Energi di Balik Dapur MBG, Asa Generasi Indonesia Sehat dan Cerdas

Posted on

Sebelum mentari pagi muncul di hari itu, kesibukan tergambar jelas di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Prabumulih Timur. Nampak sejumlah perempuan dan laki-laki paruh baya sibuk dengan berbagai aktivitasnya di beberapa ruangan yang berbeda.

Ada yang sedang menggoreng ayam di kuali berukuran besar, ada yang sedang memilah sayur selada, dan juga ada yang terlihat sedang melakukan pemorsian dengan memasukkan nasi dan sejumlah lauk ke ompreng saji.

“Aktivitas kita (menyiapkan menu MBG) dimulai dari jam 1 dini hari. Setelah semua bahan siap, kita langsung masak,” kata Bude Selita, salah satu relawan bagian pengolahan di SPPG Prabumulih Timur.

Dia mengatakan, aktivitas tersebut dilakukan hampir setiap hari. Tidak hanya menggunakan bahan berkualitas yang mengandung gizi dan nutrisi untuk sasaran penerima MBG, semua sarana penunjang yang ada di dapur juga sangat penting dalam mengolah makanan. Mulai dari peralatan yang digunakan, hingga penunjang lain seperti listrik, air, hingga sumber api.

“Kalau di sini, bukan pakai kompor dengan (sumber) gas LPG. Sejak awal kita memasak di sini, sudah menggunakan jargas (jaringan gas), seperti yang terpasang di rumah kami masing-masing,” kata Bude Selita.

Dengan menggunakan sambungan jargas, kata dia, api yang dipakai untuk memasak lebih stabil dan tak perlu khawatir terhenti di tengah jalan.

“Kalau jargas, gak perlu takut kehabisan gas. Biasanya kan kalau lagi masak, tiba-tiba harus berhenti dulu karena kehabisan gas dan harus tukar gas. Kalau pakai jargas, kita tancap gas terus, masak terus,” ucap Bude Selita.

Ditambahkan mitra MBG Prabumulih Timur, Budi Sikumbang, dapur MBG ini adalah yang pertama ada di Kota Prabumulih. Lokasinya berada di Jalan Flores, Gang Betano, Kelurahan Gunung Ibul Barat, Kecamatan Prabumulih Timur.

“Fokus kami adalah mengolah makanan untuk sasaran penerima, terutama pelajar yang ada di Kota Prabumulih. Ada 3.894 porsi yang kami sediakan setiap harinya,” kata dia.

Sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo, program MBG ini bertujuan untuk menjaga gizi dan nutrisi anak bangsa, sehingga tubuhnya sehat, kuat dan menjadi anak yang cerdas. Karena itu, dalam prosesnya, dapur MBG selalu bekerja sesuai SOP yang ditentukan.

Selain bahan baku, kesiapan sarana penunjang adalah hal yang penting baginya. Tak hanya dapurnya saja, melainkan kelengkapan sarana lain, seperti air bersih dan gas alam adalah yang paling penting.

Budi menyebut, Prabumulih merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah dialiri jargas. Karena itu, hal ini menjadi keuntungan bagi warga Kota Prabumulih, termasuk dapurnya. Sejak awal berdiri, dapur ini sudah dipasang instalasi dan disambung dengan jargas.

“Selain apinya stabil, tidak perlu repot gonta-ganti tabung. Kita bangun instalasi sentra untuk sambungan jargas ini. Semua bagian pengolahan dan persiapan, termasuk bagian cuci ompreng sudah tersambung dengan jargas ini, khususnya di pemanas air untuk cuci ompreng dan mesin pengering ompreng,” kata dia.

Lalu di bagian persiapan, jargas ini tersambung ke beberapa kompor yang ada di ruang tersebut. Di ruang pengolahan, instalasi jargas ini tak hanya terhubung ke kompor-kompor besar di sana, melainkan juga terhubung ke mesin steamer (alat pengukus) untuk memasak nasi atau mengukus makanan dalam jumlah besar.

“Jadi ini semua instalasinya memang kita pasang sejak awal, sehingga sumber sambungannya sentral. Dengan pemakaian yang banyak ini, kami menilai lebih efisien,” kata dia.

Namun untuk mengantisipasi hal tak diinginkan, kata Budi, pihaknya tetap menyiagakan 12 tabung LPG 12 kilogram di area dapur belakang. “Kalau misalnya ada pemberitahuan penyetopan sementara distribusi gas alam, kami sudah ada stok LPG 12 kilogram di belakang,” kata dia.

