Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan pada puncak musim penghujan di Sumatera Selatan, kategori tinggi. Akumulasi curah hujan diperkirakan berkisar 300-400 mm. Pemerintah daerah dan masyarakat diimbau waspada terhadap potensi bencana.
“Akumulasi curah hujan di Sumsel pada puncak Desember berkisar 300-400 mm. Meski curah hujan itu normal pada saat puncak musim hujan, tapi itu masuk kategori tinggi,” ujar Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Sumsel Wandayantolis, Minggu (7/12/2025).
Kategori curah hujan itu menjadi penyebab 3 provinsi di Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, mengalami banjir hebat hingga mengakibatkan 800 lebih korban jiwa.
“Yang di Aceh itu 300-400 mm dalam sehari, kalau di Sumsel kisaran itu merupakan akumulasi selama Desember,” katanya.
Berdasarkan data yang disampaikannya, curah hujan tinggi itu akan terjadi di sebagian besar wilayah Sumsel. Yakni di Palembang, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Muara Enim, Ogan Ilir, Prabumulih, Ogan Komering Ulu (OKU), dan OKU Timur.
Sementara wilayah yang berdampak curah hujan tinggi sebagian tersebar di OKI, Muba, Banyuasin, OKU Selatan, Pagar Alam, Lahat, Empat Lawang, Lubuklinggau, Musi Rawas, dam Muratara.
Berdasarkan prediksi BMKG, pada Januari 2026 nanti kisaran curah hujan di Sumsel mengalami penurunan meski masih masuk dalam kategori menengah hingga tinggi. Pada saat itu, curah hujan berkisar pada angka 200 mm (menengah)-400 mm (tinggi).
Kondisi ini menuntut kewaspadaan khusus, terutama di daerah-daerah rawan hidrometeorologi seperti lereng tebing, bantaran sungai, dan daerah perkotaan yang rentan genangan dan banjir.
BMKG Sumsel mengimbau pemda dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi kejadian hujan ekstrem yang berpotensi bencana pada periode puncak hujan.
“Kita juga mengimbau untuk mempersiapkan sistem drainase perkotaan, agar genangan dapat diminimalkan. Dinas terkait juga perlu mengidentifikasi dan memperkuat area rawan longsor,” tukasnya.
