dalam rumah jemur selama 21 hari. Setelah kering, kopi digiling untuk bisa dijadikan green beans, lalu disortasi lagi secara manual untuk memisahkan biji kopi yang rusak atau tidak sempurna.
“Karena diproses secara baik maka hasilnya memiliki cita rasa yang lebih enak dan clean saat diminum, yang akhirnya bisa mencapai skor 82,” papar Supriyadi.
Supriyadi menjelaskan, karena skor tersebut membuat kopi miliknya dihargai Rp 100 ribu per kilogram dan telah mendapat pembeli sebanyak 5 ton kopi setiap bulannya.
“Karena kopi yang saya olah dinilai cukup baik, produk kopi yang saya beri nama Kopi Lestari telah mendapat rumah jemur dengan kapasitas 6 ton sekali jemur dari pihak Bank Indonesia Bengkulu, bantuan rumah jemur ini sangat membantu karena bila siang hari kerap turun hujan,” jelas Supriyadi.
Supriyadi menyatakan, dengan perlakuan yang baik pada kopi akan menghasilkan kopi yang banyak disukai konsumen, sekaligus bisa menjadikan robusta Bengkulu dikenal di mata dunia.
Adit salah seorang penikmat kopi mengatakan, robusta bila telah mencapai tingkat fine robusta, rasanya makin unik dan ada rasa pedas yang muncul dari tanaman lada di sekitar kebun kopi.
“Bila sudah fine robusta akan terasa lebih clean dan ada rasa manis di ujung lidah saat kita seruput, berbeda sama robusta biasa yang tidak masuk fine robusta,” ujar Adit.