Kerupuk merupakan makanan ringan yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Salah satu yang populer yakni kerupuk palembang.
Camilan yang terkenal dengan cita rasa gurih ini telah menjadi ikon kuliner dari Sumatera Selatan (Sumsel) dan kerap dijadikan oleh-oleh khas Palembang. Sebagaimana ditulis dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti.
Kehadiran kerupuk Palembang di berbagai daerah di luar Palembang menunjukkan jangkauan pemasaran yang luas. Dilansir dari buku Makanan Tradisional Palembang: Kajian Fungsi Dan Nilai Budaya, jangkauan itu terjadi karena adanya perantau dari Palembang yang membuka usaha sebagai penjual makanan khas di tempat baru.
Kerupuk Palembang sering juga disebut sebagai kemplang. Ini merupakan produk olahan ikan yang telah menjadi bagian penting dari identitas kuliner Palembang.
Dalam perkembangannya, teknologi pembuatan Kerupuk Palembang ini tetap menggunakan teknologi tradisional, meskipun sudah menjadi barang dagangan dengan pemasaran yang melewati batas wilayah, dilansir dari sumber yang sama.
Seperti ditulis dalam tinjauan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII, keunikan cita rasa dan tekstur Kerupuk Palembang membuatnya berbeda dari kerupuk lain, menjadikannya camilan yang disukai banyak orang.
Kerupuk kemplang adalah kerupuk ikan khas yang umum ditemukan di wilayah selatan Sumatera, termasuk Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung. Nama “kemplang” sendiri berasal dari dialek Melayu lokal Sumatera Selatan yang berarti “memukul”. Itu merujuk pada proses perataan adonan kerupuk.
Keberadaan kerupuk ini erat kaitannya dengan kekayaan laut di daerah pesisir, khususnya Bangka Belitung dan sekitarnya. Kerupuk menjadi ikon dan identitas budaya Palembang, bahkan sudah menjadi makanan khas dalam upacara adat, seperti ditulis dalam buku “Makanan Tradisional Palembang: Kajian Fungsi Dan Nilai Budaya”.
Meskipun pempek lebih sering dikaitkan dengan akulturasi budaya Tiongkok dan Melayu, kemplang juga ikut hadir dalam khazanah kuliner tradisional ini. Sebagaiman dikutip dari artikel Warisan Kuliner Pempek.
Kerupuk atau kemplang Palembang tidak hanya menjadi makanan ringan, tetapi juga menunjukkan identitas budaya kuliner khas Kota Palembang. Sebuah penelitian tentang distribusi kemplang menunjukkan pentingnya kerupuk sebagai budaya kuliner khas Palembang yang memiliki nilai edukasi dan sejarah, seperti yang ditulis dalam Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah.
Secara umum, Kerupuk Palembang atau kemplang termasuk salah satu jenis camilan yang terbuat dari bahan dasar ikan dan tepung tapioka. Ada beberapa jenis kerupuk yang beredar di pasaran.
Dikutip Modul Pengolahan Aneka Kerupuk, wilayah Palembang, Bangka, dan daerah sekitarnya, kerupuk ikan tenggiri ini sering disebut dengan nama “Kerupuk Atom” atau “Getas”. Kerupuk ini dikenal memiliki rasa gurih, mudah disimpan, dan tahan lama, dilansir dari sumber yang sama.
Bahan baku utama dalam pembuatan kerupuk kemplang adalah semua jenis ikan segar, seperti ikan tenggiri, ikan gabus, atau ikan kakap, yang dicampur dengan tepung tapioka dan bumbu penyedap lainnya.
Ikan tenggiri dan tepung tapioka adalah bahan dasar yang paling umum digunakan, menghasilkan kemplang berbentuk bulat-pipih dengan rasa yang gurih dan renyah.
