Bersepeda di pagi hari adalah hal yang biasa bagi sebagian orang. Namun pemandangan berbeda terlihat saat seorang pekerja perempuan bernama Yasmin Alyazahra mengayuh sepedanya di area kilang.
Saat itu, perempuan yang mengenakan coverall Pertamina lengkap dengan helm serta sepatu safety mengayuh sepeda berwarna biru menuju ke area parkir khusus sepeda di gedung kendali Polypropylene Kilang Plaju.
“Setiap hari bersepeda. Jadi memang di sini (PT Kilang Internasional Pertamina RU III Plaju) ada bus dan sepeda untuk karyawan, namun biasanya memang lebih sering bersepeda, agar lebih enerjik sembari olahraga pagi,” kata Yasmin.
Yasmin merupakan salah satu Perwira di Kilang Plaju. Dia baru masuk ke Pertamina pada 1 Desember 2023 dan langsung ditugaskan untuk Polypropylene, lebih tepatnya di bagian produksi. Dia selalu memonitor jalannya produksi Polytam, termasuk mengecek kesiapan produksi, hingga pengemasan, serta memantau jalannya mesin-mesin produksi di area tersebut.
“Saya ditempatkan di Kilang Polypropylene sejak awal menjadi Perwira Pertamina,” kata dia, Jumat (24/10/2025).
Wanita asal Sekayu, Musi Banyuasin itu mengatakan, dirinya sudah terlibat dalam kegiatan operasional dan diperkenalkan dengan sistem kerja serta budaya di kilang. Pengalaman ini sangat berharga baginya karena bisa belajar langsung di lapangan dan beradaptasi dengan lingkungan kerja industri energi.
Alasannya memilih bekerja di Pertamina, karena perusahaan ini merupakan BUMN strategis yang memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan energi nasional. Pertamina tidak hanya berfokus pada produksi dan distribusi energi, tetapi juga aktif dalam transisi energi bersih, seperti pengembangan biofuel, green refinery, dan energi terbarukan.
Dia memilih Kilang Plaju, karena secara historis, kilang ini merupakan kilang tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1904. Kilang Plaju juga menjadi pionir dalam proyek green refinery, yaitu pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar ramah lingkungan (green diesel), yang mendukung target net zero emission 2060.
“Dengan bergabung di Kilang Plaju, saya ingin berkontribusi langsung dalam inovasi tersebut, sekaligus belajar dari operasional kilang yang memadukan teknologi konvensional dan energi hijau,” kata alumni Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang itu.
Dalam tugasnya, Yasmin bekerja dengan shift. Ada 3 shift yang dijalaninya, yakni shift pagi sejak pukul 08.00-16.00 WIB, shift sore dari pukul 16.00 -24.00 WIB dan shift malam dari 00.00-08.00 WIB. Menurutnya, bekerja pada shift malam memiliki tantangan tersendiri, khususnya dalam mempertahankan konsentrasi.
“Untuk mengatasinya, saya selalu berupaya menjaga pola istirahat yang teratur, memperhatikan asupan nutrisi, serta mematuhi standar keselamatan kerja. Walau pada awalnya terasa menegangkan karena suasana lebih tenang dan kondisi operasional berbeda dari shift lain, pengalaman tersebut justru membantu saya mengasah ketahanan mental, fokus kerja, serta kemampuan beradaptasi di lingkungan yang dinamis dan menuntut kesiapan tinggi,” tambahnya.
Sebelum bertugas, Yasmin mempersiapkan fisiknya terlebih dulu. Baginya, fisik adalah hal yang utama mengingat pekerjaan yang dilakukan itu outdoor di lapangan dan berhubungan langsung dengan fisik.
“Hal yang saya lakukan untuk menjaga kondisi fisik tetap maksimal dengan berolahraga secara rutin dan teratur kak. Saya sering ke fasilitas fitness center di RU III Plaju 3-4 kali seminggu, Menjaga pola makan dan pola tidur serta selalu mengikuti MCU secara rutin sesuai jadwal untuk mendeteksi sejak dini jikalau ada beberapa kelainan dan sebagai mitigasi awal,” kata dia.
“Sebelum masuk kilang juga kita rutin daily check up untuk memastikan agar fit to work,” tegasnya.
Menurut dia, perempuan yang bekerja di Kilang Plaju adalah upaya membuktikan kesetaraan gender karena menjadi perempuan di dunia industri bukan penghalang, tapi kesempatan untuk membuktikan bahwa perempuan juga mampu berkontribusi nyata dalam bidang energi.
“Saya memahami bahwa bekerja di lingkungan kilang merupakan tantangan yang cukup kompleks, khususnya bagi perempuan. Namun, hal tersebut justru menjadi motivasi bagi saya untuk membuktikan bahwa kompetensi dan ketangguhan tidak ditentukan oleh gender, melainkan oleh etika kerja, komitmen, serta kemampuan beradaptasi terhadap situasi yang menuntut profesionalisme tinggi,” kata dia.
Yasmin selalu berupaya menjaga keseimbangan antara ketelitian dan ketegasan, karena kedua aspek tersebut krusial dalam memastikan keselamatan kerja dan ketepatan operasional di kilang. Selain itu, dia meyakini bahwa kolaborasi tim yang inklusif dan saling mendukung merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif, aman, dan berkelanjutan.
“Dan alhamdulillah, selama bekerja, saya tidak pernah mengalami diskriminasi, justru merasakan lingkungan kerja yang inklusif dan kolaboratif. Setiap individu dihargai berdasarkan kompetensinya, bukan gender atau latar belakang. Hal yang paling menyenangkan bagi saya adalah kesempatan untuk belajar langsung dari profesional berpengalaman, sekaligus merasakan kebersamaan dan dukungan tim dalam mencapai tujuan kerja secara aman, handal dan efisien,” jelasnya.
Tinggalkan Momen Lebaran demi Tugas
Keyakinannya bekerja di Kilang Plaju juga mendapat dukungan besar dari keluarga besarnya. Keluarganya selalu memberikan semangat dan senantiasa mendoakan agar tetap bekerja dengan aman dan handal.
“Keluarga saya menyadari bahwa bekerja di kilang membutuhkan tanggung jawab besar dan kesiapan menghadapi situasi yang tidak mudah, namun mereka menaruh kepercayaan penuh terhadap kemampuan saya dalam menjalani peran tersebut,” kata Yasmin.
Semangat dan keyakinan itulah yang menjadi dorongan utama bagi Yasmin untuk terus berkomitmen, bekerja dengan disiplin, serta mengutamakan keselamatan di setiap aktivitas kerja.
Bahkan keluarganya pun sangat menerima dengan jam kerja yang diterima Yasmin. Dia bercerita sudah beberapa kali mendapatkan shift pagi pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Momen berkumpulnya keluarga harus rela dan ikhlas dilewatkannya untuk menjalankan tugasnya di Kilang Plaju.
“Saya pernah dapet shift pagi saat Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Bekerja di kilang memang menuntut kesiapan penuh karena operasionalnya berjalan 24 jam tanpa henti. Meski ada rasa rindu dengan keluarga, saya tetap menjalankannya dengan tanggung jawab,” kata Yasmin.
“Saya meyakini bahwa menjaga kontinuitas operasional kilang adalah bentuk kontribusi penting bagi kebutuhan energi nasional. Bagi saya, menjaga kelancaran operasional merupakan bentuk pengabdian, dan suasana kekeluargaan di antara rekan kerja membuat momen tersebut tetap hangat dan bermakna,” kata dia.
Perempuan kelahiran 9 November itu menuturkan bahwa dirinya menyakini setiap lingkungan kerja memiliki potensi risiko. Termasuk di area kilang yang menuntut tingkat kewaspadaan tinggi dan high risk. Namun, Yasmin tidak memandangnya sebagai ketakutan semata, melainkan sebagai tantangan profesional yang memerlukan kedisiplinan dan kepatuhan terhadap standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Dengan menerapkan prosedur secara konsisten dan menjaga koordinasi efektif antaranggota tim, risiko dapat diminimalkan. “Pengalaman ini justru membentuk saya menjadi pribadi yang lebih tangguh, cermat, dan adaptif dalam menghadapi dinamika operasional di lapangan,” kata dia.
Seperti Yasmin, Nadia Sapta Rini, yang juga merupakan Perwira di Kilang Plaju juga mengungkapkan hal serupa. Nadia yang mulai bertugas di Polypropylene pada 1 Desember 2023 ini mengaku bahwa sejak kuliah di D3 Politeknik Negeri Sriwijaya sudah bercita-cita bekerja di dunia energi.
“Saya tertarik banget sama bagaimana energi itu jadi bagian penting dari kehidupan kita sehari-hari. Nah, Pertamina buat saya bukan cuma perusahaan besar, tapi juga simbol tanggung jawab dan kebanggaan bangsa,” kata dia.
Dia ingin berperan di dalamnya, agar ilmu yang dipelajari di bangku kuliah bisa bermanfaat untuk masyarakat luas, bukan hanya untuk diri sendiri.
“Saya tahu di Pertamina tantangannya besar, tapi justru itu yang bikin saya semangat. Karena saya percaya, dari tantangan itulah saya bisa tumbuh, belajar, dan berkontribusi lebih baik,” kata dia.
“Saya memilih Kilang Plaju karena punya nilai historis dan emosional tersendiri. Kilang ini adalah salah satu yang tertua dan paling bersejarah di Indonesia, bahkan menjadi saksi perkembangan industri migas di tanah air. Saya bangga bisa ditempatkan di Kilang Plaju karena setiap kegiatan yang saya lakukan di sini, sekecil apa pun, punya kontribusi nyata bagi operasional kilang dan penyediaan energi nasional,” lanjutnya.
Menurutnya, bekerja di kilang tidaklah mudah karena banyak tantangan besar di dalamnya. Namun dia percaya bahwa kekuatan bukan soal gender, tapi tentang mindset dan komitmen.
Sebagai perempuan, kata Nadia, tentu ada tantangan tersendiri di lingkungan kerja yang didominasi laki-laki, seperti adaptasi dengan ritme kerja di lapangan, shift malam, atau situasi yang menuntut ketahanan fisik.
“Sebagai perempuan, saya justru termotivasi untuk menunjukkan bahwa kita juga bisa. Saya berusaha selalu disiplin, mau belajar, dan gak ragu bertanya kalau ada hal yang belum paham. Dan yang bikin saya bertahan adalah dukungan dari teman-teman di tim. Kami saling bantu, saling ingatkan, dan gak pernah ngerasa sendiri. Jadi, saya bisa bilang saya ‘strong’ bukan karena saya sendiri hebat, tapi karena saya punya tim yang hebat juga,” jelasnya.
Selama bekerja di Pertamina, perempuan 27 tahun ini menyebut bahwa dirinya tak pernah merasakan diskriminasi gender. Justru suasana kerja di kilang sangat terbuka dan saling menghargai. Menurut dia, semua orang punya kesempatan yang sama untuk berkembang, dan setiap pendapat didengarkan dengan baik.
“Yang paling menyenangkan bagi saya adalah budaya kerja yang penuh kebersamaan. Walaupun pekerjaan di kilang cukup padat dan penuh tanggung jawab, suasananya tidak kaku. Kami saling mendukung, saling mengingatkan soal keselamatan, dan sering berbagi ilmu atau pengalaman di lapangan,” kata dia.
Apalagi saat bulan Ramadan, lanjut dia, momen tersebut benar-benar memberikan suasana yang berbeda saat berada di kilang. Meski tetap bekerja dengan sistem shift, tapi justru di bulan itu terasa lebih hangat dan penuh kebersamaan.
Shift Malam Menegangkan tapi Bangga
Nadia bekerja dengan 3 shift, baik shift pagi, shift siang hingga shift malam. Dia bercerita saat shift malam memang terasa lebih menegangkan karena harus menyesuaikan ritme tubuh dan kondisi malam hari yang lebih tenang, tapi tetap menuntut kewaspadaan tinggi.
“Rasanya campur aduk, antara deg-degan dan bangga. Deg-degan karena suasana malam di kilang itu khas banget, lampu-lampu menyala, suasananya tenang tapi proses operasional kilang tetap berjalan nonstop. Tapi juga bangga karena saya merasa menjadi bagian penting dari operasional kilang yang tidak boleh berhenti,” kata Nadia.
Menurut dia, kunci dari pekerjaannya adalah manajemen waktu dan menjaga kondisi tubuh. Dia selalu pastikan cukup istirahat sebelum shift malam, menjaga asupan makanan, dan tetap fokus pada pekerjaan agar tidak lengah.
Di tengah aktivitasnya itu, Nadia mengaku mendapat dukungan besar dari keluarga. Keluarganya memahami bahwa pekerjaan di kilang membutuhkan komitmen besar, jam kerja yang fleksibel, bahkan kesiapan fisik dan mental.
“Mereka tahu bahwa itu membutuhkan komitmen besar, tapi justru mereka selalu memberi dukungan, bukan tekanan. Dukungan keluarga ini yang membuat saya bisa bekerja dengan tenang dan fokus,” kata dia.
Termasuk dukungan saat Nadia harus berlebaran di kilang. Namun menurut Nadia, bekerja saat hari besar keagamaan menjadi pengalaman berkesan baginya. “Memang rasanya beda, gak bisa kumpul bareng keluarga seperti biasa. Tapi di sisi lain, saya juga merasa bangga, karena di hari yang penuh makna itu, saya bisa tetap menjalankan tugas menjaga kelangsungan energi untuk banyak orang,” kata dia.
Nadia mengungkap meskipun tidak bisa libur, suasana di kilang tetap penuh kehangatan. Biasanya ada takjil atau makan bersama yang disiapkan untuk karyawan yang bertugas, dan rekan-rekan juga saling memberi ucapan selamat.
“Momen itu justru membuat saya merasa lebih dekat dengan tim, seperti satu keluarga yang sedang berjaga bersama. Dari sini saya belajar bahwa makna Lebaran bukan hanya soal kumpul di rumah, tapi juga soal keikhlasan dan rasa syukur bisa menjalankan amanah dengan hati yang lapang,” kata dia.
Dalam menjalankan tugasnya, Nadia selalu memegang prinsip ‘safety first’. Karena itu, dia selalu taat SOP, pakai APD lengkap, dan tidak pernah anggap remeh hal-hal kecil. Dia juga selalu belajar dari senior tentang bagaimana mengelola risiko dan tetap tenang dalam situasi apa pun. “Selama kita disiplin dan saling jaga, rasa takut itu bisa berubah jadi rasa tanggung jawab,” kata dia.
Meski bekerja di kilang tidak ringan, terutama bagi perempuan, namun Nadia menjadikannya sebagai motivasi untuk terus belajar, membuktikan bahwa perempuan juga bisa kuat, tangguh, dan profesional di dunia industri energi.
“Bagi saya, setiap tantangan di kilang justru membentuk karakter dan ketangguhan diri, jadi meskipun capek, selalu ada rasa bangga yang saya rasakan,” ungkap wanita asal Palembang itu.
Pastikan Kesetaraan Gender di Kilang Plaju
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III Plaju, Siti Fauzia mengatakan, sejalan dengan PT Kilang Pertamina Internasional Sub Holding Refining & Petrochemical Pertamina sudah memiliki banyak Perwira perempuan di berbagai bidang kerja, mulai dari operasi, produksi, analis, manajerial, hingga level yang lebih tinggi.
Berdasarkan data 2024, di kilang Plaju, sudah ada 38 pekerja perempuan dari 877 orang Perwira yang berdedikasi sebagai pejuang energi. Menurutnya, hal ini sebagai upaya mewujudkan kesetaraan kesempatan antara laki-laki dan perempuan di semua bidang.
“Perempuan juga memiliki kesempatan yang sama untuk berkarya di Kilang Plaju, dengan adanya jaminan gender equality, di mana setiap pekerja punya kesempatan yang sama kembangkan karir berdasarkan pertimbangan kompetensi dan penilaian kinerja,” kata dia.
Untuk memastikan itu, di Pertamina ada komunitas yang mendukung penuh pekerja perempuan untuk mengukir prestasi hingga tingkat global, yakni Perempuan Pertamina Tangguh Inspiratif Wibawa Independen (PERTIWI).
“Jadi memang PERTIWI ini menjadi wadah bagi pekerja perempuan Pertamina dalam meningkatkan kemampuannya secara professional, sekaligus memberi ruang aman dan setara untuk mereka,” kata Siti.
Siti menilai pekerja perempuan di Pertamina adalah partner tangguh yang inspiratif dan multitasking.
“Mereka (pekerja Pertamina perempuan) adalah mitra kerja yang setara dan mampu menjalankan tugas dengan baik sesuai kompetensi dan profesionalismenya. Memberikan kontribusi yang terbaik dan signifikan, dengan tetap menunjukkan dedikasi yang tinggi, walaupun ada tantangan sendiri sebagai pekerja wanita,” kata dia.
Pertamina sendiri bangga karena ada banyak wanita penting di berbagai level yang berdedikasi sebagai pejuang energi.
“Pekerja perempuan di Pertamina ini juga merupakan penyelaras. Ada keseimbangan ketepatan pikir dan kelembutan hati,” kata dia.
