10 Museum Paling Populer di Sumsel, Destinasi Menarik Mengulik Sejarah baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Mencari tempat liburan di Sumatera Selatan (Sumsel) bukanlah hal yang menyulitkan. Sebab, ada banyak destinasi yang bisa jadi pilihan. Salah satunya yakni mengunjungi museum paling populer di Sumsel.

Liburan ke museum menjadi rekomendasi karena bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Selain itu, melalui destinasi ini seseorang ikut andil dalam melestarikan budaya dan sejarah, mengembangkan kreativitas, serta memberikan pengalaman edukatif.

Karena itu, museum seringkali menjadi pilihan untuk anak-anak saat liburan sekolah. Untuk di Sumsel sendiri ada banyak museum populer yang bisa dikunjungi.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Melansir dari berbagai sumber, inilah 10 museum paling populer di Sumsel yang bisa dipilih saat musim liburan tiba. Yuk, cek lokasi hingga koleksinya.

Dilansir dari website Giwang Provinsi Sumatera Selatan, Museum Balaputera Dewa memiliki luas lahan 23.565 meter persegi dengan jumlah koleksi sejarah sebanyak 8.800 buah. Museum ini berada di Jalan Srijaya I No, 288, Km. 5, Kota Palembang.

Koleksi di Museum Balaputera Dewa terdiri dari peninggalan zaman prasejarah, Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, hingga kolonialisme Belanda. Semua aset bersejarah dipamerkan di museum ini.

Ada tiga bagian museum yakni megalit yang mencakup kegiatan ,masyarakat di dataran tinggi dengan 22 situs budaya. Kemudian, ada ruang pameran peninggalan Kerajaan yang sebagian besar koleksi berupa replika. Untuk benda aslinya berada di Museum Nasional Jakarta dan Taman Purbakala.

Pengunjung akan menjumpai prasasti dari abad ke-7, prasasti kedukan bukit, telaga batu, kota kapur, talang tuwo, boom baru, kembang unglen, kambang unglen II, dan Siddhayatra. Bagian terakhir yakni Untuk koleksi Kesultanan Palembang yang menunjukkan kehidupan pada abad ke-18.

Peninggalan yang bisa dilihat yakni ada tenun songket enam meter dengan motif nago besaung. Selain itu, masih banyak lagi koleksi yang bisa diabadikan sebagai bahan ajar untuk anak atas spot foto bagi yang menyukai dunia sejarah.

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang atau yang kerap disebut Museum SMB II terletak di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin No. 2, 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Dilansir dari website Museum Palembang, Museum SMB II berada di pinggiran Sungai Musi yang dulunya merupakan istana Kesultanan Palembang dikenal dengan Keraton Kuto Kecik.

Dulu, tempat tersebut sempat menjadi kantor pemerintah, namun pada tahun 1984 menjadi museum. Pemilihan nama untuk museum ini bertujuan untuk mengenang Sultan Mahmud Badaruddin II.

Bangunan Museum SMB II memiliki arsitektur Hindia Belanda pada abad ke-17 sampai 20. Di dalamnya terdapat sekitar 5000 koleksi yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu arca dan prasasti, senjata tradisional, kain songket, dan peralatan adat.

Monpera Terletak di Jalan Merdeka Nomor 1, Kota Palembang, Sumsel. Museum ini merupakan saksi perang yang terjadi selama 5 hari 5 malam di Palembang.

Pembangunanya dilakukan sejak 17 Agustus 1975 dan selesai pada 1988. Secara bentuk, Monpera menyerupai bunga melati dengan lima kelopak. Itu melambangkan kesucian hati para pejuang dalam perang.

Lima sisi yang ada tersebut melambangkan daerah keresidenan yaitu keresidenan Palembang, Lampung, Jambi, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka Belitung. Kelima daerah itu termasuk dalam wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).

Dilansir penelitian Analisis Kepuasan Wisatawan Domestik di Museum MONPERA Kota Palembang oleh Bella Elta, koleksi benda bersejarah di Monpera terdiri dari foto perjuangan sebanyak 178 lembar, senjata rampasan, pistol, juki kanju, fiat, teki, mata uang 3 zaman (VOC, Jepang, dan Republik).

Selain itu, terdapat juga koleksi buku perjuangan dengan jumlah 568 buku, pakaian tentara, lukisan perang dan 7 patung pejuang Sumsel yang terdiri dari:

Museum Sriwijaya merupakan museum umum yang didirikan sebagai pusat informasi tentang kejayaan Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim terbesar yang pernah berpengaruh di Asia Tenggara.

