Dari Lahan Tidur, Napi Lapastik Muara Sabak Panen Satu Ton Jagung

Posted on

Di bawah terik matahari pagi, belasan warga binaan tampak sibuk memetik tongkol jagung berwarna kuning keemasan. Satu per satu, mereka memetik tongkol jagung dari ladang seluas dua hektare di balik tembok tinggi Lapas Narkotika Kelas IIB Muara Sabak, Tanjung Jabung Timur, Jambi.

Siapa sangka, lahan tidur yang dulu tak terurus itu kini berubah menjadi hamparan tanaman jagung siap panen. Selama 120 hari, para narapidana di Lapas ini tekun menanam, merawat, dan kini memanen hasil kerja keras mereka.

Para warga binaan kompak memetik dan menampung jagung yang sudah bisa dipanen ke dalam gerobak dorong. Teriknya matahari tak melemahkan semangat mereka. Setelah penuh, jagung itu dibawa ke penampungan dan langsung digiling untuk diambil bulirnya saja.

Dari lahan tersebut, mereka berhasil memanen sekitar satu ton jagung, hasil nyata dari program pembinaan kemandirian yang dijalankan pihak lapas.

“Perkiraan 1 ton lebih ini hasilnya. Ya inilah hasil kegiatan kami 5 orang yang merawatnya,” kata salah satu warga binaan Lapastik Muara Sabak.

Lima warga binaan ini bukan hanya sekadar pekerja lapangan. Mereka dibimbing langsung untuk memahami teknik menanam dan merawat jagung hibrida, belajar dari dasar hingga panen. Di balik kegiatan bertani itu tersimpan misi membentuk karakter, menumbuhkan tanggung jawab, dan menanamkan nilai kerja keras yang kelak bisa mereka bawa setelah bebas nanti.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Jambi, Hidayat, menyebut kegiatan ini sebagai wujud nyata dari arahan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk menciptakan lapas yang mandiri dan produktif.

“Panen jagung hibrida di Lapas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Warga Binaan di berbagai lembaga pemasyarakatan untuk mendukung program ketahanan pangan dan kemandirian. Warga Binaan terlibat dari proses penanaman hingga panen, menghasilkan jagung berkualitas yang dapat dijual maupun dimanfaatkan sebagai pakan ternak,” ujar Hidayat, Sabtu (18/10/2025).

Menurutnya, kegiatan pertanian semacam ini tak semata mengejar hasil ekonomi, tetapi juga menjadi terapi sosial bagi para warga binaan.

“Selain menghasilkan nilai ekonomi, kegiatan ini juga menjadi sarana pembinaan keterampilan dan menurunkan tingkat stres bagi warga binaan. Mereka belajar bekerja sama, bertanggung jawab, dan melihat hasil nyata dari kerja keras mereka,” jelasnya.

Hidayat menjelaskan, hasil panen jagung sebanyak satu ton, sepenuhnya akan diserap oleh Bulog Jambi sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Dana hasil penjualan selanjutnya dikelola oleh pihak Lapas, melalui skema bagi hasil.

“Hasil jagung ini kita rencanakan dijual ke Bulog, program ini akan berkelanjutan karena salah satu tugas Lapas melakukan pembinaan kemandirian,” katanya.

Setiap warga binaan yang ikut dalam program ketahanan pangan akan menerima premi. Total premi tersebut akan diberikan dengan catatan dan hasilnya akan menjadi tabungan saat dia bebas.

Upaya ini sejalan dengan misi besar Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat ketahanan pangan nasional dan menumbuhkan masyarakat yang produktif di semua lini, termasuk di lingkungan pemasyarakatan. Sebanyak 11 Lapas dan Rutan di Jambi, juga menerapkan hal yang sama dalam mendukung ketahanan pangan.

Program tanam jagung tersebut juga bekerja sama dengan pemerintah daerah, TNI dan kepolisian. Untuk pendampingan dibantu pula Dinas Tanaman Pangan Holtikultura (TPH) Tanjung Jabung Timur.

Sementara itu, Kepala Lapastik Muara Sabak, Askari Utomo, menyampaikan bahwa panen jagung merupakan hasil sinergi antara petugas dan Warga Binaan dalam mewujudkan Lapas yang produktif dan mandiri. Pihaknya akan terus mengembangkan kegiatan serupa dengan memperluas lahan dan mencoba berbagai varietas unggul lainnya.

“Kami berupaya agar setiap jengkal lahan di Lapas dapat dimanfaatkan secara optimal. Panen jagung ini menjadi bukti bahwa warga binaan memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam mendukung program ketahanan pangan nasional,” ujarnya.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Hidayat menjelaskan, hasil panen jagung sebanyak satu ton, sepenuhnya akan diserap oleh Bulog Jambi sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Dana hasil penjualan selanjutnya dikelola oleh pihak Lapas, melalui skema bagi hasil.

“Hasil jagung ini kita rencanakan dijual ke Bulog, program ini akan berkelanjutan karena salah satu tugas Lapas melakukan pembinaan kemandirian,” katanya.

Setiap warga binaan yang ikut dalam program ketahanan pangan akan menerima premi. Total premi tersebut akan diberikan dengan catatan dan hasilnya akan menjadi tabungan saat dia bebas.

Upaya ini sejalan dengan misi besar Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat ketahanan pangan nasional dan menumbuhkan masyarakat yang produktif di semua lini, termasuk di lingkungan pemasyarakatan. Sebanyak 11 Lapas dan Rutan di Jambi, juga menerapkan hal yang sama dalam mendukung ketahanan pangan.

Program tanam jagung tersebut juga bekerja sama dengan pemerintah daerah, TNI dan kepolisian. Untuk pendampingan dibantu pula Dinas Tanaman Pangan Holtikultura (TPH) Tanjung Jabung Timur.

Sementara itu, Kepala Lapastik Muara Sabak, Askari Utomo, menyampaikan bahwa panen jagung merupakan hasil sinergi antara petugas dan Warga Binaan dalam mewujudkan Lapas yang produktif dan mandiri. Pihaknya akan terus mengembangkan kegiatan serupa dengan memperluas lahan dan mencoba berbagai varietas unggul lainnya.

“Kami berupaya agar setiap jengkal lahan di Lapas dapat dimanfaatkan secara optimal. Panen jagung ini menjadi bukti bahwa warga binaan memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam mendukung program ketahanan pangan nasional,” ujarnya.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *