Melihat Keindahan Candi Muaro Jambi, Lengkap dengan Daya Tarik dan Fasilitasnya

Posted on

Terletak di tepian Sungai Batanghari, Candi Muaro Jambi merupakan salah satu kompleks percandian terluas di Asia Tenggara yang menyimpan jejak sejarah kejayaan peradaban masa lampau. Keindahan situs ini tidak hanya terletak pada arsitektur candinya yang megah, tetapi juga pada suasana alam sekitarnya yang tenang dan asri.

Dengan pesona sejarah dan budaya yang kental, Candi Muaro Jambi kini menjadi destinasi wisata andalan Provinsi Jambi yang menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pada buku Sigap RPUL oleh Rofi’ah Nurhayati, dkk dan buku Candi Muaro Jambi oleh Akhmad Sadad disebut dalam penelitian arkeologi dan sumber-sumber sejarah, situs Kompleks Percandian Muaro Jambi pernah menjadi pusat pemujaan dan pendidikan agama Buddha pada masa Kerajaan Melayu Kuno. Kompleks ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama SC Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer.

Candi Muaro Jambi terletak di Pulau Sumatra, tepatnya di tepi Sungai Batanghari, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Destinasi wisata candi ini diperkirakan peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu yang dibangun pada abad ke 7-12 Masehi.

Dikutip dari e-book Muaro Jambi: Dulu, Sekarang, dan Esok yang disusun oleh Mundardjito, situs Candi Muaro Jambi dibangun menggunakan bata merah dan pada dindingnya belum ditemukan pahatan-pahatan relief. Keberadaan kompleks ini menjadi salah satu bukti bahwa sekitar abad ke-4 atau ke-5 Masehi ada kerajaan Melayu (Melayu Tua bercorak Buddha) yang pernah beribukota di Muaro Jambi.

Fungsi Candi Muaro Jambi yaitu pernah digunakan sebagai tempat peribadatan dan belajar agama Buddha, karena ditemukan corak buddhisme serta penemuan tulisan aksara Jawa Kuno.

Candi ini memiliki luas 3.981 hektare sehingga menjadikannya kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara. Di dalamnya terdapat 11 candi utama, namun diperkirakan masih terdapat 82 reruntuhan yang tertimbun dalam gundukan-gundukan.

Candi Muaro Jambi membentang sepanjang 7,5 kilometer dari barat ke timur tepian Sungai Batanghari, sebagai sungai terpanjang di Sumatera. Kompleks Candi Muaro Jambi berjarak kurang lebih sekitar 26 kilometer timur Kota Jambi. Lokasinya mencakup delapan desa, yakni Muara Jambi, Dusun Baru, Dusun Mudo, Danau Lamo, Tebat Patah, Teluk Jambu, Kemingking Dalam, dan Kemingking Luar.

Pada tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran serius terhadap kompleks percandian. Keberadaan candi ini mulanya memang tersembunyi, tidak ada yang menyangka di antara hutan belantara seluas kurang lebih 155,3 ribu hektar terdapat situs purbakala berusia lebih dari 1000 tahun.

Di dalam kompleks candi, akan ditemukan bentuk beragam seperti segi empat, persegi, persegi panjang, trapesium, dan segi empat tak beraturan pada bangunan candi. Hal ini dinilai menunjukkan penerapan prinsip geometri dalam konstruksi candi.

Konon, terdapat sebuah cerita masyarakat tentang asal usul Candi Muaro Jambi yang hampir sama dengan Candi Prambanan. Diceritakan dalam buku Eksplorasi Warisan Budaya Provinsi Jambi oleh Faisal Masri Maulana, dkk alkisah hidup seorang pemuda sakti yang memiliki ilmu mistis bernama Tun Talanai.

Suatu hari ia berjalan menyusuri Muaro Jambi untuk mencari wanita yang cantik dan baik budi pekertinya. Tun kemudian sampai di Desa Muaro Jambi dan berkenalan dengan seorang wanita yang akhirnya bersedia untuk dipersunting.