Lokasi museum Sriwijaya berada di Jalan Syakhyakirti, Karang Anyar, Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Pengunjung dapat melihat berbagai peninggalan sejarah yang menjadi bukti kebesaran masa lampau, seperti arca, stupa, prasasti, hingga kapal kuno berukuran 8,2 meter yang ditemukan di sekitar wilayah Palembang.

Setiap koleksi yang dipamerkan memberikan gambaran tentang kehidupan sosial, budaya, dan perdagangan pada masa kejayaan Sriwijaya.

Keunikan Museum Sriwijaya juga terletak pada keberadaan arca-arca bergaya Hindu, padahal kerajaan ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di Nusantara.

Kehadiran artefak tersebut mencerminkan adanya sikap terbuka dan toleransi beragama pada masa itu. Berbagai kepercayaan hidup berdampingan dengan harmonis.

Hal ini menjadikan museum ini bukan hanya tempat penyimpanan benda sejarah, tetapi juga simbol nilai keberagaman dan toleransi yang telah diwariskan sejak masa kerajaan kuno.

Dilansir dari website Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Museum Dr. A. K. Gani merupakan bentuk dari Upaya mengenang jasa dan pengabdian pahlawan Sumsel, Dr. A. K. Gani, melalui Yayasan H.J.R.A Masturah mendirikan museum ini.

Dr. A. K. Gani merupakan pejuang dan pemimpin yang berasal dari Palembang. Ia telah ikut berjuang sejak berumur 18 tahun.

Pada tahun 1923, ia turut bergabung dalam organisasi Jong Sumatra Bond atau Pemuda Sumatera). Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai Dr. A. K. Gani saat bekerja sebagai polisi militer.

Melipir ke ujung Sumsel, ada Museum Subkoss Garuda Sriwijaya yang terletak di Lubuklinggau, tepatnya berada di jalan Garuda Hitam.

Bangunan yang digunakan untuk museum ini adalah bekas rumah dinas bupati Musi Rawas yang kemudian diresmikan sebagai museum perjuangan dengan arsitektur tradisional pada tahun 1988.

Pada awalnya museum Subkoss Garuda Sriwijaya dikelola oleh Yayasan Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya pada 30 Juli 1999 yang kemudian dialihkan ke Pemerintah Provinsi Sumsel.

Pada tahun 2019, museum perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya direnovasi dengan melakukan perubahan tata letak barang serta mengubah tema pameran agar pengunjung mendapatkan gambaran revolusi dari tahun 1945 hingga 1949.

Museum ini memamerkan sebanyak 184 koleksi barang-barang bersejarah. Barang yang ada di museum ini pernah dipakai atau digunakan oleh para pejuang pada pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jika berkunjung ke sana, infoers akan menjumpai lokomotif kereta api, mobil Jeep STD, tombak, serta Senjata api.

Museum Batubara Bukit Asam memiliki luas 40.000 meter persegi. Letaknya di Jalan Pasar Bawah, Pasar Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Pembangunan Museum Batubara berlangsung tahun 1919 dan mengalami renovasi pada 2019. Museum ini merupakan sumber informasi pertambangan oleh PTBA dengan teknologi yang digitalisasikan.

Mulai dari informasi pra sejarah geologi, pembentukan lapisan bumi, pengetahuan batubara dasar dalam pertambangan, pemanfaatan batubara, penyebaran batubara dapat dijumpai di museum ini.

Tidak hanya informasi dan sumber pengetahuan, di area Museum Batubara terdapat coal park dan goa 3 negara, area kolam kanoe, miniature iconic Sumsel, kedung kesenian dan kuliner. Tujuan dari museum ini salah satunya untuk menarik minat pengunjung berwisata di Tanjung Enim.

Museum Tekstil terletak di Jalan Merdeka, Kelurahan Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Lokasinya berada di sekitaran Kambang Iwak.

Jika dilihat dari luar bangunan, Museum Tekstil memiliki konsep klasik khas kolonial Belanda. Di depannya terdapat Meriam dan patung sepasang pengantin pria dengan pakaian adat Sumatera Selatan.

Dilansir dari website Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, area museum terbagi menjadi dua bangunan terpisah. Pada bangunan pertama digunakan untuk museum sedangkan bangunan kedua digunakan untuk sarana batik.

Di dalam banguan pertama, ada sekitar 500 barang bersejarah yang ada di Palembang dan Sumatera Selatan. Sementara bagian kedua menjadi tempat untuk pengunjung mencoba membatik.