Dilansir dari Jurnal JPB Kelautan dan Perikanan, perbedaan jenis ikan yang digunakan akan mempengaruhi karakteristik dan cita rasa akhir dari kerupuk tersebut. Selain kemplang panggang atau goreng, variasi lain dari kerupuk Palembang adalah jenis yang dibuat menyerupai kerupuk, salah satunya yang disebut Pempek Kelesan Kerupuk.
Jenis ini berbeda dari pempek lainnya karena prosesnya memerlukan cetakan agar adonannya dapat diubah menjadi bentuk seperti kelesan kerupuk. Nama kerupuk ini juga dapat diberikan berdasarkan tempat produksinya, seperti kerupuk Sidoarjo atau Kerupuk Palembang, dilansir dari Jurnal Budaya Nusantara.
Proses dasar pembuatan Kerupuk Palembang atau kemplang dimulai dari penyiapan bahan baku, yaitu daging ikan yang dihaluskan, dicampur dengan tepung tapioka, air, dan bumbu-bumbu seperti garam.
Adonan yang sudah kalis dibentuk menjadi lenjeran memanjang. Setelah adonan dibentuk lenjeran, proses selanjutnya adalah pengukusan untuk mematangkan adonan tersebut sebelum dipotong.
Adonan lenjeran dikukus selama kurang lebih 30 menit hingga matang dan kemudian didinginkan. Adonan yang sudah dingin kemudian diiris tipis dengan ketebalan sekitar 3-5 milimeter, menghasilkan kepingan-kepingan kerupuk mentah, dilansir dari sumber yang sama.
Tahap terakhir dalam pembuatan Kerupuk Palembang adalah pengeringan dan pematangan akhir, yaitu dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering, diikuti dengan proses penggorengan atau pemanggangan.
Kepingan kemplang yang sudah dijemur akan menjadi lebih ringan dan siap untuk dimasak hingga renyah. Meskipun beberapa inovasi modern menggunakan microwave untuk proses pematangan yang lebih cepat dan efisien,
Pematangan ini dilakukan sesuai dengan standar produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga. Sebagai warisan kuliner yang kaya akan sejarah dan rasa, Kerupuk Palembang terus lestari dan menjadi simbol gastronomi Sumatera Selatan.
Itulah informasi terkait kerupuk Palembang, semoga menambah wawasan tentang kuliner nusantara.
Artikel ini dibuat oleh Annisaa Syafriani, mahasiswa magang Prima PTKI Kementerian Agama.
Mengenal Kerupuk Palembang
Asal-Usul dan Budaya Kerupuk Kemplang
Jenis Kerupuk Palembang dan Bahan Baku
1. Kerupuk Atom atau Getas
2. Kerupuk Kemplang
3. Pempek Kelesan Kerupuk
Proses Pembuatan Kerupuk Palembang
Kerupuk kemplang adalah kerupuk ikan khas yang umum ditemukan di wilayah selatan Sumatera, termasuk Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung. Nama “kemplang” sendiri berasal dari dialek Melayu lokal Sumatera Selatan yang berarti “memukul”. Itu merujuk pada proses perataan adonan kerupuk.
Keberadaan kerupuk ini erat kaitannya dengan kekayaan laut di daerah pesisir, khususnya Bangka Belitung dan sekitarnya. Kerupuk menjadi ikon dan identitas budaya Palembang, bahkan sudah menjadi makanan khas dalam upacara adat, seperti ditulis dalam buku “Makanan Tradisional Palembang: Kajian Fungsi Dan Nilai Budaya”.
Meskipun pempek lebih sering dikaitkan dengan akulturasi budaya Tiongkok dan Melayu, kemplang juga ikut hadir dalam khazanah kuliner tradisional ini. Sebagaiman dikutip dari artikel Warisan Kuliner Pempek.
Kerupuk atau kemplang Palembang tidak hanya menjadi makanan ringan, tetapi juga menunjukkan identitas budaya kuliner khas Kota Palembang. Sebuah penelitian tentang distribusi kemplang menunjukkan pentingnya kerupuk sebagai budaya kuliner khas Palembang yang memiliki nilai edukasi dan sejarah, seperti yang ditulis dalam Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah.