Berbeda dengan Dapur SPPG Ogan Ilir, Tanjung Raja, Tanjung Raja Timur. Dapur yang berada jauh dari keramaian kota yakni di Perum Tanjung Elok, Kelurahan Tanjung Raja Timur itu tak menggunakan sambungan gas alam. Hal itu lantaran di daerah tersebut belum masuk sambungan gas tersebut. Karena itu, untuk mendukung proses masak-memasak, pihaknya memanfaatkan tabung gas 12 kilogram.

Kepala SPPG Ogan Ilir, Tanjung Raja, Tanjung Raja Timur, Asep Sarnova mengatakan, sesuai dengan aturan yang ada, untuk kebutuhan memasak di dapur MBG harus menggunakan LPG non subsidi.

“Kita ada 17 tabung LPG 12 kilogram. Dalam satu hari, rata-rata kita menggunakan 5-8 tabung,” kata dia.

Asep menyebut dapur MBG yang pertama berdiri di Ogan Ilir tersebut selalu menyetok LPG 12 kilogram di ruang khusus penyimpanan LPG. Diakuinya, LPG tersebut lalu dipasang ke instalasi yang terhubung ke kompor-kompor.

“Jadi semua kompor ini terkoneksi dengan instalasi tabung LPG di ruang penyimpanan. Dari sana, gas mengalir dan digunakan para relawan untuk memasak berbagai jenis olahan,” kata dia.

Sementara khusus untuk mesin pemasak nasi atau steamer, langsung tersambung ke satu tabung gas. “Untuk mesin steamer yang besar masih terhubung ke instalasi tabung gas 12 kilogram, tapi khusus mesin steamer yang lebih kecil menggunakan satu tabung karena ini adalah peralatan tambahan,” kata dia.

Dengan menggunakan LPG 12 Kg, relawan di dapur bisa mengolah makanan dengan api yang stabil. Selain itu, kemudahan mendapatkan LPG 12 kilogram di banyak tempat, membuatnya tetap tenang.

“Sejauh ini, kita belum mendapatkan hambatan untuk gas 12 kilogram ya. Karena tim kita bisa mendapatkan tabung 12 Kg di banyak tempat. Karena ini nonsubsidi sehingga stoknya banyak di Ogan Ilir. Di pasar ada, di agen ada, di pangkalan ada, di minimarket ada,” jelasnya.

Manajer Jargas PT Pertagas Niaga, Dwi Wahyono menyebut, Kota Prabumulih sudah memiliki jargas sejak 2013 lalu. Pengelolaan jargas di Prabumulih melibatkan beberapa pihak, yaitu Kementerian ESDM yang menugaskan PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertagas Niaga dan Pertamina Gas untuk pembangunan hingga pengoperasian.

“Kita bekerja sama dengan Pertamina EP dan BUMD Petro Prabu dalam memasok dan mendistribusikan gas alam ke konsumen. Pertamina EP Asset 2 menjadi sumber pasokan gas untuk jaringan di Prabumulih, yang dipastikan aman dan mencukupi untuk kebutuhan masyarakat di sana,” kata dia.

Pemerintah daerah juga mendukung program ini dan memastikan ketersediaan pasokan serta infrastruktur yang mendukung. Masyarakat Prabumulih dapat menikmati energi gas yang lebih murah melalui pipa langsung, dan pengawasan dari pihak terkait seperti BPH Migas juga berperan dalam mengoptimalkan program jargas di wilayah ini.

“Pembangunan infrastruktur dilakukan oleh Kementerian ESDM, pengoperasian dan pengawasan di mana Pertamina dan afiliasinya yang mengoperasikan jaringan secara rutin, sementara BPH Migas melakukan pengawasan terhadap program ini,” kata dia.

Dwi menjelaskan, alasan utama adanya jargas di Prabumulih di antaranya karena ketersediaan sumber gas. Prabumulih memiliki sumber gas alam yang cukup besar, yang awalnya dimanfaatkan untuk industri, kemudian dikembangkan untuk kebutuhan rumah tangga melalui jaringan pipa.

Selain itu, potensi dan kondisi geografis juga mendukung adanya jargas di Prabumulih. Menurutnya, sebagai daerah penghasil gas, pembangunan jargas di Prabumulih didukung oleh jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak dan kondisi pemukiman yang sudah mengelompok, sehingga lebih efisien untuk dialiri jaringan pipa.

