Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mendorong kelapa sebagai komoditas unggulan baru, menyusul kesuksesan pengembangan ekosistem kopi. OJK menargetkan kelapa Sumsel, terutama dari sentra utama Banyuasin, dapat melakukan ekspor perdana ke Malaysia paling lambat awal tahun 2026.
Kepala OJK Provinsi Sumatera Selatan Arifin Susanto mengungkapkan bahwa upaya ini merupakan bagian dari tugas OJK untuk memperluas akses pembiayaan dan membangun ekosistem keuangan di daerah. Sumatera Selatan khususnya di Banyuasin, memiliki potensi kelapa terbesar kedua secara nasional.
“Setelah berhasil membangun ekosistem kopi yang sudah ekspor konsisten selama sembilan kali, kami OJK ingin membangun komoditas yang lainnya, yaitu kelapa. Karena kelapa ini potensinya besar sekali. Di seluruh Indonesia ini yang terbesar pertama di wilayah timur, dan yang kedua adalah Sumatera bagian Selatan, termasuk salah satunya di daerah Banyuasin,” ujar Arifin Susanto dalam acara Focus Group Discussion (FGD) pada Kamis, (11/12/2025)
Untuk merealisasikan target ini, OJK akan berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan bank-bank untuk memberikan akses pembiayaan, serupa dengan skema yang berhasil diterapkan pada komoditas kopi.
Arifin Susanto optimis kolaborasi ini dapat mempercepat peningkatan nilai tambah komoditas kelapa.
“Kami di OJK akan mendorong bank-bank untuk memberikan akses pembiayaan untuk kelapa, dan insyaallah saya optimis di awal tahun depan kita bisa melakukan ekspor perdana untuk kelapa ke Malaysia,” tegasnya.
Arifin berencana menyelaraskan program hilirisasi ini dengan Balai untuk pengembangan investasi yang terintegrasi dan Bappeda. Dia berharap kolaborasi ini bisa disinergikan menjadi dua target besar.
“Membangun satu pabrik atau groundbreaking pertama untuk investasi dari asing, sekaligus ekspor perdana kelapa kita ke Malaysia. Mudah-mudahan ini bisa terlaksana,” ungkapnya.
Selain itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Regina Ariyanti menambahkan bahwa sudah ada investor dari Jepang, PTG Spring Forward, yang berminat investasi untuk pengolahan kelapa menjadi bahan baku avtur (bahan bakar pesawat).
“Mungkin salah satu di Indonesia itu di Morowali ya, ada pengembangan industri terintegrasi untuk kelapa. Nah kita harapkan Sumatera Selatan bisa juga menjadi kawasan terintegrasi untuk komoditas kelapa,” ujar Regina.
OJK akan meniru pola pembiayaan yang sukses pada komoditas kopi, di mana penyaluran pembiayaan tidak dilakukan langsung ke petani, melainkan melalui kelompok tani atau koperasi sebagai offtaker dan pengepul.
“Mungkin petani-petani nanti ngumpul dulu, kayak katakanlah Gapoktan, ya, Gabungan Kelompok Tani atau koperasi yang ada di desa. Nanti dibutuhkan apa, Katakanlah peremajaan. Kalau itu peremajaan kelapa, nanti kami akan menggandeng Kementerian Keuangan, kan ada yang namanya Badan Pengelola Perkebunan, BPTP itu tadi, nanti sama sama teman-teman pertanian, perkebunan kita kolaborasi bersama-sama,” jelas Arifin.
Ia menyebut, saat ini permintaan pasar (demand) kelapa sangat tinggi, namun pasokan (supply) masih terbatas. Pemprov Sumsel mencatat, luas tanaman kelapa di provinsi ini mencapai lebih dari 198.154 hektare dengan sentra utama di Banyuasin, yang mencakup 79% dari total luas tanam.
Artikel ini ditulis oleh Ani Safitri peserta Program MagangHub Bersertifikat dari Kemnaker di infocom.