Secara umum, Kerupuk Palembang atau kemplang termasuk salah satu jenis camilan yang terbuat dari bahan dasar ikan dan tepung tapioka. Ada beberapa jenis kerupuk yang beredar di pasaran.
Dikutip Modul Pengolahan Aneka Kerupuk, wilayah Palembang, Bangka, dan daerah sekitarnya, kerupuk ikan tenggiri ini sering disebut dengan nama “Kerupuk Atom” atau “Getas”. Kerupuk ini dikenal memiliki rasa gurih, mudah disimpan, dan tahan lama, dilansir dari sumber yang sama.
Bahan baku utama dalam pembuatan kerupuk kemplang adalah semua jenis ikan segar, seperti ikan tenggiri, ikan gabus, atau ikan kakap, yang dicampur dengan tepung tapioka dan bumbu penyedap lainnya.
Ikan tenggiri dan tepung tapioka adalah bahan dasar yang paling umum digunakan, menghasilkan kemplang berbentuk bulat-pipih dengan rasa yang gurih dan renyah.
Dilansir dari Jurnal JPB Kelautan dan Perikanan, perbedaan jenis ikan yang digunakan akan mempengaruhi karakteristik dan cita rasa akhir dari kerupuk tersebut. Selain kemplang panggang atau goreng, variasi lain dari kerupuk Palembang adalah jenis yang dibuat menyerupai kerupuk, salah satunya yang disebut Pempek Kelesan Kerupuk.
Jenis ini berbeda dari pempek lainnya karena prosesnya memerlukan cetakan agar adonannya dapat diubah menjadi bentuk seperti kelesan kerupuk. Nama kerupuk ini juga dapat diberikan berdasarkan tempat produksinya, seperti kerupuk Sidoarjo atau Kerupuk Palembang, dilansir dari Jurnal Budaya Nusantara.
Asal-Usul dan Budaya Kerupuk Kemplang
Jenis Kerupuk Palembang dan Bahan Baku
1. Kerupuk Atom atau Getas
2. Kerupuk Kemplang
3. Pempek Kelesan Kerupuk
Proses dasar pembuatan Kerupuk Palembang atau kemplang dimulai dari penyiapan bahan baku, yaitu daging ikan yang dihaluskan, dicampur dengan tepung tapioka, air, dan bumbu-bumbu seperti garam.
Adonan yang sudah kalis dibentuk menjadi lenjeran memanjang. Setelah adonan dibentuk lenjeran, proses selanjutnya adalah pengukusan untuk mematangkan adonan tersebut sebelum dipotong.
Adonan lenjeran dikukus selama kurang lebih 30 menit hingga matang dan kemudian didinginkan. Adonan yang sudah dingin kemudian diiris tipis dengan ketebalan sekitar 3-5 milimeter, menghasilkan kepingan-kepingan kerupuk mentah, dilansir dari sumber yang sama.
Tahap terakhir dalam pembuatan Kerupuk Palembang adalah pengeringan dan pematangan akhir, yaitu dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering, diikuti dengan proses penggorengan atau pemanggangan.
Kepingan kemplang yang sudah dijemur akan menjadi lebih ringan dan siap untuk dimasak hingga renyah. Meskipun beberapa inovasi modern menggunakan microwave untuk proses pematangan yang lebih cepat dan efisien,
Pematangan ini dilakukan sesuai dengan standar produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga. Sebagai warisan kuliner yang kaya akan sejarah dan rasa, Kerupuk Palembang terus lestari dan menjadi simbol gastronomi Sumatera Selatan.
Itulah informasi terkait kerupuk Palembang, semoga menambah wawasan tentang kuliner nusantara.
Artikel ini dibuat oleh Annisaa Syafriani, mahasiswa magang Prima PTKI Kementerian Agama.
Proses Pembuatan Kerupuk Palembang
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.