Dengan adanya gender equality di Kilang Plaju, Siti berharap dapat membantu dalam meningkatkan kinerja perusahaan sesuai aspek ESG dan SDGs. Selaras dengan itu, Kilang Plaju terus memperkuat komitmennya dalam mewujudkan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan produktif lewat program DCU (daily check up) aktif. Ini sebagai upaya untuk memastikan kesehatan pekerja sebelum memulai aktivitas kerja, sehingga mampu mencegah risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
“Jadi dengan adanya pemeriksaan rutin, setiap pekerja dan mitra kerja kita dapat mengetahui bagaimana kondisi fisiknya,” kata dia.
Pemeriksaan kesehatan rutin ini dilakukan oleh Health-HSSE Kilang Pertamina Plaju perusahaan dengan dukungan fasilitas pemeriksaan tekanan darah, saturasi oksigen, suhu tubuh, serta kondisi umum pekerja sebelum memulai aktivitas.
“Kita menargetkan ini menjadi bagian yang dapat berkontribusi terhadap target zero accident dan peningkatan operational excellence di seluruh area perusahaan. Karenanya, kita mendorong agar semua pekerja bisa menciptakan budaya kerja yang sehat dan aman,” tukasnya.



Selama bekerja di Pertamina, perempuan 27 tahun ini menyebut bahwa dirinya tak pernah merasakan diskriminasi gender. Justru suasana kerja di kilang sangat terbuka dan saling menghargai. Menurut dia, semua orang punya kesempatan yang sama untuk berkembang, dan setiap pendapat didengarkan dengan baik.
“Yang paling menyenangkan bagi saya adalah budaya kerja yang penuh kebersamaan. Walaupun pekerjaan di kilang cukup padat dan penuh tanggung jawab, suasananya tidak kaku. Kami saling mendukung, saling mengingatkan soal keselamatan, dan sering berbagi ilmu atau pengalaman di lapangan,” kata dia.
Apalagi saat bulan Ramadan, lanjut dia, momen tersebut benar-benar memberikan suasana yang berbeda saat berada di kilang. Meski tetap bekerja dengan sistem shift, tapi justru di bulan itu terasa lebih hangat dan penuh kebersamaan.
Shift Malam Menegangkan tapi Bangga
Nadia bekerja dengan 3 shift, baik shift pagi, shift siang hingga shift malam. Dia bercerita saat shift malam memang terasa lebih menegangkan karena harus menyesuaikan ritme tubuh dan kondisi malam hari yang lebih tenang, tapi tetap menuntut kewaspadaan tinggi.
“Rasanya campur aduk, antara deg-degan dan bangga. Deg-degan karena suasana malam di kilang itu khas banget, lampu-lampu menyala, suasananya tenang tapi proses operasional kilang tetap berjalan nonstop. Tapi juga bangga karena saya merasa menjadi bagian penting dari operasional kilang yang tidak boleh berhenti,” kata Nadia.
Menurut dia, kunci dari pekerjaannya adalah manajemen waktu dan menjaga kondisi tubuh. Dia selalu pastikan cukup istirahat sebelum shift malam, menjaga asupan makanan, dan tetap fokus pada pekerjaan agar tidak lengah.
Di tengah aktivitasnya itu, Nadia mengaku mendapat dukungan besar dari keluarga. Keluarganya memahami bahwa pekerjaan di kilang membutuhkan komitmen besar, jam kerja yang fleksibel, bahkan kesiapan fisik dan mental.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Mereka tahu bahwa itu membutuhkan komitmen besar, tapi justru mereka selalu memberi dukungan, bukan tekanan. Dukungan keluarga ini yang membuat saya bisa bekerja dengan tenang dan fokus,” kata dia.
Termasuk dukungan saat Nadia harus berlebaran di kilang. Namun menurut Nadia, bekerja saat hari besar keagamaan menjadi pengalaman berkesan baginya. “Memang rasanya beda, gak bisa kumpul bareng keluarga seperti biasa. Tapi di sisi lain, saya juga merasa bangga, karena di hari yang penuh makna itu, saya bisa tetap menjalankan tugas menjaga kelangsungan energi untuk banyak orang,” kata dia.
Nadia mengungkap meskipun tidak bisa libur, suasana di kilang tetap penuh kehangatan. Biasanya ada takjil atau makan bersama yang disiapkan untuk karyawan yang bertugas, dan rekan-rekan juga saling memberi ucapan selamat.
“Momen itu justru membuat saya merasa lebih dekat dengan tim, seperti satu keluarga yang sedang berjaga bersama. Dari sini saya belajar bahwa makna Lebaran bukan hanya soal kumpul di rumah, tapi juga soal keikhlasan dan rasa syukur bisa menjalankan amanah dengan hati yang lapang,” kata dia.
Dalam menjalankan tugasnya, Nadia selalu memegang prinsip ‘safety first’. Karena itu, dia selalu taat SOP, pakai APD lengkap, dan tidak pernah anggap remeh hal-hal kecil. Dia juga selalu belajar dari senior tentang bagaimana mengelola risiko dan tetap tenang dalam situasi apa pun. “Selama kita disiplin dan saling jaga, rasa takut itu bisa berubah jadi rasa tanggung jawab,” kata dia.
Meski bekerja di kilang tidak ringan, terutama bagi perempuan, namun Nadia menjadikannya sebagai motivasi untuk terus belajar, membuktikan bahwa perempuan juga bisa kuat, tangguh, dan profesional di dunia industri energi.
“Bagi saya, setiap tantangan di kilang justru membentuk karakter dan ketangguhan diri, jadi meskipun capek, selalu ada rasa bangga yang saya rasakan,” ungkap wanita asal Palembang itu.
Pastikan Kesetaraan Gender di Kilang Plaju
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III Plaju, Siti Fauzia mengatakan, sejalan dengan PT Kilang Pertamina Internasional Sub Holding Refining & Petrochemical Pertamina sudah memiliki banyak Perwira perempuan di berbagai bidang kerja, mulai dari operasi, produksi, analis, manajerial, hingga level yang lebih tinggi.
Berdasarkan data 2024, di kilang Plaju, sudah ada 38 pekerja perempuan dari 877 orang Perwira yang berdedikasi sebagai pejuang energi. Menurutnya, hal ini sebagai upaya mewujudkan kesetaraan kesempatan antara laki-laki dan perempuan di semua bidang.
“Perempuan juga memiliki kesempatan yang sama untuk berkarya di Kilang Plaju, dengan adanya jaminan gender equality, di mana setiap pekerja punya kesempatan yang sama kembangkan karir berdasarkan pertimbangan kompetensi dan penilaian kinerja,” kata dia.
Untuk memastikan itu, di Pertamina ada komunitas yang mendukung penuh pekerja perempuan untuk mengukir prestasi hingga tingkat global, yakni Perempuan Pertamina Tangguh Inspiratif Wibawa Independen (PERTIWI).
“Jadi memang PERTIWI ini menjadi wadah bagi pekerja perempuan Pertamina dalam meningkatkan kemampuannya secara professional, sekaligus memberi ruang aman dan setara untuk mereka,” kata Siti.
Siti menilai pekerja perempuan di Pertamina adalah partner tangguh yang inspiratif dan multitasking.
“Mereka (pekerja Pertamina perempuan) adalah mitra kerja yang setara dan mampu menjalankan tugas dengan baik sesuai kompetensi dan profesionalismenya. Memberikan kontribusi yang terbaik dan signifikan, dengan tetap menunjukkan dedikasi yang tinggi, walaupun ada tantangan sendiri sebagai pekerja wanita,” kata dia.
Pertamina sendiri bangga karena ada banyak wanita penting di berbagai level yang berdedikasi sebagai pejuang energi.
“Pekerja perempuan di Pertamina ini juga merupakan penyelaras. Ada keseimbangan ketepatan pikir dan kelembutan hati,” kata dia.
Dengan adanya gender equality di Kilang Plaju, Siti berharap dapat membantu dalam meningkatkan kinerja perusahaan sesuai aspek ESG dan SDGs. Selaras dengan itu, Kilang Plaju terus memperkuat komitmennya dalam mewujudkan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan produktif lewat program DCU (daily check up) aktif. Ini sebagai upaya untuk memastikan kesehatan pekerja sebelum memulai aktivitas kerja, sehingga mampu mencegah risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
“Jadi dengan adanya pemeriksaan rutin, setiap pekerja dan mitra kerja kita dapat mengetahui bagaimana kondisi fisiknya,” kata dia.
Pemeriksaan kesehatan rutin ini dilakukan oleh Health-HSSE Kilang Pertamina Plaju perusahaan dengan dukungan fasilitas pemeriksaan tekanan darah, saturasi oksigen, suhu tubuh, serta kondisi umum pekerja sebelum memulai aktivitas.
“Kita menargetkan ini menjadi bagian yang dapat berkontribusi terhadap target zero accident dan peningkatan operational excellence di seluruh area perusahaan. Karenanya, kita mendorong agar semua pekerja bisa menciptakan budaya kerja yang sehat dan aman,” tukasnya.








