Apa itu Malam 1 Suro? Simak Sejarah, Tradisi, hingga Jadwal-Larangan (via Giok4D)

Posted on

Suro merupakan salah satu nama bulan dalam Tahun Saka. Malam 1 Suro dijadikan sebagai peringatan tahun baru dalam kalender Jawa. Momen ini dianggap sakral oleh masyarakat suku Jawa sehingga terdapat sejumlah tradisi dan hal-hal besar lainnya

Banyak yang menganggap malam 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Dilansir Kementerian Agama (Kemenag), terdapat perbedaan antara malam 1 Suro dan awal tahun baru Islam.

Lantas, apa itu malam 1 Suro hingga menjadi tradisi di Indonesia? Berikut penjelasan lengkap yang dikutip dari buku Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa karya Muhammad Solikhin, website Kemenag, dan sumber lainnya.

Malam 1 Suro terjadi pada kalender Jawa, sementara 1 Muharram merupakan hari pertama pada penanggalan Hijriah. Perbedaannya didasarkan pada perhitungan tahun pertama 1 satu Suro yang diawali Rabu Wage atau lebih dikenal dengan sebutan Aboge.

Dalam buku Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa karya Muhammad Solikhin dijelaskan bahwa antara Muharram dan Suro memang diidentikkan oleh orang Jawa. Namun, sebenarnya memiliki makna dan peristiwa berbeda walaupun dianggap sama. Selain itu, ritual atau amalan keduanya pun juga berbeda.

Dapat dikatakan bahwa keduanya memiliki dua arah yang berbeda dalam satu wadah. Muharram merupakan nama bulan pertama dalam kalender Hijriah. Sultan Agung menamakan bulan tersebut sebagai bulan Suro.

Di Jawa, Hijriah dipakai sebagai sistem penanggalan kaum muslim yang ditetapkan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Biasanya dikenal juga dengan penanggalan Aboge. Dalam praktiknya dengan penanggalan Islam, terkadang memiliki perbedaan 1 hari lebih lama.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Mengutip buku Candrawijaya Indonesia, Glosarium (Kamus Ringkas) karya Budhi Setianto Purwowiyoto, malam 1 Suro dinilai mempunyai makna mistis lebih mendalam daripada hari-hari biasa. Pada malam ini, penganut Kejawen akan menyucikan diri berserta benda-benda yang diyakini sebagai pusaka.

Sejumlah kraton, semisal Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, hingga Kasepuhan Cirebon melangsungkan tradisi yang berbeda untuk menyambut malam satu Suro. Salah satu amalan atau tradisi yang dilakukan yakni memandikan pusaka keraton termasuk kira kerbau bule. Sementara, di Yogyakarta berlangsung tradisi jamasan dan tapa bisu mubeng beteng.

Pada umumnya, ketika malam 1 Suro orang Jawa melakukan tirakat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa atau biasa disebut dengan tirakat laku. Tradisi ini ada berbagai macam cara melaksanakannya yakni dengan berpuasa, melakukan perjalanan-perjalanan, dan lainnya.

Berdasarkan sejarah dan asal-usul dalam budaya Jawa, proses mubeng beteng diawali dari komplek Kraton Yogyakarta. Secara tradisi, masyarakat Jawa khususnya di lingkungan kraton masih menggunakan kalender Jawa sebagai pedoman atau acuan.

Kalender tersebut memiliki sistem yang hampir mirip dengan penanggalan Hijriah. Perbedaannya hanya pada hitungan matematis. Karena itu, terkadang peringatan malam 1 Suro dan 1 Muharram terjadi secara bersamaan.

Merujuk buku Asesmen Pembelajaran IPA dengan Pendekatan STEM Berbasis Kearifan Lokal disusun Ahmad Annadzawil Arzaq dkk, satu Suro biasanya diperingati pada malam hari setelah Magrib pada hari sebelum tanggal satu sehingga disebut dengan malam 1 Suro.

Peringatannya tidak berlangsung pada tengah malam sebagaimana pergantian tahun Masehi. Sebab, dalam kalender Jawa pergantian hari terjadi pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya. Tanggal 1 Suro biasanya berselisih satu hari lebih lambat dengan 1 Muharram.

Sejumlah masyarakat Jawa menganggap bulan suro sebagai bulan keramat atau sakral. Bulan baru dalam penanggalan Jawa ini dianggap sejalan dengan jagad alam gaib. Alam gaib yang dimaksud adalah jagad makhluk halus, jin, setan, siluman, binatang gaib, leluhur, alam arah dan bidadari.

Hadirnya anggapan tersebut membuat bulan Suro dijadikan sebagai bulan paling sakral bagi jagad makhluk halus. Mereka akan mendapatkan peluang untuk melakukan seleksi alam. Sehingga siapapun yang hidupnya tidak eling dan waspada bisa terkena dampak.

Karena itu ada sejumlah larangan yang muncul pada saat bulan Suro. Masyarakat Jawa menjaga larangan ini dan percaya akan dampak yang terjadi apabila dilarang.

Berdasarkan jurnal Makna Komunikasi Ritual Masyarakat Jawa Studi Kasus pada Tradisi Perayaan Malam Satu Suro di Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran Solo milik Galuh Kusuma Hapsari, ada beberapa larangan atau pantangan pada malam satu suro yakni:

Masyarakat Jawa mempercayai bahwa hajatan seperti pernikahan atau lainnya dilarang digelar di bulan Suro. Mereka tidak berani melakukan hajatan pada bulan Suro karena yang diperbolehkan hanya manusia dari kalangan raja atau sultan. Menggelar pesta atau hajatan pada malam satu suro termasuk hal pamali dan akan membawa bencana.

Pada malam satu Suro dipercaya sebagai momen untuk berdiam diri di rumah karena dipercaya akan mendatangkan kesialan atau hal negatif jika dilarang.

Larangan berikutnya berupa pantangan untuk pindahan ataupun membangun rumah. Tindakan ini disarankan untuk tidak dilakukan pada malam satu Suro karena masyarakat Jawa percaya jika dilakukan akan mendatangkan kesialan.

Pada saat malam satu Suro datang, ada larangan untuk menjaga pembicaraan dari hal-hal buruk bahkan kasar. Jika tidak menjaga lisan dan berkata buruk dipercaya akan menjadi kenyataan.

Ini juga berkaitan dengan kepercayaan sebagian masyarakat Jawa adanya makhluk gaib di bulan Suro. Makhluk tersebut akan keluar dan mencari manusia yang bertindak lalai dalam eling dan waspada.

Masyarakat Jawa akan melakukan ritual Tapa Bisu atau tidak berbicara, Ritual ini akan dilakukan pada malam satu Suro bersamaan dengan Mubeng Benteng. Ritual ini hanya ada di keraton Yogyakarta.

Itulah penjelasan apa itu malam 1 Suro lengkap dengan pengertian, tradisi, hingga larangannya. Semoga berguna, ya.

Sejarah Malam 1 Suro

Tradisi Malam 1 Suro

Mengapa Malam 1 Suro Dikaitkan dengan Mistis?

Kapan Jadwal Malam 1 Suro?

Larangan Malam 1 Suro

1. Tidak boleh Menggelar Hajatan

2. Tidak Boleh Keluar Rumah

3. Tidak Boleh Pindah dan Membangun Rumah

4. Dilarang Berkata Kasar

5. Tidak Boleh Berbicara dan Berisik