Namun, sang wanita memberi syarat untuk dibuatkan bangunan candi yang tingginya menjulang ke langit, dalam waktu satu hari dengan batasan hari sudah fajar. Tun kemudian menyanggupi dan mengerjakan bersama makhluk-makhluk gaib, bahkan candi sudah hampir selesai selepas tengah malam.

Sang wanita sebetulnya enggan untuk dinikahi, sehingga mencari cara yakni memancing ayam berkokok sebagai penanda hari sudah fajar. Ia meminta ibu-ibu desa untuk menumbuk padi di alang untuk membangunkan ayam tidur, lalu ayam-ayam akan berkokok. Karena kecewa, Tun kemudian menendang bangunan candi sehingga hancur dan berserakan kemana-mana.

Candi ini memiliki kepentingan budaya dan agama yang populer untuk ziarah dan wisata religi. Pada buku Corak Budaya Provinsi Jambi karya M Syap Repin, dkk disebut candi ini dianggap sebagai tempat suci oleh banyak penduduk setempat. Kombinasi makna sejarah, keajaiban arsitektur, dan aura religius membuatnya jadi unik dan menawan.

Kawasan ini adalah rumah bagi reruntuhan candi-candi megah dari era Hindu-Buddha, termasuk Candi Gumpung, Candi Gedong, Candi Kedaton dan banyak lagi lainnya. Berikut beberapa situs yang tercatat, dirangkum dari buku Menerka Kebudayaan Jambi oleh Muhammad Hadid Syafiq, dkk:

Candi Gumpung merupakan salah satu bangunan utama yang berada di dalam kawasan Cagar Budaya Candi Muaro Jambi. Candi ini dikelilingi oleh pagar yang terbuat dari batu bata, dan di bagian depannya terdapat dua arca yang menambah nuansa historis.

Sebagai candi induk di kawasan ini, Candi Gumpung mengalami proses pemugaran selama enam tahun. Dalam proses tersebut, ditemukan sejumlah artefak berharga.

Salah satunya adalah lempeng emas bertuliskan inskripsi menggunakan aksara Jawa Kuno, yang menunjukkan nilai sejarah dan keagamaan yang tinggi.

Candi Tinggi dikenal sebagai salah satu bangunan tertinggi di kompleks Candi Muaro Jambi. Pembangunannya berlangsung dalam dua tahap, di mana struktur yang lebih tua masih dapat ditemukan dalam kondisi relatif utuh di bagian dalam bangunan.

Sementara itu, struktur yang lebih baru dibangun di atasnya, menutupi bangunan lama dan mencerminkan lapisan sejarah yang tersimpan di balik arsitekturnya.

Berada di sisi barat Candi Gumpung, Candi Gedong I dan II sering dijuluki ‘Candi Gudang Garam’ karena konon dulunya digunakan sebagai tempat penyimpanan garam. Kawasan ini terdiri dari dua bangunan candi yang telah mengalami proses pemugaran.

Selama pemugaran, ditemukan berbagai benda bersejarah seperti perhiasan kuno, mangkuk keramik, arca, dan lainnya. Salah satu temuan penting adalah arca Dwarapala, penjaga pintu gerbang.

Tapi sayangnya arca penjaga hanya ditemukan satu, padahal seharusnya arca ini berpasangan.

Terletak di tepi jalan utama menuju Candi Gumpung, Candi Kedaton menjadi salah satu titik penting dalam kawasan ini. Di bagian depan kompleks, terdapat sebuah jembatan yang mengarah langsung ke bangunan candi.

Di dalam kawasan ini terdapat sekitar sepuluh reruntuhan bangunan, termasuk candi utama, mandapa, gerbang, serta bangunan perwara yang lebih kecil. Dikelilingi oleh tembok batu bata setinggi kurang lebih dua meter, kawasan ini juga dipenuhi oleh pohon-pohon besar yang menciptakan suasana alami dan teduh.

Salah satu temuan penting di sini adalah sepasang makara bertuliskan aksara Jawa Kuno, yang isinya mengindikasikan bahwa tempat ini dahulu digunakan sebagai lokasi meditasi oleh seorang tokoh spiritual bernama Mpu Kusuma.

Nama Candi Astano berasal dari keberadaan sejumlah makam di dalam kawasannya, yang menurut cerita masyarakat setempat merupakan makam para raja.

