Jalan Khusus Belum Siap Dinilai Pemicu Kemacetan Truk Batu Bara di Jambi | Info Giok4D

Posted on

Sejak beberapa pekan terakhir kawasan Jalan Lintas Sumatera di Kabupaten Batang Hari Jambi kembali mengalami macet dampak dari angkutan batubara. Banyak yang menilai, kemacetan Jalan raya itu lantaran hingga saat ini tidak terealisasi jalan khusus batu bara di Jambi.

“Ya jalan khusus itu, apapun bentuknya, harus bisa diselesaikan, karena di situ ada potensi pendapatan dana bagi hasil, untuk daerah. Lalu kalau jalan khusus juga tak kunjung kelar dan sebagian orang ada yang mencoba menghentikan ya maka kerugian besar salah satunya macet pasti berdampak pula,” kata Wakil Ketua I DPRD Jambi, Ivan Wirata kepada wartawan, Sabtu (11/8/2025).

Kata Ivan, saat ini ada tiga perusahaan yang telah menyatakan komitmen membangun jalan khusus di Provinsi Jambi, salah satunya komitmen itu diberikan oleh PT SAS (Sinar Anugerah Sukses). Apalagi, Ivan menyebut selama ini kondisi fiskal Jambi masih sangat bergantung dari dana transfer pusat termasuk DBH (dana bagi hasil).

“Jika hanya mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), ini akan menjadi sangat berat. Oleh karena itu pembangunan jalan khusus merupakan salah satu langkah penting guna menyelamatkan Jambi untuk bisa mendapatkan tambahan pemasukan bagi daerah,” ujar Ivan.

DBH dari Sumber Daya Alam (SDA) migas, minerba, perkebunan dan lainnya sebut Ivan sampai saat ini masih jadi penopang penting bagi perekonomian Jambi. Maka dari itu, adanya jalan khusus tentunya pula dapat berdampak baik bagi perekonomian Jambi.

Bahkan, terang Ivan, selain berkurangnya ekonomi Jambi dampak besar lainnya dari kemacetan lalu lintas di jalan umum akibat truk batu bara tentu akan masih terjadi dan terus terjadi. Tak kunjung kelarnya jalan khusus batu bara ini pun juga diterangkan Ivan bukan sepenuhnya kesalahan dari perusahaan.

“Selama pemerintah masih mengeluarkan izin kepada perusahaan (batu bara), kewajiban membayar Jaminan Reklamasi Tambang (Jambrek) masih terus mereka lakukan, tentunya perusahaan akan tetap terus berproduksi. Maka kebijakan jalan khusus ini yang harus segera diselesaikan,” tegas Ivan.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi yang juga Dosen Universitas Muhammadiyah Jambi, Dr Fahmi Rasid mengatakan bahwa dari pertumbuhan ekonomi, dampak jalan khusus akan sangat terlihat signifikan. Selain dapat membantu meningkatkan DBH (dana bagi hasil) ke daerah dari sektor minerba tentunya jalan khusus juga salah satu faktor penting agar pertumbuhan ekonomi Jambi juga dapat meningkat.

Selain segi ekonomi, Jalan Khusus yang tak kunjung terealisasi juga dapat merugikan semua pihak. Kerugian itu bisa menyerang ke berbagai arah, mulai dari beban jalan umum yang akan tetap tinggi, lalu besarnya biaya logistik tidak efisien, dan potensi kerugian lainnya.

“Secara teori ekonomi wilayah, keberadaan jalan khusus batu bara akan memicu pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru. Padahal dengan adanya jalan khusus banyak yang diutungkan, tidak adanya lagi macet jalan raya, lalu akan mendorong tumbuhnya perdagangan, jasa, dan sektor pendukung di sekitar jalur khusus tersebut,” kata Dr Fahmi Rasid.

Ketika jalan khusus batu bara bisa beroperasi, secara langsung juga akan mengurangi beban lalu lintas umum, menekan angka kecelakaan, dan meminimalkan kerusakan jalan negara yang hanya akan membebankan dan menggerus dana APBN maupun APBD.

Fahmi menyebut selama ini ada anggapan bahwa bisnis tambang hanya menguntungkan segelintir orang namun itu tidak sepenuhnya benar, karena bisnis tambang batu bara juga berdampak luas pada pertumbuhan UMKM, peningkatan pendapatan daerah, dan terbukanya peluang kerja bagi masyarakat.

“Maka saya harap Pemerintah Provinsi Jambi mendorong investor membangun jalan khusus batu bara katanya adalah langkah strategis. Bisa memberi dampak ekonomi yang signifikan. Mulai dari efisiensi logistik, penyerapan tenaga kerja, hingga peningkatan aktivitas perdagangan lokal.

“Belum lagi multiplier effect dari perputaran uang akan dirasakan di berbagai sektor,” terang Fahmi.

“Masyarakat juga perlu menyikapi besarnya bisnis tambang dengan objektif, mendukung upaya pemanfaatan sumber daya secara bijak, dan ikut mengawasi agar tidak merusak lingkungan. Harapannya, perusahaan tambang di Jambi bisa juga mengutamakan keselamatan, lingkungan, dan tanggung jawab sosial (CSR) yang nyata dirasakan masyarakat,” tambahnya lagi.

Pemerintah Provinsi Jambi juga diharapkan terus memperkuat regulasi, memastikan manfaat tambang merata dan menyiapkan strategi hilirisasi agar nilai tambah batu bara dirasakan di Jambi.

Meski pemerintah perlu diversifikasi ekonomi agar APBD tidak terlalu bergantung pada sektor ekstraktif, namun sektor tambang batu bara dan migas, masih potensial menopang fiskal hingga saat ini.

“Pesan saya, Jambi memiliki modal alam yang luar biasa. Batu bara harus menjadi berkah, bukan beban, dengan pengelolaan yang adil, transparan, dan berpihak pada keberlanjutan generasi mendatang,” pungkas Fahmi yang juga selaku Sekretaris PUSDIKLAT Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Jambi.