Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS VII) membutuhkan anggaran Rp 2,8 triliun untuk pembangunan pengendali banjir di Bengkulu. Namun, pemerintah pusat hanya menganggarkan sebesar Rp 100 miliar yang akan digunakan secara optimal untuk mengendalikan banjir di Bengkulu.
“Bencana banjir, kerap melanda Kota Bengkulu, bahkan pada tahun 2022 ratusan permukiman dan jalan terendam hingga 7 hari lamanya,” kata Kepala BWSS VII Medya Ramdan, Senin (14/4/2025).
Medya menjelaskan, banjir menjadi perhatian di Bengkulu. Sebab, sambungnya, sering mengakibatkan kerugian material maupun non-materil seperti kejadian di 2019 dan 2020 dengan dampak yang luar biasa.
Banjir tersebut menenggelamkan ribuan hektare kawasan serta permukiman masyarakat. Berdasarkan detail desain yang pernah diajukan secara keseluruhan memerlukan anggaran Rp 2,8 triliun.
“Rp 2,8 triliun dana yang diperlukan untuk keseluruhan. Tahun ini kami diberikan anggaran Rp 100 miliar termasuk supervisi namun setidaknya anggaran yang ada ini dapat mengurangi reduksi banjir yang akan terjadi,” jelasnya.
Adapun anggaran Rp 100 miliar itu menurutnya digunakan untuk peningkatan tanggul banjir yang notabenenya Jalan Irian di Kota Bengkulu adalah tanggul banjir.
“Jalan yang biasa tergenang banjir akan ditinggikan sehingga saat banjir terjadi jalan masih bisa dilalui kendaraan,” ujarnya.
Peningkatan jalan akan ditinggikan sekitar 0,5 meter sampai 1,9 meter. Selanjutnya perbaikan pintu-pintu cross drain. Kemudian normalisasi di bagian kawasan atau drainase kota kawasan. Lalu penambahan pompa air sebanyak empat unit.
Medya mengungkapkan, apabila langkah-langkah itu dilakukan maka dapat mengurangi banjir seluas 208 hektare kawasan kota. Selama ini apabila banjir luasan terdampak sekitar 1.500 hektare.
“Jadi mekanismenya air Bengkulu yang masuk ke kawasan kota akan dipompa ke luar, lalu air yang akan masuk ke kawasan kota ditahan oleh tanggul-tanggul,” ujarnya.
Menurut kajian BWSS VII aspek banjir yang kerap melanda Kota Bengkulu disebabkan terbentuknya debit banjir, sedimentasi hal itu dikarenakan berkurangnya tutupan lahan di hulu serta sepanjang sungai dengan luas total 456 kilometer persegi.