Museum Taman Purbakala adalah situs arkeologi penting yang menjadi bukti kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Di sana terdapat peninggalan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.

Situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 1920-an oleh para arkeolog Belanda yang menemukan fragmen keramik dan arca Buddha di kawasan tersebut. Penemuan kemudian diperkuat oleh berbagai penelitian lanjutan yang mengungkap bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan pusat kegiatan politik, ekonomi, dan keagamaan Kerajaan Sriwijaya.

Taman Purbakala terletak di Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Sumatera Selatan, sekitar 4 kilometer dari pusat kota. Lokasinya berada di tepian Sungai Musi. Ini merupakan lokasi strategis yang memperlihatkan wilayah perairan sebagai lalu-lalang aktivitas pelayaran dan perdagangan.

Suasana taman yang rindang dan dikelilingi kanal-kanal kuno membuat pengunjung dapat membayangkan kehidupan di masa kerajaan yang penuh kemegahan.

Di dalam area taman, terdapat berbagai peninggalan bersejarah seperti fragmen stupa, arca Buddha, prasasti, serta sisa-sisa struktur bata kuno yang diyakini merupakan bagian dari kompleks keagamaan.

Selain itu, di dalam kawasan juga terdapat Museum Sriwijaya yang menampilkan koleksi benda-benda hasil ekskavasi arkeologi seperti keramik dari Tiongkok, manik-manik kaca, dan replika prasasti Kedukan Bukit.

Semua koleksi ini menjadi saksi bisu kejayaan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran dan perdagangan internasional pada masanya.

Museum Si Pahit Lidah adalah salah satu museum kebanggaan di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Tempat wisata ini menyimpan berbagai peninggalan budaya dan sejarah masyarakat setempat.

Nama ‘Si Pahit Lidah’ diambil dari tokoh legendaris dalam cerita rakyat Sumsel. Museum ini berada di Kota Baturaja, Ibu Kota Kabupaten OKU.

Lokasinya mudah dijangkau dari pusat kota dan sering menjadi tujuan wisata edukasi bagi pelajar dan wisatawan yang tertarik mempelajari sejarah lokal.

Bangunan museum bergaya modern yang memadukan unsur tradisional daerah, serta menciptakan suasana yang menarik antara masa lalu dan masa kini.

Koleksi di Museum Si Pahit Lidah mencakup benda-benda arkeologi, etnografi, dan sejarah lokal seperti senjata tradisional, alat rumah tangga kuno, naskah kuno, serta peninggalan masa megalitikum yang ditemukan di wilayah OKU dan sekitarnya.

Salah satu koleksi menarik adalah batu megalit berbentuk manusia yang dipercaya berkaitan dengan legenda Si Pahit Lidah. Museum ini tidak hanya menjadi tempat penyimpanan artefak, tetapi juga pusat pelestarian budaya dan pendidikan sejarah bagi masyarakat Sumatera Selatan.

Itulah 10 museum paling populer di Sumsel yang bisa jadi pilihan liburan bersama anak dan keluarga. Jangan lupa berkunjung, ya.

Artikel ini ditulis oleh Annisaa Syafriani, mahasiswa magang Prima PTKI Kementerian Agama.

10 Museum Paling Populer di Sumsel

1. Museum Balaputera Dewa

2. Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

3. Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera)

4. Museum Sriwijaya

5. Museum Dr. A. K. Gani

6. Museum Subkoss Garuda Sriwijaya

7. Museum Batu Bara Bukit Asam

8. Museum Tekstil

9. Museum Taman Purbakala

10. Museum Si Pahit Lidah





Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang atau yang kerap disebut Museum SMB II terletak di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin No. 2, 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Dilansir dari website Museum Palembang, Museum SMB II berada di pinggiran Sungai Musi yang dulunya merupakan istana Kesultanan Palembang dikenal dengan Keraton Kuto Kecik.

Dulu, tempat tersebut sempat menjadi kantor pemerintah, namun pada tahun 1984 menjadi museum. Pemilihan nama untuk museum ini bertujuan untuk mengenang Sultan Mahmud Badaruddin II.

Bangunan Museum SMB II memiliki arsitektur Hindia Belanda pada abad ke-17 sampai 20. Di dalamnya terdapat sekitar 5000 koleksi yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu arca dan prasasti, senjata tradisional, kain songket, dan peralatan adat.

2. Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Monpera Terletak di Jalan Merdeka Nomor 1, Kota Palembang, Sumsel. Museum ini merupakan saksi perang yang terjadi selama 5 hari 5 malam di Palembang.