“Adanya permintaan dan dukungan penuh dari masyarakat untuk menggunakan jargas juga menjadi faktor penting dalam implementasinya prioritas nasional. Pembangunan jargas rumah tangga ini adalah program prioritas nasional yang bertujuan untuk menyediakan sumber energi yang lebih murah dan ramah lingkungan, serta mengkonversi penggunaan LPG ke gas alam,” terang dia.

Dengan adanya proyek ini, lanjut Dwi, diharapkan dapat membantu menghemat pengeluaran rumah tangga dan mengurangi emisi karbondioksida. Saat ini, total pelanggan aktif pelanggan jargas Kota Prabumulih sebanyak 36.249 sambungan rumah tangga.

“Jargas ini menyasar semua masyarakat di Prabumulih, dan juga UMKM, termasuk juga dapur MBG,” kata dia.

Dwi menyebut dengan adanya dapur MBG saat ini, pihaknya mencatat konsumsi Jargas di Prabumulih masih terbilang aman dan sesuai dengan penyaluran. Rata-rata di Prabumulih, konsumsi atau penggunaan jargas yakni 453.796 meter kubik.

Dwi menjelaskan, ada sejumlah keunggulan penggunaan jargas, yakni dari sisi keamanan sistem distribusi melalui pipa memiliki standar keselamatan tinggi, dan gas bumi lebih ringan dari udara sehingga cepat terdeteksi jika bocor dan gas langsung mengarah ke atas (tidak mengendap di lantai). Pasokannya juga terjamin, di mana gas terus mengalir 24 jam sehari tanpa perlu khawatir kehabisan atau mengganti tabung gas, sangat praktis untuk memasak di saat-saat penting.

“Yang paling penting itu biaya lebih hemat, pengguna hanya membayar sesuai pemakaian aktual, sehingga lebih ekonomis dalam jangka panjang dibandingkan membeli LPG non-subsidi. Ini juga membantu mengurangi subsidi LPG pemerintah,” tuturnya.

Keunggulan lain yaitu praktis dan nyaman, di mana pengguna tidak perlu lagi repot mengangkat, menyimpan, atau mengganti tabung gas yang berat. Pembayaran pun mudah melalui berbagai metode seperti ATM, e-wallet, atau mini market.

“Gas bumi lebih bersih dan menghasilkan emisi karbon lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil lain seperti batu bara atau minyak, sehingga lebih ramah lingkungan,” tukasnya.

Dwi menambahkan Pertagas Niaga selalu memonitor untuk kelangsungan penyaluran gas ke seluruh pelanggan jargas tetap aman dan handal. “Untuk wilayah Sumsel, Jargas Pertagas Niaga sudah ada di Kota Palembang, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten PALI, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Rawas dengan total pelanggan aktif 54.111 sambungan rumah tangga,” kata dia.

Di sisi lain, Area Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi mengatakan, secara umum, penggunaan LPG di wilayah Sumatera Bagian Selatan, termasuk Provinsi Sumatera Selatan, dalam kondisi aman dan terpantau stabil.

Pihaknya terus memastikan penyaluran LPG kepada masyarakat, baik produk non subsidi maupun subsidi yang merupakan penugasan dari pemerintah dan terdapat kuota serta ketentuannya tersendiri. Termasuk dengan adanya program MBG saat ini, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mendukung penuh program yang digagas pemerintah sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan dan gizi masyarakat.

“Dalam mendukung pelaksanaannya, Pertamina turut menghadirkan produk LPG non-subsidi seperti Bright Gas sebagai bahan bakar berkualitas dan aman untuk kebutuhan dapur MBG. Pertamina terus mendorong penggunaan LPG non-subsidi bagi dapur-dapur penyelenggara MBG, mengingat segmen ini tidak termasuk dalam kategori penerima subsidi,” kata dia.

Rusminto menyebut, konsumsi LPG di wilayah Sumbagsel mencapai 59.236 metrik ton per bulan, dengan proporsi sekitar 95% merupakan LPG subsidi 3 kg, dan 5% merupakan LPG non-subsidi (Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg). Khusus untuk Provinsi Sumatera Selatan, konsumsi LPG tercatat sekitar 21.491 metrik ton per bulan, dengan proporsi sekitar 96% merupakan LPG subsidi 3 kg sekitar 20.607 metrik ton per bulan, dan sekitar 4% merupakan LPG non-subsidi (Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg) dengan volume sekitar 885 metrik ton per bulan.

“Kami secara rutin memonitor realisasi penyaluran agar sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan, serta memastikan penyaluran tepat sasaran kepada masyarakat yang berhak,” kata dia.

Dia menyebut lonjakan konsumsi LPG biasanya dipicu oleh beberapa faktor, yakni peningkatan aktivitas rumah tangga pada periode tertentu seperti libur panjang, Ramadan, atau Natal dan Tahun Baru. Lalu faktor kondisi cuaca dan distribusi logistik, misalnya akibat gangguan transportasi yang membuat masyarakat melakukan pembelian cadangan. Selain itu juga karena aktivitas ekonomi musiman, seperti panen raya atau kegiatan usaha kecil menengah yang membutuhkan tambahan energi.

“Kami selalu mengantisipasi kondisi tersebut dengan menambah stok di lembaga penyalur resmi, membuka layanan siaga, serta berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan agen/distributor untuk menjaga kelancaran suplai,” jelasnya.

Pertamina juga terus mengimbau masyarakat yang tergolong mampu secara ekonomi untuk menggunakan LPG non-subsidi seperti Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg, sejalan dengan upaya menjaga agar LPG subsidi 3 kg tetap tepat sasaran bagi masyarakat prasejahtera. Upaya ini merupakan bagian dari strategi Pertamina dalam menjaga keseimbangan distribusi energi yang berkelanjutan.

“Kami secara konsisten mengimbau masyarakat mampu untuk menggunakan LPG non-subsidi seperti produk Bright Gas, dengan tujuan menjaga agar subsidi LPG 3 kg tetap tepat sasaran bagi masyarakat prasejahtera. Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi Pertamina kepada masyarakat dan mitra bisnis di wilayah Sumbagsel,” jelasnya.

Selain itu, Pertamina juga berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan aparat terkait dalam melakukan inspeksi lapangan atau sidak secara berkala ke sejumlah pelaku usaha yang tidak berhak menggunakan LPG subsidi, seperti restoran, hotel, laundry, dan sektor komersial lainnya.

Pertagas Komitmen Jamin Pasokan

Distribusi LPG Dipastikan Aman

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Selain itu, potensi dan kondisi geografis juga mendukung adanya jargas di Prabumulih. Menurutnya, sebagai daerah penghasil gas, pembangunan jargas di Prabumulih didukung oleh jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak dan kondisi pemukiman yang sudah mengelompok, sehingga lebih efisien untuk dialiri jaringan pipa.

“Adanya permintaan dan dukungan penuh dari masyarakat untuk menggunakan jargas juga menjadi faktor penting dalam implementasinya prioritas nasional. Pembangunan jargas rumah tangga ini adalah program prioritas nasional yang bertujuan untuk menyediakan sumber energi yang lebih murah dan ramah lingkungan, serta mengkonversi penggunaan LPG ke gas alam,” terang dia.

Dengan adanya proyek ini, lanjut Dwi, diharapkan dapat membantu menghemat pengeluaran rumah tangga dan mengurangi emisi karbondioksida. Saat ini, total pelanggan aktif pelanggan jargas Kota Prabumulih sebanyak 36.249 sambungan rumah tangga.

“Jargas ini menyasar semua masyarakat di Prabumulih, dan juga UMKM, termasuk juga dapur MBG,” kata dia.

Dwi menyebut dengan adanya dapur MBG saat ini, pihaknya mencatat konsumsi Jargas di Prabumulih masih terbilang aman dan sesuai dengan penyaluran. Rata-rata di Prabumulih, konsumsi atau penggunaan jargas yakni 453.796 meter kubik.

Dwi menjelaskan, ada sejumlah keunggulan penggunaan jargas, yakni dari sisi keamanan sistem distribusi melalui pipa memiliki standar keselamatan tinggi, dan gas bumi lebih ringan dari udara sehingga cepat terdeteksi jika bocor dan gas langsung mengarah ke atas (tidak mengendap di lantai). Pasokannya juga terjamin, di mana gas terus mengalir 24 jam sehari tanpa perlu khawatir kehabisan atau mengganti tabung gas, sangat praktis untuk memasak di saat-saat penting.

“Yang paling penting itu biaya lebih hemat, pengguna hanya membayar sesuai pemakaian aktual, sehingga lebih ekonomis dalam jangka panjang dibandingkan membeli LPG non-subsidi. Ini juga membantu mengurangi subsidi LPG pemerintah,” tuturnya.

