Tim investigasi RSMH Palembang mengaku kesulitan untuk mendapatkan sumber terkait perundungan yang dilakukan oknum konsulen, Dokter YS. Hal itu karena para korbannya takut untuk membuka suara.
“Selama ini, belum ada pernah melapor jika terjadi perundungan yang dilakukan Dokter YS, jadi kami kesulitan karena tidak ada yang mau buka suara,” kata Kepala Satuan Pengawas Internal RSMH Palembang Wijaya dalam prescon yang digelar, Rabu (23/4/2025).
Wijaya menyebut alasan para korban tidak mau buka suara karena sehari-hari peserta PPDS dan perawat bekerja dengan Dokter YS. Jika Dokter YS dilaporkan, maka dokter tersebut akan marah dengan korban sehingga membuat para korbannya ketakutan dan khawatir.
“Dokter YS ini sering marah-marah karena orangnya perfeksionis, jadi kalau ada pekerjaan tidak sesuai dengan dirinya, dia bakal marah. Tapi dengan kejadian ini, akhirnya ada yang buka suara, 6-7 orang,” ungkapnya.
Kata Wijaya, sebelum kasus ini mencuat ke publik, pihaknya telah melakukan investigasi Dokter YS pada Maret 2025 lalu. Pihaknya sudah mengumpulkan cukup bukti terhadap perundungan yang dilakukan Dokter YS.
“Bukti tersebut sudah terkumpul sekitar 90 persen dan ketika kasus ini mencuat ternyata benar, dan akhirnya RSMH memanggil Dokter YS,” ujarnya.
“Saat dipanggil, Dokter YS mengakui bahwa ia melakukan kekerasan fisik dan verbal. Saat ini, Dokter YS sudah dinonaktifkan untuk melakukan pelayanan dan mengajar,” ungkapnya.
Wijaya mengatakan peserta PPDS dan perawat yang mendapatkan perundungan oleh Dokter YS banyak yang tidak mau buka suara sehingga sedikit kesulitan untuk menggali informasi.
“Perundungan yang dilakukan Dokter YS ada tiga macam yakni verbal, non verbal dan fisik,” ujarnya.
Setelah mengumpulkan bukti yang cukup bukti terhadap perundungan yang dilakukan Dokter YS, pihaknya pun akhirnya menonaktifkan konsulen itu.