Pembangunanya dilakukan sejak 17 Agustus 1975 dan selesai pada 1988. Secara bentuk, Monpera menyerupai bunga melati dengan lima kelopak. Itu melambangkan kesucian hati para pejuang dalam perang.

Lima sisi yang ada tersebut melambangkan daerah keresidenan yaitu keresidenan Palembang, Lampung, Jambi, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka Belitung. Kelima daerah itu termasuk dalam wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).

Dilansir penelitian Analisis Kepuasan Wisatawan Domestik di Museum MONPERA Kota Palembang oleh Bella Elta, koleksi benda bersejarah di Monpera terdiri dari foto perjuangan sebanyak 178 lembar, senjata rampasan, pistol, juki kanju, fiat, teki, mata uang 3 zaman (VOC, Jepang, dan Republik).

Selain itu, terdapat juga koleksi buku perjuangan dengan jumlah 568 buku, pakaian tentara, lukisan perang dan 7 patung pejuang Sumsel yang terdiri dari:

3. Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera)

Museum Sriwijaya merupakan museum umum yang didirikan sebagai pusat informasi tentang kejayaan Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim terbesar yang pernah berpengaruh di Asia Tenggara.

Lokasi museum Sriwijaya berada di Jalan Syakhyakirti, Karang Anyar, Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Pengunjung dapat melihat berbagai peninggalan sejarah yang menjadi bukti kebesaran masa lampau, seperti arca, stupa, prasasti, hingga kapal kuno berukuran 8,2 meter yang ditemukan di sekitar wilayah Palembang.

Setiap koleksi yang dipamerkan memberikan gambaran tentang kehidupan sosial, budaya, dan perdagangan pada masa kejayaan Sriwijaya.

Keunikan Museum Sriwijaya juga terletak pada keberadaan arca-arca bergaya Hindu, padahal kerajaan ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di Nusantara.

Kehadiran artefak tersebut mencerminkan adanya sikap terbuka dan toleransi beragama pada masa itu. Berbagai kepercayaan hidup berdampingan dengan harmonis.

Hal ini menjadikan museum ini bukan hanya tempat penyimpanan benda sejarah, tetapi juga simbol nilai keberagaman dan toleransi yang telah diwariskan sejak masa kerajaan kuno.

4. Museum Sriwijaya

Dilansir dari website Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Museum Dr. A. K. Gani merupakan bentuk dari Upaya mengenang jasa dan pengabdian pahlawan Sumsel, Dr. A. K. Gani, melalui Yayasan H.J.R.A Masturah mendirikan museum ini.

Dr. A. K. Gani merupakan pejuang dan pemimpin yang berasal dari Palembang. Ia telah ikut berjuang sejak berumur 18 tahun.

Pada tahun 1923, ia turut bergabung dalam organisasi Jong Sumatra Bond atau Pemuda Sumatera). Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai Dr. A. K. Gani saat bekerja sebagai polisi militer.

5. Museum Dr. A. K. Gani

Melipir ke ujung Sumsel, ada Museum Subkoss Garuda Sriwijaya yang terletak di Lubuklinggau, tepatnya berada di jalan Garuda Hitam.

Bangunan yang digunakan untuk museum ini adalah bekas rumah dinas bupati Musi Rawas yang kemudian diresmikan sebagai museum perjuangan dengan arsitektur tradisional pada tahun 1988.

Pada awalnya museum Subkoss Garuda Sriwijaya dikelola oleh Yayasan Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya pada 30 Juli 1999 yang kemudian dialihkan ke Pemerintah Provinsi Sumsel.

Pada tahun 2019, museum perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya direnovasi dengan melakukan perubahan tata letak barang serta mengubah tema pameran agar pengunjung mendapatkan gambaran revolusi dari tahun 1945 hingga 1949.

Museum ini memamerkan sebanyak 184 koleksi barang-barang bersejarah. Barang yang ada di museum ini pernah dipakai atau digunakan oleh para pejuang pada pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jika berkunjung ke sana, infoers akan menjumpai lokomotif kereta api, mobil Jeep STD, tombak, serta Senjata api.

6. Museum Subkoss Garuda Sriwijaya

Museum Batubara Bukit Asam memiliki luas 40.000 meter persegi. Letaknya di Jalan Pasar Bawah, Pasar Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Pembangunan Museum Batubara berlangsung tahun 1919 dan mengalami renovasi pada 2019. Museum ini merupakan sumber informasi pertambangan oleh PTBA dengan teknologi yang digitalisasikan.

Mulai dari informasi pra sejarah geologi, pembentukan lapisan bumi, pengetahuan batubara dasar dalam pertambangan, pemanfaatan batubara, penyebaran batubara dapat dijumpai di museum ini.

Tidak hanya informasi dan sumber pengetahuan, di area Museum Batubara terdapat coal park dan goa 3 negara, area kolam kanoe, miniature iconic Sumsel, kedung kesenian dan kuliner. Tujuan dari museum ini salah satunya untuk menarik minat pengunjung berwisata di Tanjung Enim.

7. Museum Batu Bara Bukit Asam

Museum Tekstil terletak di Jalan Merdeka, Kelurahan Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Lokasinya berada di sekitaran Kambang Iwak.

Jika dilihat dari luar bangunan, Museum Tekstil memiliki konsep klasik khas kolonial Belanda. Di depannya terdapat Meriam dan patung sepasang pengantin pria dengan pakaian adat Sumatera Selatan.

Dilansir dari website Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, area museum terbagi menjadi dua bangunan terpisah. Pada bangunan pertama digunakan untuk museum sedangkan bangunan kedua digunakan untuk sarana batik.

Di dalam banguan pertama, ada sekitar 500 barang bersejarah yang ada di Palembang dan Sumatera Selatan. Sementara bagian kedua menjadi tempat untuk pengunjung mencoba membatik.

8. Museum Tekstil

Museum Taman Purbakala adalah situs arkeologi penting yang menjadi bukti kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Di sana terdapat peninggalan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.

Situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 1920-an oleh para arkeolog Belanda yang menemukan fragmen keramik dan arca Buddha di kawasan tersebut. Penemuan kemudian diperkuat oleh berbagai penelitian lanjutan yang mengungkap bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan pusat kegiatan politik, ekonomi, dan keagamaan Kerajaan Sriwijaya.

Taman Purbakala terletak di Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Sumatera Selatan, sekitar 4 kilometer dari pusat kota. Lokasinya berada di tepian Sungai Musi. Ini merupakan lokasi strategis yang memperlihatkan wilayah perairan sebagai lalu-lalang aktivitas pelayaran dan perdagangan.

Suasana taman yang rindang dan dikelilingi kanal-kanal kuno membuat pengunjung dapat membayangkan kehidupan di masa kerajaan yang penuh kemegahan.

Di dalam area taman, terdapat berbagai peninggalan bersejarah seperti fragmen stupa, arca Buddha, prasasti, serta sisa-sisa struktur bata kuno yang diyakini merupakan bagian dari kompleks keagamaan.

Selain itu, di dalam kawasan juga terdapat Museum Sriwijaya yang menampilkan koleksi benda-benda hasil ekskavasi arkeologi seperti keramik dari Tiongkok, manik-manik kaca, dan replika prasasti Kedukan Bukit.

Semua koleksi ini menjadi saksi bisu kejayaan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran dan perdagangan internasional pada masanya.

9. Museum Taman Purbakala

Museum Si Pahit Lidah adalah salah satu museum kebanggaan di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Tempat wisata ini menyimpan berbagai peninggalan budaya dan sejarah masyarakat setempat.

Nama ‘Si Pahit Lidah’ diambil dari tokoh legendaris dalam cerita rakyat Sumsel. Museum ini berada di Kota Baturaja, Ibu Kota Kabupaten OKU.

Lokasinya mudah dijangkau dari pusat kota dan sering menjadi tujuan wisata edukasi bagi pelajar dan wisatawan yang tertarik mempelajari sejarah lokal.

Bangunan museum bergaya modern yang memadukan unsur tradisional daerah, serta menciptakan suasana yang menarik antara masa lalu dan masa kini.

Koleksi di Museum Si Pahit Lidah mencakup benda-benda arkeologi, etnografi, dan sejarah lokal seperti senjata tradisional, alat rumah tangga kuno, naskah kuno, serta peninggalan masa megalitikum yang ditemukan di wilayah OKU dan sekitarnya.

Salah satu koleksi menarik adalah batu megalit berbentuk manusia yang dipercaya berkaitan dengan legenda Si Pahit Lidah. Museum ini tidak hanya menjadi tempat penyimpanan artefak, tetapi juga pusat pelestarian budaya dan pendidikan sejarah bagi masyarakat Sumatera Selatan.

Itulah 10 museum paling populer di Sumsel yang bisa jadi pilihan liburan bersama anak dan keluarga. Jangan lupa berkunjung, ya.

Artikel ini ditulis oleh Annisaa Syafriani, mahasiswa magang Prima PTKI Kementerian Agama.

10. Museum Si Pahit Lidah