Keunggulan lain yaitu praktis dan nyaman, di mana pengguna tidak perlu lagi repot mengangkat, menyimpan, atau mengganti tabung gas yang berat. Pembayaran pun mudah melalui berbagai metode seperti ATM, e-wallet, atau mini market.

“Gas bumi lebih bersih dan menghasilkan emisi karbon lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil lain seperti batu bara atau minyak, sehingga lebih ramah lingkungan,” tukasnya.

Dwi menambahkan Pertagas Niaga selalu memonitor untuk kelangsungan penyaluran gas ke seluruh pelanggan jargas tetap aman dan handal. “Untuk wilayah Sumsel, Jargas Pertagas Niaga sudah ada di Kota Palembang, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten PALI, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Rawas dengan total pelanggan aktif 54.111 sambungan rumah tangga,” kata dia.

Di sisi lain, Area Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi mengatakan, secara umum, penggunaan LPG di wilayah Sumatera Bagian Selatan, termasuk Provinsi Sumatera Selatan, dalam kondisi aman dan terpantau stabil.

Pihaknya terus memastikan penyaluran LPG kepada masyarakat, baik produk non subsidi maupun subsidi yang merupakan penugasan dari pemerintah dan terdapat kuota serta ketentuannya tersendiri. Termasuk dengan adanya program MBG saat ini, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mendukung penuh program yang digagas pemerintah sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan dan gizi masyarakat.

“Dalam mendukung pelaksanaannya, Pertamina turut menghadirkan produk LPG non-subsidi seperti Bright Gas sebagai bahan bakar berkualitas dan aman untuk kebutuhan dapur MBG. Pertamina terus mendorong penggunaan LPG non-subsidi bagi dapur-dapur penyelenggara MBG, mengingat segmen ini tidak termasuk dalam kategori penerima subsidi,” kata dia.

Rusminto menyebut, konsumsi LPG di wilayah Sumbagsel mencapai 59.236 metrik ton per bulan, dengan proporsi sekitar 95% merupakan LPG subsidi 3 kg, dan 5% merupakan LPG non-subsidi (Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg). Khusus untuk Provinsi Sumatera Selatan, konsumsi LPG tercatat sekitar 21.491 metrik ton per bulan, dengan proporsi sekitar 96% merupakan LPG subsidi 3 kg sekitar 20.607 metrik ton per bulan, dan sekitar 4% merupakan LPG non-subsidi (Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg) dengan volume sekitar 885 metrik ton per bulan.

“Kami secara rutin memonitor realisasi penyaluran agar sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan, serta memastikan penyaluran tepat sasaran kepada masyarakat yang berhak,” kata dia.

Dia menyebut lonjakan konsumsi LPG biasanya dipicu oleh beberapa faktor, yakni peningkatan aktivitas rumah tangga pada periode tertentu seperti libur panjang, Ramadan, atau Natal dan Tahun Baru. Lalu faktor kondisi cuaca dan distribusi logistik, misalnya akibat gangguan transportasi yang membuat masyarakat melakukan pembelian cadangan. Selain itu juga karena aktivitas ekonomi musiman, seperti panen raya atau kegiatan usaha kecil menengah yang membutuhkan tambahan energi.

“Kami selalu mengantisipasi kondisi tersebut dengan menambah stok di lembaga penyalur resmi, membuka layanan siaga, serta berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan agen/distributor untuk menjaga kelancaran suplai,” jelasnya.

Pertamina juga terus mengimbau masyarakat yang tergolong mampu secara ekonomi untuk menggunakan LPG non-subsidi seperti Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg, sejalan dengan upaya menjaga agar LPG subsidi 3 kg tetap tepat sasaran bagi masyarakat prasejahtera. Upaya ini merupakan bagian dari strategi Pertamina dalam menjaga keseimbangan distribusi energi yang berkelanjutan.

“Kami secara konsisten mengimbau masyarakat mampu untuk menggunakan LPG non-subsidi seperti produk Bright Gas, dengan tujuan menjaga agar subsidi LPG 3 kg tetap tepat sasaran bagi masyarakat prasejahtera. Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi Pertamina kepada masyarakat dan mitra bisnis di wilayah Sumbagsel,” jelasnya.

Selain itu, Pertamina juga berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan aparat terkait dalam melakukan inspeksi lapangan atau sidak secara berkala ke sejumlah pelaku usaha yang tidak berhak menggunakan LPG subsidi, seperti restoran, hotel, laundry, dan sektor komersial lainnya.

Distribusi LPG Dipastikan Aman

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *