Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) melalui Integrated Terminal (IT) Panjang menghadirkan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bertajuk Siaga dan Bersihkan Panjang Utara (SIGAP) di Kampung Baru Tiga, Kelurahan Panjang Utara, Bandar Lampung.
Program SIGAP merupakan wujud nyata kontribusi TJSL Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).
SIGAP mencakup pemasangan 50 biopori untuk meningkatkan daya serap air, pemasangan tiga lampu tenaga surya, pelatihan budidaya maggot sebagai solusi pengelolaan sampah organik, serta edukasi pengurangan sampah bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandar Lampung.
Selain menekan sumber pemanasan global, SIGAP juga membantu masyarakat tetap aman dan produktif di tengah perubahan cuaca yang semakin sulit diprediksi. Komitmen ini terus diperkuat, terutama di daerah-daerah.
Banjir berulang, cuaca ekstrem, serta degradasi lingkungan menegaskan perlunya langkah bersama yang terencana dan berkelanjutan.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Rusminto Wahyudi menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan.
“Aksi mitigasi dan adaptasi lingkungan ini sejalan dengan visi pemerintah dalam menekan sumber perubahan iklim sekaligus membantu masyarakat beradaptasi dengan tantangan yang tidak terhindarkan,” katanya dari keterangan tertulis yang diterima infoSumbagsel, Sabtu (13/12/2025).
“Keberhasilan program seperti ini bergantung pada kolaborasi yang kuat antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel akan terus mendukung upaya bersama tersebut,” sambungnya.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Panjang Utara Nur Rachmad menjelaskan bahwa program ini lahir dari kebutuhan nyata di lapangan.
“Kampung kami rawan banjir. Setelah berdiskusi dengan masyarakat, pemerintah, dan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, kami sepakat memulai langkah-langkah sederhana namun efektif seperti pembuatan biopori dan pengelolaan sampah sebagai upaya mitigasi bencana di Kampung Baru Tiga,” ujarnya.
Sementara itu, Rina, salah satu warga penerima manfaat, merasakan langsung dampak positif dari program ini.
“Dulu saat hujan deras, air cepat menggenang. Kini dengan biopori air lebih cepat meresap, lampu tenaga surya membantu penerangan malam hari, dan pelatihan maggot membuat kami bisa mengelola sampah dapur secara mandiri,” ungkapnya.
Berdasarkan kajian dari Yayasan Spora Greens Indonesia menunjukkan bahwa Program SIGAP memberikan dampak lingkungan signifikan, di antaranya penghematan energi penerangan sebesar 388,8 kWh per tahun.
Kemudian pengurangan sampah plastik 63 kg yang menurunkan emisi 0,189 ton CO₂ per tahun, serta pengelolaan 8.640 kg sampah organik melalui budidaya maggot yang mampu menekan potensi emisi metana hingga 194,4 kg CH₄ per tahun.