Kawasan ini memiliki dua candi perwara serta koleksi peninggalan sejarah berupa 14 fragmen arca batu dengan beragam bentuk dan ukuran, satu pipisan batu, satu lesung batu, manik-manik dari kaca dan batu, serta pecahan tembikar dan keramik dari berbagai jenis. Keseluruhan temuan ini mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual yang terkandung di dalam situs ini.

Berdasarkan salah satu situs travel agency, daftar harga tiket masuk Candi Muaro Jambi adalah sekitar Rp 9.000 per orang. Jam buka area objek wisata kompleks Candi Muaro Jambi yaitu dari 08.00-18.00 WIB.

Kawasan candi cukup luas, terdapat beberapa fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung. Berikut beberapa fasilitasnya:

Pengunjung dapat menjelajah dengan jalan kaki ataupun menyewa alat transportasi seperti sepeda, motor, dan bentor (becak motor).

Selain peninggalan berupa bangunan candi, di dalam kawasan Kompleks Percandian Muaro Jambi juga ditemukan berbagai artefak bersejarah, seperti arca Prajnaparamita, Dwarapala, Gajahsimha, serta elemen batu seperti umpak dan lesung atau lumpang batu.

Penemuan lainnya yang menambah nilai historis kawasan ini meliputi gong perunggu bertuliskan aksara Tiongkok, mantra-mantra Buddhis yang tertulis pada lempengan emas, keramik impor, tembikar, belanga besar berbahan perunggu, dan masih banyak lagi.

Berdasarkan banyaknya temuan yang beragam, para ahli menduga bahwa kawasan ini dahulu merupakan pemukiman padat yang menjadi titik temu berbagai kebudayaan besar. Ini terlihat dari penemuan manik-manik yang berasal dari Persia, Tiongkok, dan India.

Desa-desa di kawasan ini, seperti Desa Wisata Muara Jambi, menawarkan pengalaman budaya yang autentik. Masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi dan adat istiadat yang telah ada sejak lama.

Kamu dapat menyaksikan kerajinan tangan tradisional, seperti membatik dan anyaman, serta merasakan kehangatan sambutan dari penduduk desa yang ramah. Selain itu, berbagai upacara adat dan festival lokal sering diadakan, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan langsung keunikan budaya setempat.

Di sekitar kompleks Candi Muaro Jambi juga telah mempunyai beberapa fasilitas umum untuk para pengunjungnya, di antaranya area parkir, toilet, musala, dan beberapa stand kuliner khas Jambi.

Dikutip dari laman Museum Muara Jambi, Agus Widiatmoko, arkeolog dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan candi ini dulunya merupakan kampus atau universitas peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Ketika kerajaan Sriwijaya mencapai puncaknya sekitar tahun 784, murid-muridnya dikirim ke India dan belajar di Universitas Nalanda.

Kerajaan telah membangun sebuah perpustakaan dan 2000 kamar untuk para siswanya yang belajar di India. Namun, karena invasi dari negara lain, ajaran Buddha Dharma di India hancur. Oleh karena itu universitas pindah ke candi Muaro Jambi di Sumatera dan lulusannya kembali ke India, kemudian terjadi reformasi agama di Tibet.

Candi ini 8 kali lebih lebar dari candi Borobudur. Kompleks candi ini memiliki luas 12 kilometer persegi dan merupakan candi terbesar di Asia Tenggara. Karena areanya yang luas, ada beberapa candi di dekatnya.

Nah, itulah tadi penjelasan tentang Candi Muaro Jambi. Semoga menambah pengetahuanmu, ya!

Mengenal Candi Muaro Jambi

Cerita Masyarakat Candi Muaro Jambi

Daya Tarik Candi Muaro Jambi

1. Candi Gumpung

2. Candi Tinggi

3. Candi Gedong I dan II

4. Candi Kedaton

5. Candi Astano

Fasilitas Candi Muaro Jambi

1. Alat Transportasi

2. Melihat Temuan yang Tak Biasa di Candi Termegah

3. Ada Berbagai Kegiatan Budaya

4. Fasilitas Umum Lainnya

5. Spot Foto di Candi yang Diyakini Bekas Perguruan Tinggi

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *